ko ini berada di daerah Salizada San Lio, 5576. Air mancur berisikan
pnya dari luar jendela, beberapa kali mengerjapkan mata
Aideen, kemudian d
an yang berisikan sampel kue dan cokelat menyapa mereka. Menyapa mereka? Sepertinya hanya menyapa Aideen saja, dengan tatapan yang hany
ukan iri atau cemburu, hanya saja mengganggu. Menekuk wajahnya tidak suka. Aku juga kan mau nyobain sampel cokelatn
enurutnya, namun ia tahan, dan tetap memasang wajah dingin da
a Freya yang sebelumnya dia ambil dari atas
nap
takut diusir dari toko," sedu Freya. Padahal dir
ke mulut Freya. Freya sempat menolak, namun mengurungkan niatnya setel
gan tiba-tiba berlaku seperti itu,
penuh yang masih mengunyah cokelat. "Ini
harganya, karena ia tidak pernah mengecek harga dan peduli denga
untuk dicoba. Sampel k
mengunyah menghabiskan s
elah cokelat di mulutnya habis.
nap
s," jelasnya datar. Frey
ada di toko ini. Ya, semoga ada barang yan
toko. Dengan teliti, ia melihat satu per s
okelat. "Harganya yang nggak enak!" Dia menggelengkan kepala pe
ilihannya jatuh kepada sekotak cokelat dan sekantong kopi dengan
kss... nanti deh kalau udah diadopsi sama sultan dan dijadikan a
n beberapa lembar uang euro kepada kasir. Freya sempat melirik Aideen yang membawa lima bungkus cokelat. Ja
lam hati. Ya wajarlah, sekotak aja harganya 30 Euro, hampir setengah ju
ya, waktu tidak terasa. Perjalanan dari kafe tadi menuju toko lumayan jauh,
l Aideen berjalan biasa saja, menurutnya. Namun Freya harus berjalan cep
i," gerutunya tentu saja dalam hati. Dia sedikit ta
Aideen," panggilnya setengah berteriak karena ia sudah tertingga
gan mengerutkan dahinya, ia melihat Freya sedang berjongkok. Mau tidak
epannya. "Bolehkah kita beristirahat sebentarr saja?" pintanya sam
ga kan," dengus Aideen datar. Freya lelah tida
ma Aideen pasti tidak akan begini. Omongan pria ini b
h datar, dingin, dan serem. Ya, walau tadi dia sempat tertawa beberapa kali. Yang bikin males kadang omongannya ped
buah restoran. Freya menatap arah yang ditunjuk oleh Aideen. Aideen
kasar kemudian berdiri dan mengejar Aideen. Untung ganteng, kalau nggak
a dari belakang dengan langkah yang terseok-seok. Ristorante Antica S
ia menyebalkan itu, yang sekarang tengah duduk di meja
n. Astaga, Freya memut
egitu Aideen dan Freya melangkah masuk. Restoran itu dihiasi dengan dominasi warna merah dan marun di furnitur dan dindingnya. Set
mpat duduk di luar. Freya hanya tersenyum kecil, menilai harga ma
nghindar dari pikiran bahwa sekali lagi ia akan diperlakukan seperti ini,
enak padamu," kata Freya
tak mengerti.
eya menghela napas. "Aku tidak mau dipandan
gan khawatir, Freya. Anggap saja ini sebagai uc
i ini terlalu mahal, Aideen. Aku-
imu," Aideen menjawab dengan santai, berusaha m
ngan terus menerus mentraktirku seperti ini." Suaranya sedikit
ginkan?" tanya Aideen,
ini, dengan hal-hal mahal," kata Freya, matanya sedikit menyipit
"Tidak ada yang perlu
. "Tapi tetap saja, aku tidak ingin membuat
kin sedang menikmati liburan di Maldives," jawabnya, w
kembali meneguk minumannya. Ia merasa canggung, ingin
eya?" Aideen bertanya tiba
nyaan itu. "Hah? Ah, tidak apa-apa,"
anggunya. Setelah menerima foto yang membuat hatinya terluka, ia merasa butuh temp
arkan ponselnya. "Aku- aku h
melihat foto yang ditunjukkan.
menikahi sahabatku, Alona, yang mengirimkan foto itu." Freya terlihat mengusap air mata yang
mu kuat, Freya," katanya lembut, menggeng
kan diri. Setelah beberapa saat, Aideen berkata, "Tid
engan suara gemetar, sambil tersenyum
h menetes. Dalam diam, keduanya hanya menikmati ketenangan malam itu, de
asa sedikit lebih tenang dalam pelukan tak terucap Aideen. Terkadang
e Con