img Pemuas Menantu dan Besan  /  Bab 7 Mayor Bagas - 7 | 77.78%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Mayor Bagas - 7

Jumlah Kata:1595    |    Dirilis Pada: 12/05/2025

bersama istri pertamanya, terasa lebih ramai dari biasanya. Truk-truk besar silih bergan

oko. Dari dalamnya keluar Pak Bagas, dengan pakaian santai namun teta

sambil melangkah masuk, senyumnya lebar, menyapa be

nghitung nota, wajahnya yang teduh langsung b

-siang main ke toko? Biasanya kalau ada keperluan, paling pa

k memantau laporan penjualan, langs

ih. Duduk, duduk. Mau kopi apa teh? Atau langsung menik

g anak-anak, tentang cucu ketiga mereka dari Zaki dan Niken yang makin lucu, tent

tertawa kecil mendengar guyonan khas Pak Baga

uhan dan percakapan rahasianya dengan Bu Soraya beberapa jam yang lalu. Pengakuan itu masih menggelayut di kepalanya, m

kali menatap Pak Fuadi dengan pandangan yang sulit d

ri, ia tetap saja dengan senyum tulusnya, sesekali m

biar sekalian lihat-lihat granit buat bikin rumah kontrakan, siapa

hanya ters

h pencerahan hati dari sahabat lama..." jawabnya setengah berc

da. Ia menatap Bu Linda sesaat lebih lama... Dalam hati ia bertanya, anda

Pak Fuadi yang memang tipe pekerja keras langsung sigap mengawasi pro

nda dan Pak Bagas asyik berbincang di ruang kecil dekat

ngan, ditemani teh panas dan sepiring kue bolu Arab buatan Bu Linda. Namun e

tanya Bapak walau sudah pensiun, tapi masih tetap... ya itu... semangat. Bukan cuma sema

eh hampir saja tersedak. Ia tert

ng mulutnya tajam. Gak usah lah cerita b

ak Fuadi tuh... ah, walau punya dua istri, tapi... yah... udah lama lah... ka

sedikit lebih lirih, lebih... pribadi. Tatapan matan

esep rahasia, atau apalah itu... Biar gak malu-maluin sebagai laki Arab. M

ya, senyum malu-malu mas

rannya udah berat ke bisnis, ke istri pertama, istri kedua, cucu, cucu lagi... yaa... gitu deh. Badan iku

an badannya penasara

u rahasianya... ya istri yang bisa nyulut gairah laki-

, sebelum akhirnya terta

sa aja Bapak. Mau saya pr

yimpan dilema, karena diam-diam ia tahu, rahasia besar yang disimpan Bu Linda

gema, marah-marah ke sopir seme

berujar lirih, "Kalau saya jujur ya, Pak... kadang iri sama Bu Siska. Masih

a, kalimat itu terasa seperti

ya Pak Fuadi masuk ke ruangan, wajahnya sedikit

brol ya?" katanya sambil menep

ini, ngobrol ngalor ngidul. Kangen-kan

mumpung masih sempat. Saya malah baru

an mewah berwarna emas, lengkap

acara customer gathering di Jakarta, dua minggu lagi. Katanya sih, sek

k kecil. "Bangk

ak kerjaan. Awalnya Abi pikir, ya udah, Zaki aja yang ngan

n? Gak mungkin lah. Tapi kalau gak datang... ya sayang. Kar

imak sambil me

saya titip Bu Linda, sekalian nemenin. Toh acara gathering gitu kan gak f

an Bu Linda sama-sama saling melirik, seper

.. ya kalau waktunya cocok sih, insya Allah. Tapi y

anda, "Pak Bagas... wah nanti saya jadi beban Bapak d

ng tua. Sama-sama besan. Saya percaya lah sama Pak Bagas. Lagian,

tak gatal, menyembunyikan rasa

Pak Haji. Kalau re

entah kenapa merasa deg-degan. Semacam ra

dirinya berdua dengan Pak Bagas, di hotel

langsung ditepi

lagi," ucap Bu Linda p

, tapi dalam hatinya... mulai te

urunkan paralon berbagai ukuran. Suara teriakan buruh, dentingan

mendekatkan diri ke arah Pak Bagas, suar

pnya pelan tapi na

Bu H

omong ke Bu Siska, ya. Saya... saya gak enak. Gak perlu juga

mencoba mencari arti tersembunyi di balik permintaan itu.

Bu Hajah?" tanya Pak

Takut nanti malah jadi bahan gunjingan. Kan orang suka salah paham

ski di dalam dadanya muncul tanda

ngerti, Bu Hajah. I

gan pikiran yang masih berantakan. Di dalam mobil, tangannya

kan? Bukankah ini urusan formal? Atau... mem

coba menghapus bayangan aneh ya

, mencoba menenangkan dirinya sendiri sambil melajukan

p di dadanya. Mungkinkah setelah menikmati

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY