ap ti
tu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa. Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau akuadalah seorang pelajar. Apalagi bi
api yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Papa. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Papa. Papa Robi (begitu namanya
an kedua adikku masih butuh seorang ayah, Mama akhirnya menikah lagi. Papa Robi memang termasuk pria tampa
apa kamu.." lede
ayaknya seorang teman, Papa pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya aku sangat akrab dengan Papa, bahkan
n TV. Tetapi ciumannya itu lho. Aku masih ingat ketika bibir Papa menyentuh bibir tipisku. Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu k
apa nggak seng
uk mencium pipi Papa. Respon Papa pun kulihat biasa saja. Dengan sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Papa menerima ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Papa mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr.., darahku seketika
ang sekolah jangan keluyuran..!
Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Papa tiriku
a Mama di dapur, aku dan Papa berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Papa yang masuk ke rongga mulu
Mama membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dengan hanya mengenakan han
-tiba satu suara yang cukup akr
ulang.." ujar lelaki
?" tanyaku heran sambil m
capek.." jawab
" tanya papa sambi
-tenang saja. Handuk yang melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aku ketatka
sambil memandang P
lagi sambil membetulkan posisi t
Pa..?" tanyaku lag
acunnya kan.
ecil.." ujarku men
i dong.." ujarnya sambil b
an, karena posisi P
i, gimana..?" t
diam mendengar
tanya Papa sambil menggenggam kedua
egang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dengan hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat pancaran mata Papa begitu tenangn
n kecil. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir tebal Papa. Leher jenjang yang ditumbuhi bulu
lidah Papa masuk dan
aringkan tubuhku d
Mama.." sebutku menco
ku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, han
m.." bisik Papa lembut sambil
u. Bulu halus yang membalut kulitku semakin meningkatkan n
acar, Vin..?" tany
menggele
but sekali. Seolah-olah menemukan mainan
u menyentuh dadaku, sementara tangan Papa mengelus pahaku y
h.." desa
ai kubicara, bibir Papa dengan
a.." kata Papa s
Puas mengecup putingku, bibir Papa pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Papa memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium
.." desah
et juga aku melihat batang kemaluannya Papa, besar dan tegang. Dengan mata yang sedikit tertutup, aku menggenggamnya dengan kedua tanga
oh.. nikmatn
Sesekali kuhisap dengan kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Papa yang merasakan kenikm
. Kemudian kejantanannya Papa menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk
. pa.."
kita nikmati s
ga penis yang berukuran 17 cm dan berdiam
ya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Pantas ora
tu.." sebut Papa sambil me
" renguhku karena su
eh di bibir vaginaku. Kutarik leher Papa hingga pundaknya kugigit ker
isap. Rambutku pun dijambak Papa. Birahiku kembali memuncak. Selama tiga menit kami melakukan gaya konvensi
berganti gaya. Dengan posisi 69, Papa masih perkasa.
.? Ohh.. uhh
t dari sebelumnya. Berulangkali ak
han.." katakuku dit
ta.. ta.. han dulu.." u
agi, dan untuk ketiga kalinya
kk.. hh..!
ng membuat Papa semakin belingsatan. Papa semakin kuat menekan penisnya. Aku memberikan
h.. Ohk.."
ka mani Papa menyir
memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yang baru pertama kal
i Mamamu, Papa sudah tertarik sama Vina
mana yang merasuki kami, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kami lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mama
esa