img Pemuas Menantu dan Besan  /  Bab 4 Mayor Bagas - 4 | 44.44%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Mayor Bagas - 4

Jumlah Kata:1551    |    Dirilis Pada: 12/05/2025

merbak masakan khas Sunda yang baru matang. Di meja makan kayu jati, sudah tersaji nasi liwet lengkap dengan ayam goreng kremes,

gun dengan kebaya santainya, menepuk bahu suaminya lembut.

an celana olahraga. Rambutnya yang sudah mulai memutih tetap disisir rapi

p," gumam Pak Bagas sambil tersenyum,

kkan sendoknya dan berkata pelan, "Itu Erni sama anak-anak... uda

. "Mereka baik-baik aja, kok. Malah beberapa kali ayah nga

. "Aku cuma khawatir aja. Kasihan Erni, baru pertama kali ditinggal la

Yudis jauh di Jepang. Kita harus lebih sering nengokin mereka. Terutama Gita sama Adi. Siapa tahu pengen jala

t ia sembunyikan di balik ekspresi tenangnya. "Iya... iya, Bu. Nanti ayah lebih sering

mau mereka merasa sendiri. Terutama Erni. Kalau

trinya terasa seperti ujung pisau yang menyentuh sisi terdalam nuraninya. Ia ta

ndela, seolah mencari sesuatu di balik langit yang cerah itu. Tapi pagi yang

ino krem yang santai namun tetap rapi. Ia mengambil kunci dari laci dekat pint

an senyum, lalu keluar menuju carport. Di sana, sebuah SUV hitam keluaran terbaru terparkir dengan ga

kebiasaannya sejak dulu yang belum hilang. "

ran sawah dan toko-toko kecil yang sudah mulai buka. Udara pagi masih segar meski matahari mulai menanjak. Rumah makan "Sunda Khas Ibu Siska

ir khusus di samping bangunan utama, tempat

, namun sorot matanya menelusuri setiap sudut rumah makan itu-tempat yang dulunya h

bolak-balik belanja ke pasar sendiri. Kadang nganter pesanan ke kantor

malu sendiri. Tapi bangga, Bu. Ruma

juga dari izin dan doa suami. Kalau nggak

benar-benar ramai. Pak Bagas menarik napas dalam-dalam, merasakan kedamaian pagi i

liternya tak bisa benar-benar lepas begitu saja. Ada kerinduan yang selalu menarik langkah Pak Bagas kembali ke lingkungan l

am-diam ia pesan dari dapur rumah makan. Begitu masuk ke halaman, beberapa anggota yang sedang piket langsung berdiri

jalan pulang!" celetuk Serka Usman, salah satu an

alan ke sini sampai lupa, itu tan

sana sudah ada dua orang purnawirawan lain yang juga sedang duduk-teman-tem

dan menatanya di meja. "Makan dulu, daripada cuma ngop

pembangunan jembatan di desa sebelah. Tapi di tengah tawa dan candaan itu, Pak Bagas sesekali menatap koso

alau ada persoalan keluarga atau ekonomi anak buahnya. Mungkin karena hidupnya sendiri sudah sangat stabil-Tiga anakny

s serta cucu-cucu yang lucu. Namun hari-hari ini, hatinya sedang tidak utuh. Ada perasaan yang belum bisa dia atasi,

amnya dalam hati. "Semakin kita merasa punya segalanya, semakin besar ju

gah terbakar di tangan, terkekeh pelan setelah menyeruput kopi. Ia menatap Pak

a baru bangun tidur udah ngos-ngosan. Lha itu orang rumah, kepala lima jug

Pak Darto curhat, nih! Hati-hati, nanti B

mandan. Dia tuh semangat banget. Gak tahu nyimpen energi dari mana. Saya sih bukannya gak mau ngelayani

ecil. "Pura-pura tidur jam delapan? Itu stra

. Komandan kan kelihatannya masih bugar, adem ayem, gak pernah tuh ngelu

ahkan kebingungan menghadapi istrinya yang masih penuh gairah, sementara ia sendiri malah sedang

inta dan pengen merasa hidup. Bapak tinggal atur ritmenya. Pagi jalan bareng, siang ngajak ke warung makan bareng, malam... ya ti

tempur! Tapi bener juga sih. Kadang kita mikir istri c

Ya, bener juga... saya harus lebih bersyukur sih. B

gat dari pasangan, artinya masih ada bensin buat j

konflik batin. Ia yang diberi istri seperti Bu Siska-setia, pekerja keras, dan masih pen

ereka jauh lebih muda dan cantik dibanding Erni. Apakah mungkin dia aka

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY