tu menggema di pikirannya, mengusik setiap keraguan yang telah lama mengekangnya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, ia m
ng yang penuh dengan ketegangan, sebuah dunia yang selama ini ia coba pahami, namun tetap terasa asing dan dingin. Setiap langkah yang ia
erasa itu adalah sesuatu yang tak mengejutkan. Sejak malam terakhir mereka berbicara, Rayhan lebih sering meng
g masih sibuk meskipun sudah larut malam. Lampu-lampu kota berkilau seperti bintang-bintang yang mema
a yang semakin membelit hatinya. Bisakah ia benar-benar bertahan dalam pernikahan yang tidak
ang-ambing di antara dua dunia yang saling bertentangan. Di satu sisi, ia ingin keluar dari pernikahan yang membua
tidak mengucapkan sepatah kata pun. Langkahnya terasa berat, seolah dunia yang ia jalani juga mulai membe
pelan, memutus kehenin
emu dengan mata Alina, tetapi segera me
mengumpulkan keberanian yang ia rasaka
tentang apa lagi, Alina?" suaranya terdengar lelah, seperti tidak ada energi yang tersisa
ta Alina, suaranya sedikit bergetar. "Aku ingin tahu, apakah ka
da kedinginan yang terbalut di sana. "Aku tidak tahu, Alina," jawab Rayhan akh
, ia merasa terkejut, tapi di sisi lain, ia tahu ini adalah kenyataan yang sudah lama ia
ia lakukan sekarang? Bertahan dalam hubungan yang tidak lagi memiliki akar ata
muanya?" tanya Alina, su
rasa, ya. Kita sudah mencoba, tap
gitu saja. Tapi di tengah kehancuran itu, ada sesuatu yang mulai muncul-sebuah keber
g hampir keluar. "Aku lelah, Rayhan. Aku lelah meras
g kamu inginkan," jawabnya pelan, seperti menye
Keputusan itu bukan keputusan yang mudah, namun entah kenapa, ia merasa
Saat ia melangkah keluar dari kamar, ia merasa langkahnya lebih ringan, lebih bebas. Keputusan ini bukan hanya tentang Ray
tinya. Tetapi, untuk pertama kalinya, ia merasa seperti seseorang