img Menikahi Duda Arogan  /  Bab 3 Bukan hanya karena celotehan Rara | 14.29%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Bukan hanya karena celotehan Rara

Jumlah Kata:2055    |    Dirilis Pada: 21/06/2025

idup. Bukan hanya karena celotehan Rara yang riang, tetapi juga karena sebuah kehangatan yang perlahan-lahan merambat, menyingkirkan dinginnya kesepian yang dulu begitu peka

eja, membaca koran, atau sesekali melirik Melati yang sibuk. Tapi kehadiran itu sendiri sudah sangat berar

lati dengan wajah cemberut. "Ibu Melati, teman-te

tap mata bulat Rara. "M

ku, tapi Ayahku bukan Ayah Ibu Melati," kata R

menanyakan hal ini. "Rara sayang, Ibu Melati itu ibumu. D

?" Pertanyaan itu keluar begitu saja, membuat Mel

g pada Rara. "Itu... itu urusan orang dewasa, Sayang. Yang

nnya dengan Andi memang tidak seperti pasangan suami istri pada umumnya. Mereka tinggal di rumah yang sam

ndi muncul tak lama kemudian, membawa setumpuk dokumen. Ia duduk di

" kata Melati, memecah keheningan. Ia merasa ca

ya, tatapannya dingin.

h atau berbeda," jawab Melati. "Tapi dia anak yang pintar, Andi. Cepat at

g ke depan dengan tata

untuk melanjutkan. "Andi, kita harus membic

anjang. "Aku... aku t

anya?" tanya

k ke sekeliling. "Pernikahan ini. Aku tidak perna

ta sudah ada di sini. Dan kita pun

lelah. "Aku hanya... aku tidak tahu bagaim

Setelah Adam..." Ia tidak perlu menyelesaikan kalimatnya. Mereka

ta Melati. Ada ketulusan dalam sorot matanya yang membuat Melati te

ayah yang baik. Dan kau... kau mulai

ang nyaris tak terlihat. "Mung

mereka, tentang ketakutan dan harapan mereka. Melati menceritakan bagaimana ia merasa hampa setelah perceraiannya dengan Adam, bagaimana ia

nya pelan. "Aku takut melukai orang l

Melati. "Tapi kita tidak bisa membiarkan

da sesuatu yang berkelebat di matanya. Rasa horma

si dengan Melati, tidak hanya sebatas urusan rumah tangga. Ia mulai membagikan cerita tentang pekerjaannya, tentang t

tama mereka pergi berlibur bersama sebagai keluarga. Rara sangat gembira. Melati pun merasa sedikit

segar. Rara berlari-lari di halaman, tertawa riang. Andi duduk di teras, men

i di sini,"

i sering ke sini." Ada nada

ur Andi, tetapi ia tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya m

. Ada sedikit senyum di bibi

uk a

menjadi

ujian yang paling tulus yang

ketika Rara menceritakan lelucon konyol. Ia melihat Andi bermain kejar-kejaran dengan Rara di kebun teh, wajahnya dipenuhi keringat

an serius karena beban hidup yang ia pikul. Ia adalah seorang pria yang mencint

mbawa Rara ke kamarnya, membaringkannya di tempat tidur. Andi masuk ke kamar tak

yangimu, Melati,"

yayanginya,"

ya dalam, penuh makna. "Aku... aku tid

ta Melati. "Aku melakukan ini semua karena a

kali ini lebih jelas terli

ntara mereka terasa semakin menipis. Ada listrik yang

erasakan sesuatu untuk Andi. Bukan hanya rasa hormat atau simpati, tetapi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang mendekati... cinta. Itu ad

ahaman diam-diam yang tumbuh di antara mereka. Mereka mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama, meskipun hanya dengan duduk

di taman belakang, membaca buku. Andi keluar, membawa c

u apa?" t

kat bukunya. "

m tipis. "Kau

p orang butuh sedikit fan

"Aku tidak pernah me

" kata Melati. "Hidup tidak sel

ati, tatapannya sedikit

nyaman, ditemani suara burung berkicau dan desiran angin. Melati mer

pada Andi. Ada sebuah catatan kecil terselip di antaranya: "Untukmu. Mungkin kau bisa membacanya lagi." Tulisan tangan Andi, sin

a manis atau ungkapan cinta yang gamblang. Mereka berkomunikasi melalui t

i membantu Melati membereskan meja atau mencuci piring. Hal-hal kecil yang menunjukkan bahwa

Ia menangis ketakutan. Melati segera berlari ke kamarnya, memeluk Rara

asih terisak. Andi mendekat, lalu ia melakukan sesuatu yang mengejutkan Melati

g," bisik Andi, suaranya

meluk erat leher Melati, tetapi tangannya juga meraih tangan Andi. Melati merasakan se

ang yang sama, meskipun bukan di ranjang utama. Melati merasakan kehadiran Andi di sampingnya, kehangatan tubuhnya, dan aroma maskulinnya yang samar. Ia tidak bisa tidur, hatinya dip

ceria. Ia melihat Melati dan Andi di sampin

ersama!" seru

an. Ada sedikit rasa malu, tetapi

a Melati, mencoba m

tengah malam, merasakan kekosongan di sampingnya. Ia merindukan kehadiran Andi, kehangatan tubuhnya. Ia ta

nya. Terdengar ketukan pelan di pintu. Andi

a Melati, jantu

tu, dan duduk di tepi tempat tidur Melati. Ia menatap Mela

ris tak terdengar. "Aku... aku

ng paling tulus yang pernah ia dengar dari Andi. Sebuah penga

u kaku pada awalnya, tetapi perlahan-lahan menjadi lebih erat, lebih tulus. Melati membalas pelukan itu, membenamka

ngin sendiri, And

ur, berbagi kehangatan, dan berbagi keheningan yang penuh makna. Tidak ada kata-kat

an oleh ketenangan. Ia menyadari bahwa ia telah menemukan arti keluarga, bukan dalam ikatan darah, mel

arogan, melainkan pria yang rapuh, tulus, dan mencintainya dengan caranya sendiri. Sebuah puisi yang tak terucap, namun terasa jelas di setiap sentuh

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY