g seringkali membuat perutnya perih dan kepalanya pening. Namun, di balik ketidaknyamanan itu, ada perasaan haru yang tak terki
. Ia seringkali duduk sendirian di kamarnya yang sederhana, mengelus perutnya, dan berbicara pada bayinya. "Hai, Nak," bisiknya lembut, "Ibu di sini. Ibu akan jaga kamu.
ae merasa putus asa, Bibi Lena selalu ada, menguatkan dengan nasihat-nasihat bijak dan pelukan hangat. "Jangan menyerah, Nak," kata Bibi Lena suatu sore, saat Lae men
daur ulang, seperti tas dari kain perca atau hiasan dinding dari batok kelapa. Ia bekerja keras, seringkali hingga larut malam, dengan penerangan seadanya. Jemarinya kadang ter
mpe atau sayuran murah. Ia memastikan asupan nutrisi yang cukup untuk bayinya, meskipun itu berarti ia sendiri harus makan lebih sedikit. Bibi L
un, ia tak pernah melewatkan jadwal kontrol kehamilan di Puskesmas terdekat. Dokter dan bidan di sana sangat memahami kondisinya. Mereka memberikan saran, vitamin
a pertunangan mereka dikabarkan sangat mewah dan dihadiri oleh banyak tokoh penting. Hati Lae berdenyut nyeri setiap kali mendengar nama Reza atau membaca berita di media massa yang menyinggung keluarga mereka. Ia tahu Reza te
Menjelan
semakin membesar, membuatnya sulit bergerak. Tidur pun terasa tidak nyaman. Namun, di balik semua ketid
n bayi bekas dari tetangga yang sudah tidak terpakai. Lae mencuci dan menjemurnya dengan hati-hati, membayangkan tubuh mungil bayinya akan memakai paka
bayi bekas dengan mata berkaca-kaca. "Yang penting bukan seberapa mahal ba
mang jauh lebih berharga daripada harta benda. Ia mungkin tidak bisa memberikan kemewahan pada anakn
an bertanya banyak pada Bibi Lena tentang pengalaman melahirkan. Ia tahu persalinan akan sangat menyakitkan, namun ia juga tahu bahwa di ujun
etik Pe
dah berbaring di ranjangnya, mencoba tidur, namun ia merasakan nyeri yang samar di perut bagian bawah. Awalnya, ia mengira itu hanya kon
debar kencang. Ini di
diajarkan bidan. Namun, rasa sakit itu semakin kuat, membua
suaranya parau, m
ahnya tampak cemas. "Ada apa
Kontraksinya... sepertinya sud
, sudah waktunya! Tenang, Nak,
g sayangnya tidak bisa datang secepat itu karena hujan deras dan genangan air di beberapa rua
kan bagi perut Lae. Ia menggenggam erat tangan Bibi Lena, menahan erangan yang ingin keluar dari bibirnya.
semakin tak tertahankan, namun Lae berusaha fokus. Ia mengingat semua yang telah ia pelajari, semua kekuat
g sekuat tenaga melawan rasa sakit yang luar biasa. Bibi Lena tetap di sampingnya, memeg
m perjuangan, suara tangisan ba
semua rasa sakit. Lae merasakan kelegaan yang luar biasa. Ia terbaring
letakkan sesosok bayi mungil
t. Air mata kebahagiaan mengalir deras di pipi Lae. Ia memeluk bayinya erat, seolah tak ingin melepaskan
ak," bisik Bibi Lena,
ah kegelapan, dan kebahagiaan yang baru ia temukan. Cahaya, putrinya, adalah anugera
Sebagai I
njadi seorang ibu sepenuhnya, tanpa bantuan siapa pun kecuali Bibi Lena. Malam-malamnya diisi dengan tangisan Cahaya,
harus menjahit dengan Cahaya yang tertidur di gendongannya, atau saat bayinya bermain di sampingnya. Uang yan
usnya sebagai ibu tunggal tanpa suami. Ada yang mengasihani, ada pula yang menghakiminya. Namun, Lae belajar unt
at tentang mengasuh anak, dan menjadi teman curhat yang setia. Tanpa Bibi Lena, Lae tak tahu bagaimana ia bisa bertahan.
tikan Cahaya mendapatkan nutrisi yang cukup, kasih sayang yang melimpah, dan pendidikan terbaik yang bisa ia berikan kelak. Ia sering mengajak Cahaya berbi
ah terbesar dalam hidupnya, sebuah kompensasi atas semua penderitaan yang ia alami. Kehadiran Cahaya memberinya tuj
Cahaya? Apakah ia tahu bahwa ia memiliki seorang putri yang cantik dan cerdas? Apakah ia pernah menyesali keputusannya? Pikiran-pikiran itu seringkali
amun, kini ia memiliki Cahaya, sebuah bintang kecil yang menerangi setiap langkahnya. Ia tidak lag
keadilan bagi perjuangan Lae? Dan akankah takdir suatu saat mempertemukan