irinya menuju kamar bayi yang kini menjadi tempat ia menghabiskan sebagian besar waktunya. Dirga sudah pergi ke kantor, seperti biasa, dengan ekspresi
rbungkus selimut yang lembut. Keysha tersenyum samar, melangkah mendekat dan duduk di kursi goyang yang sudah ia tempatka
menyadari, tapi Keysha sangat memahami betapa rapuhnya kehidupan seorang anak tanpa seorang ibu. Nayla membutu
ang kuat," gumam Keysha pelan. "Sepert
ngenakan jas hitam yang masih terpasang rapi di tubuhnya. Wajahnya keras, namun ada sesuatu yang
ranya tenang, meskipun dalam hati
ah lama ada namun tidak pernah terungkap dengan jelas. Dirga akhirnya menghela napas, langkah kakinya mantap menuju t
aknya menunjukkan sedikit kekhawatiran yang sulit ia semb
Selama ini, Dirga mencoba menyangkal kenyataan bahwa ia kehilangan lebih dari sekadar seorang istri. Ia kehilangan sega
. Tapi, dia juga bagian dari Dirga." Suaranya kali ini terdengar
n yang meniupnya, menghantarkan rasa kehilangan yang jauh lebih dalam. Ia me
rga, suaranya semakin lemah. "Saya tidak tahu b
pun selama ini ia mencoba untuk tidak terlihat. Pria itu, yang tampaknya selalu kuat da
ut Dirga, dan dalam suaranya, Keysha mendenga
rang ayah yang kebingungannya begitu nyata. Hatinya, yang sebelumnya keras dan tertutup, mulai merasakan sebuah simpati yang t
ngan suara lembut namun penuh ketegasan. "Setiap langkah yang kau am
nkan lebih banyak dari Dirga, ia menginginkan Dirga menjadi pria yang ia kenal dulu-pria yang selalu melindunginya, yang selalu mem
bertanya, suaranya sedikit bergetar. "Kena
ulit diungkapkan. "Karena ini bukan hanya tentangmu, Dirga. Ini tentang Nayla. Tentan
galir di antara mereka, sebuah kesepakatan yang tidak terucapkan. Dirga mungkin tidak bisa lagi men
pelan, suaranya hampir tak terdengar. "
tipis namun penuh makna. "Saya hanya
diambil oleh keduanya. Meskipun masa lalu mereka penuh dengan luka dan kebohongan, masa depan-ter