an. Sejak Bianca pergi, ruangan ini menjadi kuil pengingat akan kesalahannya. Ia menyalakan lampu, menerangi vas-vas kosong, gulungan pita yang berantakan, da
uaranya parau. Ia tahu itu gila, tapi ia juga tahu itu adalah kep
anca. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk mereka berdua. Ia harus men
ia tinggalkan di sana malam Bianca pergi. Ia membuka riwayat pesan, mencari nomor anonim itu. Ia mencoba melacaknya, t
h... Maya hanyalah seorang rekan kerja. Namun, bayangan senyum Maya, tawa lepas mereka di kafe, dan sentuhan spontan di tangan
eman dekat Bianca sekali lagi, kali ini dengan l
Bianca tidak akan pergi tanpa memberitahu
k tahu apa-apa. Bianca tidak menghubungiku. Aku sudah mencoba
au apakah dia pernah... mengeluh tentangku?" Adrian berta
selalu membicarakanmu dengan penuh cinta. Dia pikir kalian adalah pasa
an begitu apik. Adrian menutup telepon dengan perasaan campur aduk antara frustrasi dan pe
ya hanya impian. Pondok itu terpencil, jauh dari hiruk pikuk kota, tersembunyi di antara pepohonan rindang da
yang dulunya subur kini dipenuhi ilalang. Pondok itu tampak usang, terlupakan, mirip dengan perasaannya sendiri. Tap
dan dingin. Namun, saat ia melangkah masuk, sebuah ketenangan aneh menyelimuti dirinya. Tidak ada kenangan Adri
na, dan ruang tamu. Yang paling menarik perhatian Bianca adalah jendela besar di
antai, mengelap jendela hingga berkilau. Setiap gerakan fisiknya adalah upaya untuk mengusir kek
anca tidak ingin mendengar suaranya, tidak ingin membaca kata-kata penyesalan yang ia tahu akan terasa ham
yang lembut, yang dulu terbiasa merangkai keindahan, kini terbiasa dengan tanah, kotoran, dan kerasnya pekerjaan fisik. Setiap kali ia merasakan nyeri di
subur di tanah itu. Ia membayangkan taman itu akan menjadi hutan bunga berwarna-warni,
inggal beberapa rumah jauhnya. Bapak Hadi adalah seorang pensiunan petani yan
li tanah itu?" tanya Bapak Hadi suatu so
k Hadi, tapi saya bisa. Saya ingin me
nya. "Orang kota sepertimu jarang punya k
Ia merasa hatinya hancur berkeping-keping. Tapi ia memaksa
aerah pedesaan itu senang dengan adanya penjual bunga yang bisa dijangkau. Bianca bekerja keras, merangkai bunga dengan tangan kosongnya, menciptakan buket-buket indah
Maya dari proyek Klien Jaya, alasannya "restrukturisasi tim." Maya terkejut, tapi tidak bertanya lebih jauh. Adrian tahu ia harus
ta. Ia tidak ingin polisi terlibat, itu terlalu p
ada detektif bernama Bapak Budi itu. "Dia pergi seminggu yang l
guk. "Apakah ada masalah dalam pernikahan Anda, Bapak Adrian? Kar
jujur. "Ada kesalahpahaman. Saya... saya melak
ya. "Baiklah. Kami akan mencoba melacak jejaknya. Bisakah Anda memberikan
eka lihat. Itu adalah satu-satunya petunjuk yang ia miliki, meskipun kecil. Bianca selalu menyebutkan
iksa transaksi bank Bianca, melacak penggunaan kartu kreditnya. Tapi tida
u hari, dalam laporan rutin. "Tidak ada transaksi besar, tida
api dia harus ditemukan! Dia tid
kan, Bapak," jawab detektif itu denga
m rasa sakit yang ia timbulkan pada Bianca, sehingga Bianca rela m
nim itu. Siapa yang mengirimkannya? Mengapa? Apakah itu
nkah ada orang lain yang ingin mencelakainya? Atau
ambisius, langsung terpikat oleh Bianca yang ceria, manja, dan penuh semangat hidup. Bianca adalah cahaya dalam hidupnya yan
meredupkan
sakan kehadiran Bianca, mencoba memahami apa yang ada di balik kepergiannya yang hening. Ia melihat sketsa-sketsa bunga yang
tawanya, sentuhannya, aroma parfumnya. Kemudian, ia merindukan obrolan ringan mereka di pagi hari, candaan mereka saa
uang, kehancuran karier, semua itu tidak sebanding dengan kekosongan yang ia rasakan di dadan
Tanaman-tanamannya tumbuh subur. Taman itu mulai dipenuhi warna dan aroma. Ia juga
r suara mobil di jalan setapak. Jantungnya berdebar kencang. Apaka
dan seorang wanita dengan kamera profesional turun dari mobil. Me
kepada tetangga Bianca yang kebetulan s
Mereka menemukannya.
adi. "Dia sudah tinggal di sini sekitar se
a mulai mengambil foto pondok, taman, bah
a di dalam?" ta
jawab Bapak Hadi, tidak curig
sendiri. Ia mengirim detektif. Rasa marah kembali membakar hatinya. Adrian
persembunyiannya. Ia merasa terancam, privasinya dilangg
a ingat Adrian pernah mengatakan bahwa ia adalah bintang di hidupnya. Se
ah mencoba menghubunginya melalui nomor lamanya. Ia ingin melacak pergerakan Adrian, mengetahui apa yang Adrian lakuk
k Klien Jaya yang mengalami sedikit penundaan, dan bahwa desainer interior yang menangani proyek itu tiba-tiba dig
it lebih panjang, wajahnya tampak kurus, dan ada lingk
pati, tapi semacam kepuasan yang dingin. Adrian sedang
n pernah sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan ketika melihat foto dan video itu.
Cepat atau lambat, Adrian akan datang. Apa yang akan ia lakukan? Berlari
endiri. Tanpa teriakan, tanpa air mata, tanpa drama. Ia akan membi
etiap sudut, ia melihat dirinya sendiri-keberaniannya, tekadnya, dan kemampuannya untu
. Bukan lagi istri yang manja, genit, dan selalu bergantung padanya. Tapi seor
h mati, terkubur di bawah puing-puing pengkhianatan. Kini, ada Bianca yang baru, dan ia siap menghadap