upan baru yang ia impikan. Mereka tinggal di sebuah apartemen mewah yang terletak di jantung kota, jauh dari kehidupan lama yang penuh dengan kek
apan dan impian, di dalam hatinya, Nathan merasa yakin bahwa mereka akan menghadapi dunia ini bersama. Mereka sali
memikat. Seraphine, ibu mertua Nathan, adalah seorang janda anggun yang belum sepenuhnya melepas kilau pesona masa mudanya. Rambutnya yang disanggul rapi selalu tertata dengan sempur
s pada dirinya. Seraphine bukanlah sosok ibu mertua biasa. Ada sesuatu tentangnya yang membuat Nathan merasa canggung, meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikannya.
ra sangat menyayangi ibunya, dan Nathan menghargai itu. Ia melihat bagaimana hubungan mereka penuh dengan rasa hormat dan cinta, meskipun terka
sebuah senyum yang terlalu lama tertahan. Percakapan-percakapan sederhana sering kali berubah menjadi keheningan yang tegang. Ada ses
ur, sementara Nathan dan Seraphine duduk di ruang makan. Ada beberapa detik keheningan yang sangat berat di antara m
a seperti pisau yang menyayat. "Kau terlihat begitu bahagia, Nathan," katanya, suaranya begitu tenang,
terpengaruh. "Terima kasih, Seraphine.
yang ada di benaknya. "Tentu saja," jawabnya pelan, "Tetapi aku tahu, hidup tidak selalu seindah yang kita bay
e sedang berbicara tentang lebih dari sekadar kehidupan rumah tangga mereka. Sebuah ketegangan tak terlihat mengali
akanan yang baru saja dimasak. "Maaf, sepertinya aku sedikit
at. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan aneh setiap kali berhadapan dengan ibu mertuanya. Entah mengapa, setiap tatapan dan percakapan dengannya sela
yang akan datang. Namun, meskipun ia berusaha untuk fokus pada istrinya, pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Seraphine. Sesuatu dalam dirinya terus bertanya-tanya: Apa yang
ya bertemu dengan mata Elira yang penuh rasa ingin tahu. "Apa kau b
" jawabnya, tetapi di dalam hatinya, keraguan itu terus menggelayuti.
asia yang akan mengubah segalanya, bahkan merusak kebahagiaan yang telah ia bangun dengan Elira. Nathan merasa dir
ia tidak akan pernah bisa