tahu, semua kata-kata akan terdengar hampa di hadapan kebenaran yang sudah terkuak. Ia menatap Lina, wajah istrinya yang dulu selalu ia
piring-piring, dan mencucinya tanpa suara. Rian tetap di tempatnya, menatap punggung Lina, seolah mencoba membaca apa yan
ta pun. Lina mengantar Arka ke sekolah, dan sepanjang perjalanan pulang, ia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Kepu
hukum dan konsekuensi emosionalnya. Semakin ia membaca, semakin ia menyadari betapa rumitnya jalan yang akan ia tempuh. Ada Arka, putra mereka. Ada pembagia
ernah melihatnya, tak pernah mencintainya. Dan bayangan Daniel, yang meskipun baru kembali, telah membangkitka
nnya, Lina mendekati Rian di ruang kerjanya. Rian menatapnya, ada eks
," Lina memulai, suaranya tena
n. Rian tak terkejut, namun ia tetap terdiam sejen
melanjutkan ini. Ini bukan pernikahan, Rian. Ini
mberikan apa yang kau inginkan." Kalimat itu, yang diucapkan Rian, terdengar aneh. Seperti sebuah p
lagi. Aku hanya ingin kita berdua bahagia.
anyak, tidak menyangkal, seolah ia sendiri juga merasa lega dengan keputusan ini. Mereka sepakat untuk menjaga agar per
aya?" Lina memberan
. "Itu tidak ada hubung
pis. "Hatimu selalu ada padany
di matanya. Entah itu rasa bersalah, atau rasa terima kasih. Lina
ggali. Meskipun ada rasa takut dan khawatir tentang masa depan, ada
na mereka. Rian kooperatif, dan hal itu sedikit banyak meringankan beban Lina. Mereka memutuskan untuk tidak langsung
ersama-sama," kata Rian. "Ag
ka dan citra mereka di mata publik. Mungkin ini satu-satuny
ng tak tergoyahkan. Lina bercerita tentang proses perceraiannya, tentang ketakutannya, tentang harapannya. Daniel tidak m
suatu malam di telepon. "Tapi kau melaku
a Daniel bukanlah hanya cinta masa lalu yang kebetulan kembali. Ia adalah cerminan
Rian tidak mempersulit apa pun, termasuk hak asuh Arka yang jatuh pada Lina, dengan
ang, Lina dan Rian duduk di ruang tamu, di hadapan pengacara mereka. Do
kata pengacara mereka, "semua sud
, dan Rian menatapnya. Ada rasa lega, namun juga ada jejak kesedihan. Bukan kesedihan karena kehil
Lina, suaranya tulus. "Untu
Maaf jika aku tidak pernah bisa
g pas untuk drama panjang mereka. Sebuah
gian tersulit. Lina dan Rian duduk bersama di ruang keluarga, Arka di tengah-tenga
aranya lembut, "Papa dan M
ka dengan mata po
mencoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak kecil. "Tapi
utkan kenin
k. Dan kadang, teman yang baik lebih bahagia kalau tidak tinggal di rumah yang sama." Lina t
Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan kehadiran Rian yang minim di r
ak tidur di sini
ang," kata Rian, suaranya sedikit bergetar.
angguk pe
i ia tahu ini adalah keputusan terbaik. Arka berhak tumbuh di
kau yakin, Lina? Bagaimana dengan Arka?" tanya sang ibu berulang kali. Lina menjelaskan dengan sabar, betapa hampa pernikaha
ak banyak bertanya. Rian yang menjelaskan semuanya dengan singka
yang bergosip. Lina mencoba tidak terlalu memikirkan hal itu. Ia sudah terlalu lelah unt
embali sesuai keinginannya. Ia mulai mendekorasi ulang, membuang benda-benda yang mengin
engan Arka, membacakan buku, bermain di taman, dan menemaninya belajar. Sen
i sembunyi-sembunyi. Mereka makan siang, pergi ke galeri seni, atau sekadar minum kopi sambil bercerita. Daniel
tuhan itu lembut, hangat, dan penuh kasih sayang. Lina tidak menarik tangannya. Ia mem
natap mata Lina. "Tapi aku tidak bisa menyembunyikannya lagi.
un lalu, kini datang di saat yang tak terduga. Ia menatap Daniel, pria yang
rbisik, suaranya
isi, masih menyembuhkan luka. Namun, ia tahu, Daniel adalah
pusat kota, dekat dengan kantornya. Lina tidak tahu banyak tentang kehidupannya, dan ia juga ti
sampingnya, berdiri Maya. Mereka tampak akrab, Maya mengusap lengan Rian
a lega yang aneh. Inilah takdir. Inilah jalannya. Rian bersama Maya, cinta pertamanya, wanita yang selalu bertahta di hat
ihkan pandangannya pada Arka yang berlari menghampirinya. Senyum men
ah berakhir, dan babak baru siap dimulai. Mungkin babak ini tidak akan mudah, namun setidakn
ta lagi. Tapi ia tahu satu hal: ia tidak akan lagi hidup dalam ilusi. Ia akan memilih kebahagiaannya