belo nan indah wanita keturunan Arab itu. Dan dia masih merasakan keh
ingkupinya, ada sesuatu yang lain. Sebuah kerinduan, sebuah kehampaan yang selama ini tersembunyi di balikn
daripada kata-kata. Lalu, seakan dikendalikan oleh sesuatu yang lebih besar dari logikanya sen
t Bu Soraya tidak menolak-bahkan perlahan membalas-Pak Bagas tidak bisa lagi m
seolah tak ingin melepaskannya. Lalu jemari mungil wanita itu menelusuri bagian depan celana pendeknya, lalu dengan tanpa
gitu liar dalam pelukan preman muda itu, gerakan tubuhnya yang penuh gairah, rintihan yang samar-samar mas
gusap lembut wajah wanita itu, menelusuri setiap lekuknya dengan penuh perasaan. Namun di balik g
ang merasa bergairah pada akhirnya m
tenang membawanya kembali ke dapur. Bukan ruang sempit dan lebih dari cukup untuk membuat ked
aya menggigit bibir bawahnya, seolah menahan sesuatu yang ingin keluar-entah kata-kata, atau mungkin
istri besannya itu, menariknya ke dalam pelukannya. Bu Soraya tersentak kecil, tap
kat telinganya. Ia masih ingat bagaimana beris
g pernah dia rasakan sebelumnya. Pak Bagas bisa merasakan napas wanita itu di dadanya, se
sendiri. Dalam keheningan yang penuh makna itu, dia menundukkan kembali wajahnya, bibirnya hanya
melihat bagaimana pipi itu mulai merona. Masih ada kegugupan di sana, ada k
na caranya membuat seorang wanita kehilangan kendali. Jemarinya mengangkat
pernah merasakan ini," bisiknya s
lan ludah, mat
na pendek juga celana dalamnya sekaligus, hingga sebuah tongkat komandonya yang berukuran besar, panjang, hitam dipenuhi urat-urat p
u dengan perlahan-lahan dia berjongkok tepat di depan selangkan
elan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya memegangi pinggang Pak Bagas. Bu Soraya mul
aah..." Pak
laki jantan, hingga vaginanya kian basah, dia makin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu. Pak Bagas p
tongkat besar dan menggairahkannya. Dia bisa memastikan milik Pak Bagas ukruan dan kek
dia menarik tubuh Bu Soraya agar berdiri di hadapannya
ng tepat, mari kita segera selesaikan," ucap Pak Baga
tatapan sayu memelas penuh nafsu. "Sebentar
ja, tetep nikmat kok!" sambungnya menenangkan Bu Soraya sambil meremas-
ga pinggang. Lali Pak Bagas menurunkan celan dalam wanita itu hingga tergeletak di lantai. Kemudian menga
Pak Bagas beberapa kali menelan ludah mendapati bongkahan pantat istr
mengingat waktu dan tempat yang tidak memungkin untuk bermain-main lebih lama, maka dia pu
h saat tongkat Pak bagas benar-benar sudah masuk d
r...." Kembali B
." Pak Bagas mengingatkan dal
. Membuatnya tersentak dengan erangan tertahan. Tongkat itu benar-benar terasa jauh lebih keras laksana to
ngan Bu Soraya mengepal menekan meja, seolah mencari pijakan di tengah gelombang gairah yang semakin membakar dan membawan
ia yang hanya mereka yang tahu. Di dapur luas itu, waktu terasa melambat, mem
da waktu, lupa pada aturan, lupa pada siapa diri mereka. Hany
ada Bu Siska, tidak ada lagi kesetiaan pada pasangan masing-masing. Buat Bu Soraya ini bukan yang pertama, n
gkat Pak Bagas pun berdenyut-denyut hendak menyemburkan spermanya. Dalam hitungan detik beriukutnya keduanya me
n, kini benar-benar dia dapatkan hingga dua kali dalam waktu yang sangat sin
g luar, menyadarkan keduanya. Rupanya ada seseorang yang lewat, mungkin pem
mengingatkan "Untung saja sudah selesai
stikan tak ada yang mencurigakan. Napas mereka sudah kembali teratur, dan ek
gan saat tadi dia datang. Cerah penuh harapan dan kepuasan. Dia harus segera kembali ke toko matrialnya yang tad
gairahkan karena tempat dan waktunya bisa diatur dan dipersiapkan semaksimal mungkin. Tidak serba tegsa-gesa karena keduanya
*