agi dari Raka, kejutan-kejutan kecil seperti cemilan favorit yang ia selipkan di
tak selalu cerah, kebahag
nya
pernah jadi alasan banyak gadis iri padanya term
transfer. Dan entah bagaimana, semesta seolah ingin menguji h
asa aneh ketika ia mulai sering membalas pesanku lebih lambat. Ketika ia bi
asa. Tapi rasa itu... perlahan tumbuh. Kecil, taj
di kantin. Kami janjian. Tap
, rambutnya acak, dan ada bekas t
kelompok. Tadi Karin sempa
tu saja. Dan dadaku
menatapku, lalu duduk
atanya akhirnya. "Tapi percay
paling aku takutin dari masa lalu? Bukan dia yang kembali. Ta
seolah menyempit hanya untuk dua orang yang se
erjuangkan kamu. Aku memang pernah cinta Karin, tapi itu dulu. Sekarang aku sama kamu. Da
satu. Tapi aku ce
Rak... aku butuh diyakinkan,
Ia bilang kalau Karin memang pernah bicara soal "memperba
ku... yang kini ada di sisinya, yang mencintainy
*
an dengan Karin, ada jarak yang tumbuh perlahan. Kam
jau. Dan malam-malam yang dulu dipenuhi pesan manis kini diganti
ari, ledakan
kultas. Jarak mereka terlalu dekat. Dan saat aku berdiri diam tak
Aku menunggu. Sampai Raka menoleh da
" katanya tergesa
kah. "Nggak usah. Ak
nyamperin aku. Aku n
uaraku gemetar. "Tapi kamu juga n
u pelan, ia berka
u... menghancu
unggu kamu selama itu, setelah aku maafin kam
api ternyata... perasaan itu belum benar-bena
melihat. Aku berbalik. Melangkah cep
sejak kami bersama... ak
tak sanggup membalas. Bukan karena aku benci tapi karena aku sedang belaja
n. Panjang. Jujur. Ta
u yang harus terus mengerti. Jika Raka benar-benar ingin
nya membiarkan l
*
jak aku pergi tanpa
api aku belum sanggup membaca semuanya. Aku butuh waktu. Aku butuh t
ai dari kelas malam dan keluar dari g
a
h lampu taman.
ki
um kering. Aku mendekat, ragu. Tapi lang
nya. Suaranya serak,
n yang berdiri membelakangi matahari terben
gu. Tapi hari ini, aku kehilang
seperti
cukup. Aku tahu aku pernah gagal. Tapi kali ini, aku nggak akan lagi diam. Aku nggak ak
ulai ber
lau kamu bilang kamu butuh waktu, aku akan tunggu. Asal kam
rintik-rintik mulai turu
. Dan aku meletakkan tangan kananku di dada Rak
s. Tapi lewat sikapmu, tiap hari. Karena cinta... bukan sekadar kata, R
Aku janji. Mulai hari ini, ak
ersama. Tanpa pelukan. Tanpa ciuman. Tapi ada kehangatan yang ja
ng pernah ada. Tapi itu adalah keputusan untuk memberi kesempatan
pertama
kan karena aku ingin menjauh, tapi karena aku ingin mem
. menepati
dulu. Ia hadir. Dalam hal-hal kecil. Mengirimkan catatan kuliah saat aku tak masuk. Mengiri
k di taman kampus, menulis sesuatu d
kamu gamba
tersenyum kecil. "Sesuatu y
mpingnya. "Kaya
Tapi pelan bukan bera
ku merasa damai. Aku tahu, hubungan yang kuat bukan hubungan
ng dulu terasa biasa dan berjalan bersama ke kelas, b
ini ada ya
lebih berarti. Karena kami tahu bahwa di baliknya, a
k di kafe kecil tempat biasa kami nong
u belajar terus. Kalau kamu izinkan, aku ingin jadi rumah yang
a luka itu terjadi, aku bisa tersenyum penuh bukan k
gak pergi saat badai datang. Dan kalau kamu ber
bagaimana cara menenangkan hati yang pernah patah. Kini, itu
a ambigu, perpisahan, luka, dan pemulihan, kami mulai membica
?" tanyaku suatu malam saat kami duduk di
an magang di studio desain di Bandung. Tapi... aku
pa
kecil-kecilan. Tempat pamer, bel
Kamu akhirnya mau
katanya sambil menoleh padaku. "
. Lalu ters
si. Tempat baca, belajar menulis, dan mungkin... j
entang masa depan tak lagi mengandung rasa takut. Justru terasa seperti jalan
ka pelan. "Seni dan kata. Galeri dan perpustakaan.
pat yang tenang... s
katkan keningnya ke keningku. "Bersam
nya di bawah pot kecil di balkon. Sebuah pengingat, bahwa cinta yang tu