img Wanita Bisu Milik Polisi Kejam  /  Bab 3 Ancaman Itu Nyata | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Ancaman Itu Nyata

Jumlah Kata:1491    |    Dirilis Pada: 31/05/2025

i penjaga yang tak pernah tidur. Lampu luar masih menyala, dan angin malam meny

afasnya terengah, tidak karena lelah, melainkan dihantui oleh rasa takut yang m

jalkan anak kunci ke lubang pi

t

utnya, namun tak cukup menenangkan badai dalam dadanya. Ma

udi

elih

un

Grey sambil membuka pintu kulkas. Ia tampak tenang, bahkan sibuk memilih makanan ringan di d

aik-bai

k ada darah. Tak

berguncang kini perla

n cepat, ia menegakkan posturnya dan mencoba memasang ekspresi setenang mungkin. Tapi dalam

snya bertaut bingung melihat Grey yang tiba-tiba pulang

rey, suaranya datar namun

ya. Ia tahu, pria itu jarang pulang mendadak seperti ini-ter

dan ia juga tahu-ia tidak pernah belajar bahasa isyarat. Komunikasi mereka

mengambil bukunya, Grey men

at. Tatapannya tajam, suar

tup kembali pintu kulkas, membiarkan Grey berlalu begitu

kacau. Meski ekspresinya dingin dan sarkastik, tapi ketakutan itu belum sepenuhnya sirna. Ia masih dihantui oleh

in itu hanya ancaman kosong. Mungkin hanya tipuan se

nak. Matanya melirik ke arah kamar Launa

, ingin menyentuh gagang p

lu berjalan masuk ke kamar

ar itu, untuk pertama

eheningan yang t

Launa masi

u belum bena

, di ruang m

robos masuk melalui jendela besar di ruang makan, menari-nari di atas meja yang telah tertata rapi. Pag

emalam. Di seberangnya, Launa dengan rambut dikuncir sederhana sedang mengoleskan mentega ke atas roti panggangnya. I

an sendok dan garpu yang sesekali terdengar. Namun di

i hitamnya. Tatapannya lurus, tenang, tapi mengandung sesuatu yang

n pulpen dari sisi kursinya. Ia mulai menulis de

baterai. Maaf, aku l

ulutnya. Ia menelan sepotong roti, lalu kembali fokus ke kopinya. Dalam hati, ia mencoba

lesai, Grey melang

mobil mewah di dalamnya. Tapi matanya langsung te

an mobil i

per depan terlihat sedikit retak, seperti baru menabrak sesuatu. Tapi tidak ada lecet berlebihan,

an dalam. Interiornya masih bersih, rapi, dan

jantung Grey berdegup lebih

g sudah tersedia di sisi dinding garasi. Matanya fokus. Jari-jarinya

jalanan dan juga memiliki lensa atau fitur untuk merekam bagia

ti pada satu momen yang

dirian di

mobil. Tapi sebelum sempat menggerakkan kemudi, se

itam mengaburkan sisanya. Tapi yang paling meno

etar. Namun pria itu hanya berdiri di sana selama beberap

mem

elalak, nafa

kan pe

n sema

man

at

ikan layar dan berdiri dengan tegas. Matanya menatap kosong

dah menye

-pertarungan ba

i dan tas kerja tergantung di bahunya. Ia terlihat terburu-buru, jelas bersiap menuju kantornya pagi ini. Namun langk

, Grey mendekat dan mencengker

rah. Tatapannya tajam, menusuk, seperti sedang menahan badai dalam dadanya. "Kenap

ar dari sorot matanya yang bening. Ia ingin menghindar, namun ce

ahan melepaskan cengkeramannya. Tangannya turun, namun kemarahan di dalam dadanya be

rkan ponselnya dan mulai mengetik. Setelah bebe

ngan membawa pisau. Aku... aku ras

an yang belum benar-benar padam di sana. Dan fakta bahwa Launa memilih di

pelan, tapi tegas, "berhenti

Ia buru-buru mengetik kembali di po

ku bosan di rumah. Lagipula, hari

na berkeliaran sendirian setelah kejadian semalam adalah tindakan bodoh. Ia menghela napas pa

colok. Jika ada gerakan mencurigakan, segera lap

ung mengangguk da

gera berangkat agar tidak terlambat. Grey hanya menatapnya dengan dalam. Ia tak menga

mobilmu ke bengkel

ngguk dan langsun

belakang. Jaraknya dijaga tetap aman, cukup jauh agar tak mencurigakan namun cukup dekat untuk bisa melihat s

auna tiba di depan

saat melihat Launa turun dengan ama

pasti mengendap

membiarkan siapa pun menyentuh Launa

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY