img Ketagihan Mama Temanku  /  Bab 5 Ketagihan | 62.50%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Ketagihan

Jumlah Kata:1538    |    Dirilis Pada: 06/06/2025

na banjir besar. Air datang mendadak, menghanyutkan apa pun yang dilewatinya. Warga tak ada yang berani m

kembali

Aku langsung menoleh, bingung. Kostan? Bukankah rumah kami b

a dia mengatakan, jika itu bukan sekadar tempat kost, tapi rumah istri sirinya. Seorang w

rumahnya, atau kenyataan bahwa dia sudah punya istri siri yang juga masih mera

ukan tentang petualangan, tapi semacam tameng. Untuk menyembunyikan sesuatu. Entah luka,

ah rumah istri sirinya dengan naik angko

dalam kepalsuan. Bahkan Rifky, yang dijuluki 'Ustad' dari keluarga religius yang dihorm

aku harus mulai menjaga jarak dengan si pembual itu. Jangan-jangan dia sengaja me

ukup hidup kalau malam. Aku keliling naik motor tanpa arah jelas, sekadar menenangkan

sendirian di pinggir trotoar, di bawah cahaya lampu jalan yang

seperti Ta

usut, lusuh, dan lelah. Jauh dari citra Tante Widya yang dulu sering datang ke sek

kenal bandel dan sering bikin ulah. Tapi waktu itu, meski anaknya "berm

terlihat seperti

motor, pelan-

bukan? Saya Pras, temann

Matanya sembab, wa

mu udah gede banget sekarang," katanya pe

"Iya, Tante. Lama b

perti masih mencocokkan wajah dan diriku secara ke

anya, "Tommy gimana, Tante

ya berubah, lembut, tapi sayu

lalu. Setelah dikeluarkan dari sekolah, hidupnya makin hancur. Kena DO d

leh kenyataan masa lalu yang kelam. Sayang waktu itu belum ad

jatuh. Suami Tante ternyata selingkuh, gemar mabuk dan main ju

ng sepi. Mobil sesekali lewat,

lebih deket sama Tommy, mungkin

terbaik, Pras. Kamu satu-satunya yang pal

aku mendengarkan. Kadang diam, kadang hanya mengangguk. Tapi malam itu terasa

gin dan jam nyaris tengah

nginep aja di rumah saya. Gak m

rkaca-kaca lagi. "Kamu yakin? Tante

te orang baik, ibu d

bicara. Tapi entah kenapa, keheningan itu justru terasa hangat. Kadang, yang ki

rkejut. Matanya menyapu bangunan sederhana itu, sea

mu, Pras?" ta

a. Nggak mewah, tap

ih menatap rumah itu. "Le

pi rapi dan tenang. Aku segera membuatkan teh ha

ia bertanya, "Kemana

ngnya seminggu sekali. Mama dan dua adik sa

i orang tua k

aya masih SMP. Tommy

adi waktu kamu sering main ke rumah Tante itu, k

m kikuk. "Ya... kurang lebih begi

hkan nggak sanggup bertahan dalam badai rumah tangga. Kamu tinggal sendi

usaha tetap survive, Tante. Mungkin juga

a kamu masih remaja," katanya lagi. Tatapannya hangat. Ada air di sudut ma

sama hancur, tapi mungkin bedanya, aku masih punya sedikit pijakan un

elan, "Pras... maaf ya, boleh Tante numpang mandi

Tante. Tunggu sebentar ya, saya a

dan menemukan handuk baru dan satu daster pendek peninggalan mama, yang biasanya

ahkannya. "Maaf ya, Tante. Cuma ini

apa-apa, Pras. Ini udah lebih dari cukup. Daripada pa

lana kolor dan kaos oblong seperti biasa. Lalu ke dapur memas

i mandi. Lama. Mungkin karena sudah beberapa hari nggak sempat ma

idya selalu menyambut kami dengan ramah. Makanan yang dia sajikan pun bukan sekadar cem

nya di rumah, dia tetap tampil seperti sosialita. Kami, teman-teman Tommy yang masih polos tapi iseng-kadang

ekara

n pakian kusut dan wajah sembab ini, benaran Tante Widya? Wajahnya memang masih cantik, body

a menit terakhir. Rasa khawatir perlahan menyelinap-jangan-jangan sesuatu terjadi. Tante Wi

u melangkah, pintu k

kamar Prilia-bekas kamar adikku y

nculannya semata, tapi penampilannya yan

ekecilan. Belahan lehernya turun agak rendah, lengan dan perutnya pun tampak sempit seper

spose. Dan yang lebih parahnya lagi, ia tidak memakai daleman, sehingga puting susunya tercetak je

mendebarkan sek

*

aca juga cerita "PEMUAS PARA TETANGGA. A

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY