aimana, selain menahan napas dan berharap suasana segera normal. Namun sialnya, penisku malah berdiri di balik celana pend
bulkan badai pada pertahanan kelelakianku. Tak berkata apa-apa, tapi kedua matanya intens memandangi selangkanganku
emecah kekakuan,
e. Ayo kita makan dulu..
Kami pun duduk, berhadapan di meja makan. Hanya ada suara sendok yang sesekali menyberubah, dari rasa simpati dan kasihan, menjadi situasi yang membu
i
eharusnya. Apalagi paha Tante Widya semakin terlihat dengan jelas daru jarak dekat. Bahkan saat dia
sku hingga muncrat, langsung menari-nari di pelupuk mataku, bahkan lebih liar. 'Bag
suasana yang canggung. Ia mencoba membuka percakapan, menanyakan hal-hal ringan, mulai dari kegiatan sekola
kan-atau mungkin itu hanya pikiranku yang sudah terlanjur ngeres, akibat mata dia pun seolah tak mau lepas dari
reskan mangkuk, lalu berkata pelan, "Tante ist
gin menghentikan situasi yang terasa makin tidak terkendali ini. Andai saja dia
. Langkahnya pelan, tanpa suara, pantatnya makin terlihat menggoda. Aku mengikut di belaka
ku yang berjalan tepat di belakangnya hampir menabrak punggungnya. Ia berbalik, dan kami berdiri berhadapan b
dua tangannya, kemduian meletakan di pundakku. Sentuhannya lemb
rima kasih untuk malam ini," katanya pelan, se
tinggal jauh di tenggorokan. Sementara di dada dan degup j
berdiri te
angan Tante Widya, tiba-tiba memeg
sa...ya..." Aku menjawab gel
salah," ucapnya sambil masuk ke kamar dan seb
k hidung, aku pun i
banget lagi, Pras. Punya suami Tante bahkan tak ada seten
ng menatap. Tatapan yang sangat berbeda. Lebih lama dari biasanya dan penuh gairah yang sulit dikelaskan. Lebih dahsyat dari tatapan
k, seakan tubuhku menolak pergi. Waktu seolah melambat. Keheningan menjadi b
ghilang begitu saja. Lalu, bibir kami bersentuhan. Awalanya pelan, ragu dan t
cewek." Di sela-sela berciuman aku masih sempat bicara tergag
dan kamu sangat polos. Tante sangat senang jika bisa merasakan keperjakan le
asih punya suami?
"Sudahlah Pras, jangan ngomongi
perjakaanku yang sering ditawarkan pada Bu Anhar, sepertinya akan terwu
uh gairah. Walau ini pengalaman pertama, namun aku sudah sering menonton film
sur leherku, terus ke bawah bermain di sekitar dadaku, d
sung ke pusat, tangannya bergerak melepas celana kolorku. Kulirik ke bawah bertepatan de
dalam hati, saat penisku
ur. Dia kembali memegangi dan mengulum penisku dengan lebih bergairah. Batang yang tak masuk dalam mulutnya dia kocok, sama seper
et sepongannya... saya mau keluaa
ngentot enaknya dikeluarin dalam memek," uca
gar tanpa tedeng aling-aling. Aku semakin tak sabar ingin
g sangat menantang, aku hanya bengong dan berkali-kali menelan ludah menahan nafsu yang kian memburu. Payudar
n bulu-bulu jembut hingga klitorisnya terlihat jelas. Sepertinya Tante Widya seng
semakin meronta-ronta, baru kali ini aku merasakan sensasi dahsyat yang sulit didefiniskan.
memperlihatkan semakin jelas bentuk vaginanya. "Oh, be
nguh kaget ketika
geliatin memek saja sih, Pra
u masih terpana melihat vagina
a nih?" Kembali dia m
in Tante!" aku menjawab sekenanya, k
beneran masih polos
ya mengusap-usap klitorisnya sendiri, dipelintir sedemik
ku. Aroma khas vagina langsung menusuk hidungku. Sebuah aroma yang baru kali ini k
menikmati aroma khas yang
ek Tante, Pr
ku dengan suara y
at aku mengangkat wajah dan mulai meenjulurkan lidahku, mejilati bibir vaginanya. Sensasiku benar-bena
h ternyata ada sedikit kebasahan disitu, sejenak kukecap kebas
nya saat lidahku semakin dalam masuk dalam vaginanya. Dia membuka pa
, eesshh kamu ternyata uuff mudah sekali belajarnya, langsung pintar, Praaaas eesshhtt" desahnya tidak
idya pun semakin gelonjotan seperti orang kesurupan. Tubuhnya
mu, oooh..." lenguhnya sambil menarik selangkanga
lu
*