img Kau Tak Menyadari Disaat Aku Pergi  /  Bab 4 Adrian tiba di pondok | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Adrian tiba di pondok

Jumlah Kata:1548    |    Dirilis Pada: 16/06/2025

lamat dari detektif, disertai beberapa foto pondok dan area sekitarnya. Setiap kilometer yang ia tempuh terasa seperti ribuan mil, setiap detik terasa

an di sekelilingnya, taman itu hidup. Bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna, mengeluarkan aroma manis yang terbawa angin. Adrian bisa meliha

samping pondok. Ini dia. Bianca benar-benar di sini. Ia melangkah maju, kakinya terasa berat. Seti

a. Ia mengenakan kaus lama dan celana jeans yang belepotan tanah, penampilan yang jauh berbeda dari Bianca yang selalu rapi dan modis yang Adrian kenal. Namun, ada aura

t di tenggorokannya, lebih sep

ik. Matanya yang biasanya cerah dan penuh kehangatan, kini menatap Adrian dengan so

a, suaranya tena

a tanam. "Bianca, Syukurlah kamu baik-baik saj

tatapan yang membuat Adrian merasa telanjang, semua kebohongannya terkuak

duhan, hanya pertanyaan dingin yang mengindikasikan bahwa kehad

memulai, suaranya putus asa. "Aku tahu aku salah. Aku tahu aku

sebuah gestur kecil yang hampir tid

jelasan, mengeluarkan semua amarah yang ia rasakan. Tapi Bianca ha

atku dengan Maya," Adrian mengakui, suaranya nyaris berbisik. Ia menunduk, tid

angin yang berdesir di antara dedaunan. Adrian meng

yang tidak mencapai matanya.

dekat. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini kepadamu. Itu tidak berarti apa-apa. Maya

inding. "Cinta macam apa yang membuatmu mencari kesenangan dengan wanita lain?

han. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu," Adrian mencoba membela

penuh cinta, manja, dan genit sepertiku, yang selalu membuatmu merasa menjadi pria paling berun

isau. Itu adalah cerminan dari pikiran-pikiran Adrian s

alanya bagiku. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku kehilangan arah. Stres pekerjaan, tekanan, itu semua...

ngan Bianca. Tapi Bianca menarik tangannya menj

anya lebih tegas sekarang. "Untuk mengulang kebohonganmu? U

u. Rumah terasa kosong tanpamu," kata Adrian, su

t matanya penuh penilaian. "Apakah kamu tahu, Ad

erdiam,

ang menyakitkan. "Tapi keheninganmu. Kamu memilih untuk berbohong. Untuk menyembunyikan. Untuk berpura-pura semuanya baik-

nya. Itu adalah kebenaran. Keben

anya, suaranya hampir tidak terdengar. "Aku pe

amannya. "Memilih untuk menghadapi duniaku sendiri. Membangunnya k

aca-kaca. "Aku akan melakukan apa saja. Aku akan berubah. Aku akan

. Kepercayaan, sekali pecah, sulit untuk direkatkan kembali seperti semu

dak ada keraguan. Kata-kata Bianca bagai palu go

ingin. "Dan aku tidak bisa hidup dalam keraguan yang terus-menerus. Ak

ra. Tempat di mana bunga-bunga tumbuh dari tanah yang tandus. Da

taman yang dulunya tak terawat, kini hidup dan subur. Seperti Bianca sendi

sekarang?" tanya Adrian, suaranya

ian. Kita tidak bisa terus berpura-pura. Fondasi pernikahan

t ketegasan di mata Bianca, sebuah tekad yang tak tergoy

n," kata Adrian, suaranya putus asa. "Rumah,

ian. Aku tidak menginginkan rumah itu. Aku hanya ingin hidupku kembali

emarahan kecil muncul dalam dirinya. "Kenapa kamu tidak mengonfronta

gin memberimu kesempatan untuk memanipulasiku dengan permintaan maafmu yang hampa. Aku tidak ingin teriakan dan air mata. Aku i

an telak. Itu adalah pembalasan Bianca. Sebuah p

kehilangan segalanya sekaligus. Dan aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak memilih berteriak

Bianca. Bukan karena pertengkaran besar, bukan karena perpisahan yang dramatis, tapi karena serangkaian k

suaranya serak. "Aku telah menyakitimu terlalu

terasa berat, seolah-olah ia menyeret beban gunung. Ia melihat ke belakang untuk terakhir kalinya. Bianca masih berdiri di sana, d

" panggi

, berharap ada

, suaranya pelan tapi tegas. "Hidupku dimul

tinya hancur berkeping-keping. Ia berba

unga-bunga yang mekar di tengah-tengah kehancuran. Itu adalah Bi

idakpeduliannya, adalah pengingat konstan akan kehancuran yang ia sebabkan. Ia akan hidup dengan penyesalan ini, sel

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY