m yang samar. Ketika matanya terbuka sepenuhnya, ia tersenyum tipis. Tidak ada lagi rasa hampa yang mencekik di dadanya seperti dulu. Kini, ada Rara, g
ng kaku dan mencekam. Ada lebih banyak senyum tipis dari Andi, lebih banyak tatapan mata yang sedikit lebih hangat. Bahkan, terkadang ia akan men
gin membuat sarapan spesial untuk Rara dan Andi. Saat ia sibuk di dapur, suara langkah kaki kec
engan suara serak khas anak ban
sayang. Sudah bangun? M
matanya langsung berbinar.
uncul, sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Ia berhenti sejenak di ambang pintu dapur, memperhatikan pemandangan di depannya. Melati, deng
ndi," sa
tapannya. Sedikit lebih lama, sedikit lebih dalam, seolah mengamati. Ia
Melati enak!" seru Rara, m
bibirnya. Andi tidak pernah tersenyum lebar, setidaknya tidak di depan Melati. Senyumny
bekerja. "Aku akan pulang sedikit terla
gguk. "Hati-h
rumah. Melati menyadari bahwa kebahagiaan Rara menjadi kebahagiaannya juga. Ada kelegaan yang ia rasakan ketika melihat senyum lebar di wajah Rar
ebuah buku. Sudah jam sebelas malam, dan Andi belum juga pulang. Biasanya, ia tidak terlalu mempedulik
kah ia harus mengirim pesan pada Andi. Ia menunda, kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya. Ia tida
i segera menutup bukunya, jantungnya sedikit berdebar. Andi masuk ke
tanya Andi, suara
utuki dirinya sendiri. Mengapa ia mengatakan itu? Tentu s
ikit, tampak terkejut denga
"Aku... aku sedang membaca. Tapi suda
enuju tangga. Namun, sebelum ia melang
utkan kening.
g keluarga. Jantungnya berdetak lebih cepat. Terima kasih untuk menunggu? Apakah itu berarti ia tidak keberatan Melati me
mulai bertanya tentang hari Melati, tentang kegiatan Rara. Meskipun hanya per
lati dengan wajah cemberut. "Ibu Melat
engan anak-anak, terutama dalam hal bermain. Ia selalu terliha
main sama Ayah
di benaknya. "Bagaimana kalau kita mem
gsung berbina
an aroma manis kue yang baru dipanggang. Melati membiarkan Rara mengaduk adonan, menaburkan meses, bahkan membiarkannya menjila
lihat dapur yang sedikit berantaka
ntuk Ayah!" seru Rara, be
an Melati hanya mengangkat bah
ingkat. Namun, Melati melihat bahwa ia mengambil potongan kue yang lebih be
reskan dapur, Andi datang menghampi
noleh. "U
u... kau membua
gatan di dadanya. "Itu
"Kau tidak perlu melakukan semua ini.
ak ingin. Aku ingin merawat
n mata Andi yang menyelidik. "Kau... kenapa kau mau menikah d
tidak pernah berpikir Andi akan menanyakan hal itu. Ia bisa saja berbohong
n. "Dan... dan aku merasa kasihan pad
inya tidak berubah. "Dan
rasa ingin tahu yang samar di sana. "Tidak
balik dan kembali ke ruang kerjanya. Melati tidak tahu harus merasa senang atau sed
is, setidaknya belum, tetapi semacam ikatan, semacam rasa saling menghargai. Andi mulai menunjukkan sisi dirinya yang berbeda,
n rumah tangga di supermarket. Ia tidak senga
tidak bertemu!" seru Di
ini. Kau
g-masing. Ketika Dini bertanya tentang p
ah menikah lagi
an siapa? Kapan?" t
ikahan kami sederhana
kening. "Andi?
" kata Melati, menyeb
ti Wijaya Group itu? Ya Tuhan, Melati! Kau benar-benar beruntu
nyum tipis. "Ya, d
a beranak satu, ya? Ba
gadis yang manis," jawab Melati, hat
enar memikirkannya. Baginya, Andi hanyalah seorang pria yang menjadi suaminya karena paksaan keadaan. Namun, mendeng
ha untuk tidak mengabaikan Rara. Ia mulai menghabiskan waktu bermain dengan Rara, meskipun ia masih terlihat canggung.
tetap khawatir. Andi baru saja pulang dari perjalanan bisnis. Ia segera
elati?" tanyanya, suaran
, tapi dia rewel," jawab Melat
emegang tangan Rara.
besar cinta Andi untuk putrinya. Ia adalah ayah yang sangat pe
memutuskan untuk mengajak Rara pergi ke kebun binatang
tang hari ini, Andi," k
kepalanya dari k
enganggu
ut," kata An
"Kau? Tapi kau ad
ab Andi, lalu kemba
lah pertama kalinya Andi secara sukar
bahkan tersenyum saat melihat Rara tertawa riang melihat monyet-monyet. Melati melihat Andi membantu Rara menaiki p
perhatikan Rara yang sedang asyik makan es krim. Ada sorot lembu
k bahagia, Andi,"
ejut. "Aku... ya, aku baha
m. "Kau adalah
tetapi ia tidak membantah. Ia h
ung jawab, pekerja keras, dan sangat mencintai putrinya. Ia memang tidak pandai mengungkapkan perasaannya, tetapi tindakannya berbicara lebih ker
mulai melihat Melati sebagai wanita yang perhatian, sabar, dan penuh kasih sayang. Melati tidak perna
an malam. Ia tidak sengaja melukai jariny
Melati m
ngar suara itu dan segera menghampiri dapur. I
yanya, nada suara
jarinya. "Tidak
balutnya dengan perban. Sentuhannya lembut, kontras dengan citra arogannya. Melati merasakan jantungnya berd
ih," kata M
melepaskan tangannya. Ada jeda singkat, beberapa detik yang terasa sangat
knya. Ia mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Andi mulai berubah. Bukan lagi sekadar ra
k dengan Andi. Ia ingin lebih mengenalnya, memahami apa yang ada di
gaimana dengan istrimu yang
nti di udara. Ekspresinya me
elati jujur. "Aku tahu itu bagian dari
ahun yang lalu." Suaranya terdengar berat, penuh kesedihan yang terpendam. "Kam
kehilangan yang begitu besar. Ia selalu berpikir Andi hanya pria arogan yang kaku, te
ndi," kata Melati tul
endalam di matanya. Malam itu, untuk pertama kalinya, Melati merasakan koneksi yang lebih dalam denga
pria yang mencoba melindungi dirinya dari rasa sakit lebih lanjut. Ia adalah seorang ayah yang berjua
di, selangkah demi selangkah, menunjukkan kepadanya bahwa tidak semua or
selera Andi. Ia bahkan mulai meninggalkan catatan kecil di meja kerjanya, berisi pesan penyemangat atau sekadar
rikan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Tetapi Melati tidak menyerah. Ia ta
as anggur dan sebuah majalah. Andi baru saja selesai dengan pekerjaannya dan bergabung
?" tanya Andi, me
ulai percakapan. "Cukup baik. Aku meng
"Rara sering berc
rsenyum.
lang kau ib
datang dari Andi, terasa sangat be
Andi, akhirnya menatap mata Melati. "Kau...
ngungkapkan perasaannya secara langsung seperti itu. "Aku
itu, yang dulu begitu kokoh, kini terasa semakin retak. Dan di balik retakan itu, Melati bisa melihat secercah harapan, secercah kemungkinan untuk sebuah ikatan yang lebih dalam, lebih berarti, yang tidak