ibuk. Gedung pencakar langit yang menjulang di jantung kota Jakarta itu adalah simbol kekuasaan dan kekayaan klan Pram
nitur kayu jati yang berat. Jendela-jendela besar menampilkan panorama kota Jakarta yang sibuk.
rkan tangan. "Terima kasih sudah datang
as, menjabat tangannya dengan mant
g menjadi kebanggaan Pramudya. Ada kendala dalam perizinan yang tak kunjung selesai, dan kontraktor utama, PT. Adhi
" Bram menggerutu, menunjuk tumpukan dokumen di meja
Ia telah melakukan riset mendalam tentang PT. Adhi Perkasa dan menemukan reputasi buruk mereka di balik proyek-proyek mangkrak. Ia juga
gkin berbicara langsung dengan beberapa pihak terkait," Am
kin? Ini pekerjaan yang sangat ru
tersenyum penuh keyakinan.
ty Walk. Tidak ada kontrak resmi, tidak ada jabatan resmi, hanya sebuah keperca
pesona khasnya. Ia berinteraksi dengan para manajer proyek, kepala departemen, dan bahkan karyawan-karyawan biasa
keputusan Bram yang terlalu mengandalkan PT. Adhi Perkasa, namun tak berani menyuarakan pendapat mereka. Ada
bantuan seorang staf junior untuk mencari dokumen tertentu, atau "tak sengaja" mendengar percakapan pen
an keuangan proyek, Vina Pramudya masuk ke ruan
i!" Vina berseru, melempar
mudya terpampang di halaman tengah, sedang berc
napas panjang. "Reno la
, Yah!" Vina merengek. "Bagaimana
n, dalam hati ia mencibir. Vina hanya peduli pada citra, bukan pa
Bram berkata, suaranya lela
tidak pernah berubah!" Vina frustrasi. "Aku sudah bilang,
Bram dan anak-anaknya. Vina membenci kebiasaan
engan suara lembut. "Terkadang, hukuman yang teg
t Amara ikut campur.
rsenyum tipis. "Skandal sekecil apa pun bisa merusak keperc
mpertimbangkan. "Lalu, menuru
nnya," Amara menyarankan, nadanya penuh perhitungan. "Tidak perlu menutupi hu
ibirnya. "Itu ide yang bagus, Yah! Biarkan dia menderita sedi
putranya, namun ia juga lelah dengan ulah Reno
nya," Bram berkata,
us. Tekanan dari Vina dan pandangan "objektif"
Reno Pramudya, yang selalu hidup dalam kemewahan dan tak pernah khawatir soal uang, kini berada dalam kesulita
n merasakan bagaimana rasanya kehilangan, meskipun it
PT. Adhi Perkasa sebenarnya adalah perusahaan milik teman dekat Bram Pramudya. Itu men
eberapa insinyur dan manajer proyek yang tampak tidak puas dengan kinerja PT. Adhi Perkasa. Ia mendengarkan keluhan
idak dipenuhi, dan beberapa izin yang didapatkan melalui jalur yang tidak biasa. Amara meng
atinya dengan wajah muram. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan matanya menunj
a sebentar?" tanyanya,
reka berdua berjalan keluar kantin, m
bertanya, suaranya bergetar. "Ayah
ya datar. "Aku
hela napas, menunduk. "Semua temanku menjauhi
inya. Sebagian dirinya ingin mencibir, mengatakan bahwa itu pantas ia d
Amara berkata, nadanya tenang. "Kau selal
api aku tidak menyangka ayah akan melaku
menyarankan, menyilangkan tangannya di depan da
isa membantuku, Amara. Aku tahu kau dekat dengan ayah.
ang tak menjanjikan apapun. "Ke
h dekat," Reno terbata-bata.
ang menusuk hati Amara. Keluarga yang
t bagaimana kau memperlakukan Danisa? Bagaimana kau me
tahu aku salah. Aku sangat menyesal atas apa yang
nya mengeras. "Danisa sudah tidak ada. Dia pergi kar
ra yang penuh kemarahan. "Aku benar-benar
nyesal sekarang. Hidupmu akan baik-baik saja tanpa uang ayah
penuhi rasa tak percaya. "
u harus menghadapi konsekuensinya send
menyangka Amara akan bersikap sekeras itu. Ia mungkin berharap Am
jam, Amara," Reno ber
senyumnya dingin. "Bagaimana rasanya, Reno?
ontai. Amara menatap punggungnya yang menjauh, hatinya
canakan langkah selanjutnya. Ia menemukan bahwa Bram Pramudya telah mengambil risiko besar dengan meminjam dana dalam jumlah b
berapa manajer senior yang terlibat dalam proyek tersebut. Amara datang d
enang dan percaya diri. "Setelah melakukan analisis mendalam, saya
ja buruk PT. Adhi Perkasa yang menyebabkan kerugian besar. Ia menunjukkan foto-foto lapangan yang menunjukkan kualitas pek
gangguk setuju, seolah mereka sudah menduga hal ini. Bram Pramud
kakkan biaya," Amara menjelaskan, suaranya tegas. "Dan yang lebih parah, ada indikasi bahwa beberapa izin
ai presentasi. Bram menatap Amara, matanya
tidak legal'?" Bram be
, Bram," Amara menjawab jujur. "Jika ini terungkap ke publik, reputasi Pramu
kan, kini tampak terguncang. Ia tahu bahwa Amara tidak b
lakukan?" Bram bertanya,
itu akan menimbulkan penalti, itu lebih baik daripada membiarkan proyek ini terus merugi dan meru
pa bahkan mengangguk setuju. Mereka telah lama menun
. Ia telah mengabaikan peringatan-peringatan dar
n PT. Adhi Perkasa. Amara, aku ingin kau yang mengurus semua ini. Cari k
gan besar. Ia kini memiliki kendali penuh
dengan tatapan penuh kebencian. Ia tahu bahwa Amara telah mendapat
ina langsung mengham
ahku?" Vina berbisik, suarany
aya hanya menunjukkan kebenaran, Nona Vina. K
iputus? Kita akan rugi besar!" Vina berteriak, tak
Nona Vina," Amara membalas, suaranya tetap tenang. "Pramudya Gr
apa maumu, Amara. Tapi aku akan mengawasimu.
rsenyum sinis. "Saya hanya mem
an membara di matanya. Amara tahu, Vina akan menjadi duri d
ang harus ia lakukan. Ia harus mencari kontraktor baru yang benar-benar bisa diandalkan, s
g pada Danisa. Kakaknya yang dulu begitu ceria, kini hanya tinggal kenangan. Amara
kehilangan kekuasaannya, Reno yang terpuruk tanpa harta, dan Vina ya
kedamaian? Apakah kehancuran orang lain akan mengembalikan senyum Danisa? Ia tidak tahu
erdering. Nama Bram Pr
, B
elah. "Aku tahu aku membuat keputusan yang tepat dengan me
ang bisa membantu, Bram. Kita ak
"Dan aku ingin kau terus membantuku, Amara. A
anya. Ia telah berhasil menjadi orang kepercayaan Br
awab, suaranya mantap. "Saya a
ah gedung-gedung tinggi di Jakarta yang gemerlap di malam hari
a, sebuah senyum kemenangan terukir di bibirny