ana. Rabaan itu perlahan-lahan berubah menjadi remasan. Nafasku semakin tidak karuan. Biar bagaimanapun a
agi saat ayah memainkan puting susuku dengan jemarinya. Ah, itu makin membuat geli keenakan. Ingin rasanya aku memegang m
gnya, aku hanya menuruti saja apa yang diperintahkan: aku pun membuka pahaku. Kini tampaklah memekku di depan a
ea terlarangku. Lalu kurasakan tangan kirinya mulai menyentuh memekku.
bermain di bibir vaginaku. Aku juga tak bisa me
.ahhh..." Aku
. Bahkan ayah mulai menyentuh klitorisku.
....a
upastikan bahwa memekku sudah makin basah. Apalagi tangan
enemukan barang paling berharganya. Barang yang selama ini sering hadir dalam imajinasiku. Saat aku m
u mau. Ia mendekatkan duduknya ag
rung ayah dan memegang kontolnya. Kontolnya sudah mengeras. Bentu
jarinya ke dalam lubang memekku. Dalam bayanganku, buka jarinya yang
belum cuk
disetubuhi. Tapi ini tak mungkin dilakukan karena sangat berbahaya. Lagi pula aku belum punya cukup keberanian untu
Aku merasa sebentar lagi akan mencapai orgasmeku. Ap
a...yaahh.
i itu harus terhenti karena
uu.
ah dan langsung memasang handukku. Sementara ayah meninggalkan permainan tangannya di tubuhku. Ia
anya anakku yang ternyata meli
bku sekenanya. "Kam
ta uang. Mau b
era mengenakan pakaian. Apa yang kurasakan sedikit menjengkelkan: aku harus berhenti setela
rnya dan tak menemukan siapa pun. Ke mana ayah? Apakah dia langsung ke sawah? Aku ke arah kamar mandi dan kudap
tolnya yang tegak berdiri itu. Perlahan birahiku kembali bangkit. Tanganku perlahan turun ke arah selangkangan dan aku mulai mela
tolnya menyemburkan sperma. Kudengar ayah mendesah. Spermanya banyak sekali dan berjatuhan d
-buru aku merapikan baju dan segera masuk ke dalam kamar dan melanj
angan ayah mertuaku y
a melakukan hal seberani itu bersama ayah mertua? Kenapa aku juga hanya diam saja ketika ayah mulai be
nar-benar
*
rtuaku menunjukkan bahwa pada suatu saat bisa saja ia melakukan hal yang lebih. Sedangkan diriku, tidak melakukan perlawanan apa pun terhadap perlakuan dari ayah.
mertuaku. Aku tidak ingin terlihat sebagai pihak yang paling bahagia dengan kejadian kemarin. Bukan karena aku takut ayah
h. Ia tidak menujukkan gelagat apa pun. Tapi
yah baru datang dari sawah. Sebelum ia
aaf soal kejadian kemarin. Seka
Aku juga
laki-laki dan seorang duda, ayah tidak kuasa m
mua udah terjadi. Apalagi aya
akimu uda
ah,
lah kal
ngiyakan permintaannya. Pada saat aku baru datang dari kamar mandi, kudapati suamiku hanya mengenakan sarung. Ia la
bagian belakang ia singkap hingga menemukan bongkahan pantatku yang terbalut celana dalam. Suamiku melakukan remasan pada pantatku seme
iku menghentikan kegiatan k
satu. Mulai dari daster sampai celana dalam. Suamiku duduk di tepian ranjang dan memelukku yang masih berdiri sambil melahap kedua payudaraku yang tepat be
aku mulai
dengan ayah. Kemarin ayah juga melakukan hal yang sama padaku. Jadilah aku makin
ang. Lagi-lagi aku terbayang pada kontol ayah. Kenapa kontol suamiku tidak sama dengan milik ayah? Oh, andaikan kon
itu karena memang kemampuannya atau karena aku yang me
~
sam