ak, membuat Luther yang dari tadi berdir
tuk keputusan ini. Jadi, saat ini kau hanya perlu mengikuti semua
eketika ia rasakan. Ia memang menyetujui untuk menikah dengak memiliki apa-apa untuk pernikahan." Aur
endekat pada Aurora yang masih duduk. Tubuh Kael menunduk ketika berada
r akan mengantarmu ke kamar, dan kau
m. "Kau memiliki cukup waktu untuk memakai gaun. Sebentar lagi pengacaraku a
ael membuatnya tak bisa bernapas dengan b
yaan Aurora. Meskipun begitu, ia tetap menjawabnya walaupun
aktu, dan tengah malam nanti adalah waktu yang tepat untuk menikah. Angg
gerutkan keningnya, tak memiliki jawaban te
lucu?" t
"Aku tidak menyangka kau ternyata puitis juga. Pergantian hari yang diibara
tuskannya. Yang jelas, saat ini ia telah digiring oleh Luther menuju s
. Tidak perlu mengenakan makeup berlebihan, karena ini hanya s
ael. Tapi... aku penasaran satu hal." Aurora kembali menatap kamar b
pintu ini kututup." Tangan Luthe
... gaun itu," tunjuk Aurora ke atas
k Tuan Vireaux memilihmu untuk menjadi istrinya. Sekarang, persia
r menutup pintu, sementara dirinya berjalan perlaha
ngat elegan. Ada seni di tiap lekukan kainnya, dan
tak pernah memikirkan menikah di umurnya saat ini. Lebih tepatny
ang tak terlihat kaku, seakan sedang me
i secantik ini?" bisik Aurora, masi
*
aru saja tersemat di jari manis Aurora. Cincin yang serupa pun telah
enikah,' Aurora membisikkan kalimat itu dalam hati,
a selarut ini," gumam Aurora pada
a. "Apa pun bisa kulakukan, Rora. Bah
ijebak olehmu," bisik Rora,
yanya yang selalu mengintimidasi. "Bahkan jika kau merasa s
janjikan untukku." Rora dengan tak punya rasa takut menantan
ngat, meremangkan tubuhnya tanpa ada aba-aba. "Kau selalu bisa memegan
*
k pernah mengira akan terdampar di sebuah penthouse mewa
ternyata ini adalah jalannya menuju neraka, well... maka Aurora rasa neraka tak seburuk itu. Ia hany
Ia bahkan memberikan kunci utama dari tempat ini, dan tak ada aturan sp
masuk ke sana, dan ia pun tak memiliki kuncinya. Ia hanya perlu
di tanpa ia inginkan. Tepat ketika ia akan kembali dari dapur untuk tidur, tiba-tib
alah satunya. Namun ia menahan diri untuk tidak berteriak. Baru malam pertama d
dan sekitarnya. Ia mencoba mengingat jalan menuju kamarnya meng
, ketika berhasil men
hkan kakinya, sampai ujung kaki menendang pelan ranjang. Dan tanpa memikirkan apa-apa lagi
am, melainkan karena ia menindih tubuh ses
yakin mau tidur d