diri, mencari cara agar Arya tidak curiga. Syukurlah, Arya semakin sibuk dengan pekerjaannya, atau mungkin, ia memang tidak begitu peduli lagi dengan detail penampilan Kirana. Arya, yang tampaknya
n begitu saat jam makan tiba. Arya hanya mengangguk, tanpa curiga bahwa "pe
rasa pusing hebat, pandangannya berkunang-kunang, dan sesekali ia hampir pingsan. Lisa, teman baiknya, sudah seperti bayangan. H
k bergerak," Lisa memperingatkan suatu sore, saat melihat Kir
awab Kirana, suaranya lemas. Ia tahu risikonya, tapi ia merasa ter
am biasa. Rasanya jauh lebih kuat, lebih menyakitkan. Ia mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dal
ia meraih ponselnya
Kirana berbisik,
it apa?" Lisa terdengar
.. keram
sekarang! Ka
Kirana sudah menunggunya di teras, wajahnya pucat pasi, tubuhnya ga dilarikan ke ruang gawat darurat. Dokter dan perawat segera memerik
r," kata dokter jaga. "Kita harus
, Kirana menahan napas. Ia menatap layar
rkata lembut. "Tapi posisi kepala bayi belum benar-benar turun ke panggul. Dan t
k?" Kirana bertany
. Kita tidak bisa membiarkan Anda mengalami tekanan berlebihan. Risiko preeklampsia selalu ada." Dr
rputar-putar di benak Kirana. Ia tahu ia har
n, Kirana duduk di kursi roda, tubuh
beritahu Arya," Kirana berkata,
dah waktunya, Ran. Kamu nggak bis
ang luar biasa. Bagaimana reaksi Arya? Apakah ia akan
ta selama beberapa hari. Arya hanya membalas pesan singkatnya dengan "Oke. Hati-hati." Tidak ada kekhawatiran, tidak ada per
iba-tiba menelepon. "Kir
egup kencang. "Kena
sakit. Serangan jantung."
Meskipun perjodohan, Pak Danang selalu memperlakukannya dengan hormat. Tanpa pikir
. Ia melihat Arya duduk di kursi tunggu, wajahnya sembab, matanya me
Ia berlari menghampiri suaminya, tanpa sada
dangannya beralih dari perut Kirana ke wajahnya, lalu ke per
mu..." Suara
kepanikan dan kesedihan karena kondisi Pak Danang, rahasia yang
mencoba mengalihkan pembicaraan,
a bangkit, mendekati Kirana, dan menatap perutn
u Santi yang tadinya sibuk dengan kesedihannya, ikut t
benar?" Bu Santi berta
a-apa. Ia hanya mengangguk,
ak, ada kemarahan dan kekecewaan yang kentara dal
a ini ia pendam meledak. "Saat kamu asyik dengan kekasihmu? Saat kamu sibuk berbohong
eras. Ia terdiam, wajahnya pias. Bu Santi menata
carakan, Kirana?" Bu Sant
a ini. "Arya memiliki kekasih lain sebelum kami menikah, Ibu. D
berubah menjadi kemarahan dan kekecewaa
njawab. Kebisuan Arya sudah
Danang yang kritis di ICU. Di sisi lain, drama rumah tangga Arya dan Kiran
a, suaranya bergetar menahan tangis. "Di saat seper
irana... sebaiknya kita tenang dulu. Ada y
khawatirnya aku selama ini?! Aku berusaha memperbaiki se
a membalas, hatinya hancur. "Aku tidak ingin anakku lahir dari kebo
a, kini terpancar begitu jelas. Ia melihat lingkaran hitam di bawah mata Kirana, bibirnya yang pucat, tubuhnya yang terliha
getar. Penyesalan yang mendalam mulai m
ngkan dirinya. "Sudah, sudah. Sekarang fokus
ruang ICU. Wajahnya seriu
ya berdiri berdekatan, meskipun ada jarak
ami sudah melakukan yang terbaik. Tap
disusul isak tangis Arya. Kirana merasakan kakinya lemas. Ia tidak bisa me
mencoba menenangkan Bu Santi, meskipun hatinya sendiri hancur. Ia melirik Arya, yang
wajah yang lebih murung. "Kami mohon maaf. Bapak Da
as di pipinya. Kehilangan Pak Danang adalah pukulan yang sangat berat bagi mereka semua. Di tengah kesedihan yang mendalam itu
a di setiap langkah. Arya, meskipun masih berduka, terlihat lebih dekat dengan Kirana. Mungkin karena kesed
ara dengan Kirana, tapi Kirana hanya memberinya tatapan ko
u Santi menyendiri di kamarnya. Arya duduk di ruang tamu, diam. Kirana menyiap
tahu aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku... aku tidak menyangka ini akan terj
Arya, sebuah penyesalan yang mendalam. Tapi apak
ata pelan. "Aku hanya... aku tidak tahu harus bagaimana. Aku terlalu tak
Tidak ada kewajiban. Ini anakku. Anakkita
a kembali menggenang. "Kamu memilih orang lain. Dan a
skan semua hubungan dengan Zia. Aku sudah memberitahunya bahwa aku tidak bisa bersamanya lagi. Aku tahu ini sulit untukmu per
lagi? Setelah semua rasa sakit ini? Namun, di sisi lain, ada sebuah nyawa yang tumbuh d
Aku takut kamu akan menyakitiku lagi. Aku takut anak
ada tulus. Ia meraih tangan Kirana, menggenggamnya erat. "Aku ak
han yang jarang Arya tunjukkan. Kesedihan karena kehilangan ayahnya, ditambah penyesala
tahu, Arya," Kiran
melanjutkan, nadanya penuh janji. "Aku akan menjaga
u mungkin, ia hanya terlalu lelah untuk terus berperang. Ia terlalu lelah untuk berjuang sendirian.
nya, dan mencoba membangun kembali semuanya dari nol. Atau, tetap pada keputusannya u
rharga, yang kini menjadi prioritas utamanya. Demi bayi ini
nya berkata, suaranya masih bergetar.
matanya. "Terima kasih, Kirana. Aku aka
mereka. Sebuah batas yang dibangun oleh kebohongan, pengkhianatan, dan luka yang mendalam. Arya berbalik
hanyalah penyesalan sesaat yang didorong oleh tragedi yang baru saja terjadi? Kirana tidak tahu jawabannya. Ia hanya tahu ba