ggalkanku. Aku terpaksa berhenti mengejarnya karena harus mengurus Zidan. Terlebih aku melihat dua orang perawat sud
saya?" tanyaku bergega
Bu, ruang Pelan
ngan Zidan untuk membuatnya lebih tenang. Aku berusaha keras untuk menahan air mata supaya Zidan ti
masuk kasur roda tempat Zidan berbaring. Setelah itu, mereka memindahkan Zid
bisa menekan tombol ini," ujar salah seorang pe
ab dengan
kasih, S
anyak tertidur daripada membuka mata. Namun beberapa detik kemudian, dia menggeliat. Perutnya mengejang sebentar lalu kembali terlelap. Aku lang
h ada darah di dalamnya walaupun hanya sedikit. Ini artinya kondisi Zidan mulai berangsur membaik. Paling tidak ada hal yang masih bisa aku syukuri di tengah mas
kesendirianku, aku baru teringat kalau Mas Yoga be
takkan di atas nakas. Kutekan nomer panggilan cepa
Mas Yoga tak kunjung mengangkatnya. Barulah pad
Kenapa tidak pulang ke rumah sa
umah, mau
arena mendengar Mas Yog
idan sedikitpun? Anakmu masih diopname di rumah sakit, Mas," ucapku deng
Kalau aku sakit dan tidak bisa masuk kerja, kamu ma
a begitu aja harus ditemani suami. Jangan kemanjaan, Arista. Kamu itu
a membuatku tersudut. Sebenarnya aku ingin bertanya siapa yang menelponnya tadi, tapi aku membat
i besok sepulang dari kantor tolong Mas ke ru
besok. Sudah y
hati. Mengapa suamiku seolah-olah tidak mempedulikan aku dan anak kandungnya? Dimana letak kesalahanku seh
enyebabkan pandanganku serasa berkunang-kunang. Aku pun meletakkan kepalaku yang penat di tempat tidur
*
a diapersnya. Ternyata Zidan diare lagi meskipun tanpa bercak da
embuang waktu, aku mengganti celananya lal
yang, nanti Zidan akan minum ob
ukaannya dan sesekali mengusap punggungnya. Beruntung Zidan termasuk anak yang kuat. Sebentar saja dia sudah kembali tenang. Kubari
p baik, mengingat kemarin ia menolak makan dan minum. Aku pun menunggui Zida
arena belum makan apa-apa sejak semalam. Namun aku enggan meninggalkan Zidan dalam waktu lama. Lebih baik kutahan saja rasa lapar ini s
ak perempuan terbaring di atasnya. Ternyata ada pasien baru yang akan berbagi kamar dengan Zidan. Di belakangnya k
merasa iri. Andai saja Mas Yoga bersikap sama seperti suami ibu ini, pastilah aku merasa bahagia. Namun segera kutepis perasaan itu.
*
menerima suapan bubur dari tanganku. Awalnya Zidan menutup rapat mulutnya. Namun sete
h masuk ke kamar rawat Zidan. Spontan
gi ini?" tanya Ibu membelai
ada darahnya. Ayo, duduk, Bu," uc
as panjang sera
ruhnya menemani kamu di rumah sakit, tapi dia beralasan sedang masuk an
dia memang lagi kurang enak badan. Tapi Mas Yoga janji hari ini dia akan men
saja membel
h berangkat ke kan
memintanya memesankan taksi, wajahnya cemberut. Yoga itu tidak
akan bicara pelan-pe
sta?" tanya Ibu memand
mau menghabiskan
rimu tenaga yang cukup. Turunlah dan makan di
an uang berwarna merah ke tanganku. Ia pasti
lihlah makanan y
r malu. Sebagai anak yang sudah dewasa dan berumah ta
Kamu membutuhkannya.
angis di dalam hati. Wajahku terasa tertamp