angan sederhana yang kini menjadi tempat tinggal mereka. Aveline terbangun dengan
terasa berat. Ini bukan mimpinya. Ini nyata. Dia benar
g masih duduk di lantai dengan punggung bersandar ke dinding. Matan
uat, dengan garis wajah yang tegas dan ekspresi yang sulit dibaca. Ada
atapannya langsung bertemu dengan miliknya. Seje
uaranya serak karena
annya dan bangkit dari temp
k bicara. "Di belakang ruma
ine keluar dari ruangan itu,
n sudah tidak ada di dalam rumah. Sebagian dari dir
eka harus berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang bahagia?
dengan aktivitas pagi. Beberapa penduduk menyapanya dengan senyum ramah, se
endekatinya. "Nyonya Aveline, selamat pag
dipanggil 'Nyonya,' tapi di
tukmu dan suamimu. Aku harap kau t
api kemudian menyadari bahwa menolak h
akhirnya
di mana beberapa orang telah berkumpul di meja panjang. Dan di
ada sesuatu yang tidak t
eka bisa mempertahankan kebisu
perasaan lelah meski hari baru saja dimulai. Dia ingin m
at setelahnya, menutup
ara," katanya t
negang. "T
atanya menatap tajam ke a
an di sisi tubuhnya. "Ap
suaranya datar tapi penuh ketegasan. "Aku tidak akan tinggal di si
gan campuran perasaan.
n. "Aku akan mencari cara agar kita bisa pergi dari desa ini
Aku tidak punya waktu, Leon. Aku
ikir aku tidak punya hidup se
antung di antara mereka set
tuasi ini begitu tidak adil. Mereka berdua memiliki kehidupan masing-masing yang telah
it bibir bawahnya dengan marah. "Lalu apa
resi keras. "Kita pura-pura
ine berdebar
bahwa kita menolak pernikahan ini secara terang-terangan, penduduk de
a percaya dengan
dengan pria yang ba
eka ingin keluar dari sini dengan selamat, mereka haru
ti, Aveline akh
kan berp
ampai
menjaga batas antara