img Dibuang Suami Saat Hamil  /  Bab 3 Bulan Madu yang Dingin | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Bulan Madu yang Dingin

Jumlah Kata:1263    |    Dirilis Pada: 14/06/2025

encekam, dan kehadiran Revan yang sporadis namun selalu mengintimidasi, membentuk sebuah sangkar emas yang begitu indah sekaligus m

iuh anak-anak panti, canda tawa Mbak Siti di dapur, atau bisikan doa Ibu Asih yang menenangkan. Yang ada hanya suara derit la

sebelum tidur. Itupun, percakapan mereka nyaris tidak ada. Revan akan duduk di seberang meja makan yang panjang, membaca koran bisnis atau memeriksa tabl

h bertanya suatu pagi, suar

enatap Revan yang masih fokus pada korannya. "Ya, T

an koran. Azura menghela napas dalam hati. Ini

yan, adalah satu-satunya orang yang Azura bisa ajak bicara. Nyonya Ida ramah, meski selalu menjaga jarak dan terlihat sedikit takut pada Revan. Ia

suatu sore saat mereka menyiram tanaman di taman. "Beliau tidak

dah tertanam kuat di benaknya sejak

mempelajari berbagai genre yang belum pernah ia sentuh sebelumnya. Ia juga mulai menyibukkan diri di dapur bersama juru masak, mencoba resep-resep baru yang

kat yang pernah ia dapatkan dari seorang sukarelawan di panti. Perlahan, ia mulai mencoba memainkan kembali lagu-lagu lama yang ia ingat, melodi-melodi sederhana yang dulu memberinya hiburan. Suara p

dang, ia akan pulang larut malam, dengan wajah lebih lelah dan tatapan lebih tajam. Azura tahu, ia tidak boleh bertan

nya. Pernah suatu malam, Azura terbangun di tengah malam karena haus. Ia turun ke dapur dan mendapati Revan duduk sendirian di ruang keluarga, memandangi api di perapian. Ketika A

rpustakaan, Revan masuk. Azura kaget, ia se

wanan dengan Azura. Keduanya membaca dalam keheningan. Azura merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah kali pertama mereka

eliriknya dari balik buku. Azura berpura-pura fokus membaca, padahal pikirannya me

," katanya, suaranya memecah keheningan. "

uan," ja

ra menghela napas lega, namun di saat yang sama, ia mera

a di luar gerbang, meski mereka selalu membalas dengan senyum tipis dan profesional. Ia sempat menelepon Ibu Asih, berbagi cerita tentang panti dan adik-adiknya, namun ia tak berani menceri

ang, matanya lebih tajam. Azura merasakan atmosfer tegang di rumah. Bahkan Nyonya Ida pun terliha

a ia melakukan itu. Azura sedang duduk di meja rias, menyisir ra

zura berdiri, m

ap Azura dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada sesuatu di

ta, suaranya rendah dan serak. "Sebagai is

ngkeramnya. Selama ini, ia berasumsi Revan tidak akan menyentuhnya, mengingat

endekati mangsanya. Azura mundur selangkah demi selangkah hingga

inginkan?" suar

ra hingga ke relung jiwanya. Kemudian, Revan mengangkat tangannya, menyentuh pipi Azura den

tetap tanpa emosi, namun ada kekuatan yang tak terbantahk

karena suaranya, tapi karena ia membutuhkan seorang istri yang bisa memberinya an

mata Azura. "Tapi... aku tidak menc

akin beku. "Cinta tidak penting dalam pernikahan ini,

mbiarkan takdir yang ia pilih sendiri, yang ia korbankan demi orang-orang yang ia cintai, menelannya bulat-bulat. Malam itu, di dalam sangkar emas kemewahan, Azura merasakan kehampaan y

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY