yang dulu diselimuti aura kesepian, kini terasa lapang, seolah siap untuk diisi dengan kisah baru. Ia memang masih tinggal di rumah yang sama, rumah yang pernah berbagi dengan Rian, n
dalah simbol dari kebeba
membaca buku cerita bersama di sofa. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memastikan Arka merasa dicintai, aman, dan tidak terbebani oleh perpisahan orang tuanya. Rian, di sisi lain, juga menepati janjinya. Ia rutin menjen
sama di kafe, taman, atau sesekali makan malam di restoran sederhana. Daniel tidak pernah terburu-buru. Ia selalu sabar, memberikan ruang bagi Lina untuk menyembuhkan lukanya. I
buah bangku taman, memandangi
" Daniel berkomentar, s
saha sekuat tenaga agar dia t
yang heba
n itu. "Terima kasih, Daniel. Kau ba
Aku hanya ingin kau bahagia, Li
ma tak ia rasakan. Getaran itu bukan lagi ketakutan atau keraguan, melai
tuk kembali mempercayai, takut untuk kembali mencintai, takut untuk terluka lagi. Ia takut perasaannya pad
niel," Lina memberanikan diri berkata. "Aku masih dala
k langsung memberiku jawaban. Aku akan menunggu. Aku akan selalu ada u
akan perasaannya, ia memberikan Lina ruang dan waktu yang ia butuhkan. Ini adalah perbed
i acara sosial bersama, makan malam di restoran, dan bahkan dikabarkan telah berlibur bersama. Lina melihat foto-foto mereka di media sosial teman-teman, dan hatinya tidak lagi berd
nita yang selalu bertahta di hatinya, dan Lina telah bebas dari ilusi yang menyakitkan. Tidak ada lagi rasa cemburu, hanya ada
ina. "Lina, aku ingin bicara
angat dari biasanya. Mereka sepakat bertemu di sebuah
Rian?" t
. "Aku... aku akan
l ini akan terjadi. "Selamat, Rian," kat
terkejut dengan reaksi Li
tipis. "Aku memang menginginkanmu bahagia
kasih, Lina. Aku tidak
. "Yang penting kau bahagia.
juga bahagia, Lina." Ia terdiam sejenak. "Aku tahu ak
berat terangkat dari dadanya. Bukan berarti semua rasa sakit langsung h
"Kita sudah sama-sama belajar. Semoga
a. Rian ingin Arka hadir di pernikahannya, dan Lina setuju. Ia tahu ini a
gal di rumah bersama Arka, yang sesekali dijemput Rian untuk datang ke acara itu. Lina tahu, kehadirannya hanya akan menambah ke
nikahan itu dengan mata berbinar. "Mama Maya ca
yukurlah kalau Papa dan Ma
rka, dan itu sudah cukup baginya.
pikul, seolah-olah lenyap sama sekali. Ia tidak lagi melihat Rian dan Maya sebagai ancaman atau sumber ra
el tidak pernah menyerah. Ia selalu ada, sabar menunggu. Ia membuktikan ketulusannya melalui setiap tindakan kecil:
ka di meja makan. Arka tampak nyaman dengan Daniel, ia bahkan berbagi cerita tentang sekolahnya dengan antusias. Melihat inte
Daniel duduk di teras belakan
ganmu, Daniel," Lina m
gamnya erat. "Aku juga, Lina. Aku t
aku terlalu lama membua
Aku mengerti. Kau butuh waktu. Dan aku se
, ia merasa tidak perlu berpura-pura. Tidak perlu menyembunyikan luka atau ketakutannya. Dan
ta yang tepat. "Aku... ingin mencoba,
gan lembut. Ciuman itu bukan ciuman yang terburu-buru, melainkan ciuman yang sar
ngenal satu sama lain lagi, membangun kembali fondasi yang dulu pernah ada. Daniel sangat perhatian pada Arka, mem
lagi dipaksakan. Ia mulai kembali mengejar impiannya yang terkubur, impian untuk membuka toko bu
uatu hari, ketika mereka melihat-alih sebuah
ia bisa merasakan kebahagiaan seperti ini lagi. Bahwa ada seseorang
ngan arah dan makna. Namun, dari kehancuran itu, ia menemukan kekuatan. Kekuatan untuk melepaskan yang tid
utra kesayangannya. Dan ia punya Daniel, cinta yang datang kembali, yang siap menemaninya membangun kembali hati yang hancur, menjadi lebih