img Aku Menyerah, Memilih Pergi  /  Bab 2 jauh dari tempat | 10.53%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 jauh dari tempat

Jumlah Kata:3376    |    Dirilis Pada: 21/06/2025

berton-ton yang selama ini menghimpit pundaknya telah terangkat. Ia tidak lagi peduli pada pandangan orang atau ke mana kakinya akan melangkah. Yang ia tahu, ia harus jauh dari tempat tidur itu, d

m menikah, sebelum ia menyerahkan seluruh identitasn

npa arah. Pikirannya kosong, namun hatinya dipenuhi tekad yang membara. Ia telah melalui malam terburuk dalam hidupnya, dan ia

agangannya, dan pedagang nasi uduk yang asapnya mengepul hangat. Aroma makanan yang familiar

alte bus yang sepi. Naira menjatuhkan diri di sana, menarik napas dalam-dalam. Di sinilah ia. Sendirian.

yahnya sebelum ia meninggal. Ponsel canggih yang diberikan Danang sudah ia tinggalkan di apartemen, bersama semua hal yang menginga

ecil. Naira dan Maya sering bertukar kabar di awal pernikahan Naira, namun seiring waktu, komunikasi mereka merenggang. Naira terlalu sibuk mengurus rumah tangga Da

keabadian. Ia khawatir Maya tidak akan mengangkatnya, atau nomor itu sudah tidak aktif.

t. Mendengar suara Maya, bendungan air mata yang selam

da apa? Suaramu kenapa begitu?" Ma

ri. "Aku... aku di Jakarta, M

rkata, "Baik. Tunggu aku. Kirim lokasim

pa kenalan yang bisa dihubungi. Setengah jam kemudian, sebuah taksi berhenti di depannya. Seorang wanita muda d

kota Jakarta yang mulai ramai. Dewi tidak banyak bertanya selama perjalanan, seolah ia mengerti bahwa Naira sedang tidak ingin

milik bibiku. Sementara kamu bisa tinggal di sini dulu. Tenang saja, sudah kubayar untuk semin

rkaca-kaca. "Terima kasih, Dewi.

mu aman sekarang. Maya akan menghub

Naira, kamar itu terasa seperti surga. Ini adalah tempat di mana ia bisa bernapas lega, tanpa tatapan dingin, tanpa peng

angannya, rasa sakit, dan yang paling parah, tatapan mata Danang yang kosong saat ia memohon pertolongan. Kata-kata Danang yang di

antulan dirinya di cermin. Mata yang bengkak, memar di leher dan lengan, dan luka batin yang tak terlihat. Ia menyentuh memar d

pasan, tangisan kesadaran bahwa ia telah bertahan, tangisan atas semua yang telah ia korbankan. Ia menangisi Naira yang dulu, N

a Jam K

k tahu berapa lama ia tertidur. Samar-samar, ia mendengar suara

n berisi semangkuk bubur ayam hangat dan segelas teh manis.

Terima kasih, Dewi.

Makanlah dulu, baru nanti kalau kamu siap, kita b

usaha menghabiskannya. Tenaga yang hilang perlahan kembal

anaknya," Dewi memulai dengan lembut. "Apa kamu

di mata Dewi, ia merasa sedikit lebih lega. "

ang membuatmu nya

s mencintai Arka seperti anaknya sendiri, bagaimana ia mengorbankan mimpinya. Ia menceritakan pengabaian yang ia rasakan

uk, tanpa memotong. Ia tidak menunjukkan ekspresi

tolongan. Aku menelepon Danang, aku yakin dia mendengarku." Air mata kembali menggenang di mata Naira. "Dia pulang, Dewi. Aku melihatnya. Di

enggenggamnya erat. "Ya Tuh

nikahiku. Setelah semua yang kuberikan. Aku... aku tidak bisa lagi di sana, Dew

Naira. Keluar dari sana adalah keputusan terbaik. Tidak ada yang pantas d

Dewi bertanya, "Lalu, sekara

a-apa. Aku tidak punya pekerjaan, tidak punya tabungan yang ban

jaanmu dulu? Desainer g

li aku tidak menyentuh itu. Kemamp

yang kuat, itu bisa dipelajari lagi," Dewi meyakinkan. "Maya juga menyarankan agar kamu

saat. Naira merasa sedikit lega

arga lain di Jak

ng tuaku sudah meningg

Bibi sangat baik. Kita bisa mengatur biayanya nanti. Yang penting kam

n itu, membayangkan tatapan skeptis, dan mungkin harus bertemu Danang lagi d

imbangkannya nanti," Dewi mengangguk. "Yang

n Kembal

ari Dewi dan Bibi, perlahan menumbuhkan kembali tunas-tunas harapan dalam dirinya. Dewi sering mengajaknya berjalan-jalan di taman, minum kopi

lu. Ia juga mulai menggambar sketsa-sketsa kecil di buku catatannya, sebuah hobi yang sudah lama ia tinggalkan. Gerakan

bangun dengan keringat dingin dari mimpi buruk, di mana ia kembali diserang, atau melihat tatapan dingin Danang. Setiap kal

elamun di teras kos, ponselnya

emua yang kamu alami. Aku ingin kamu tahu, aku selalu ada untukmu. Jangan merasa s

kini justru menjadi salah satu penopang terbesarnya. Naira mengetik balasan: Aku baik-baik s

ara. Sekarang, fokus saja untuk sembuh. Kita akan melaluinya bersa

g ia rasakan dalam waktu yang sangat lama

a Hari

t yang langsung membuat Naira merasa hangat. Maya, dengan rambut panjang tergerai

Maya memeluk Naira erat, mengabaikan

mengalir lagi, kali ini air mata keba

lalu hingga apa yang terjadi pada Naira. Maya mendengarkan dengan penuh

a bisa manusia sekejam itu? Danang itu pecunda

ira menghela napas. "Aku

nyembuhkannya," Maya menatap Naira serius. "Kamu harus

tentang bagaimana ia belajar mencintai dirinya sendiri, dan bagaimana ia mene

mencoba yoga? Aku bisa mengajarimu beberapa gerakan dasar.

pada yoga atau hal-hal spiritual semacam it

dulu. Aku yakin kamu akan m

os yang kecil. Awalnya, tubuh Naira terasa pegal di mana-mana, gerakannya canggung dan kaku. Namun,

pikirannya juga. Gerakan yang berulang dan fokus pada pernapasan membantunya menyingkirkan pikiran-pi

eru gembira melihat Naira berhasil melakuka

. "Mungkin. Ter

bali ke dunia desain grafis. "Kamu punya bakat,

fitur-fitur baru, dan tren desain yang berubah drastis. Namun, seiring waktu, ia mulai menemukan kembali kegembiraannya dalam menciptakan sesuatu. Jari-jarinya terasa luwes mena

oyek kecil yang ia selesaikan, memberinya rasa pencapaian. Itu adalah hal kecil,

eelance kecil?" saran Maya suatu hari. "Mungkin

"Aku tidak yakin, May.

kan sebelum itu," Maya meyakinkan. "Kamu harus berani. Angga

erapa platform freelance, mengunggah beberapa desain terbaiknya, dan mulai melam

a emailnya berkali-kali. Ia sempat merasa putus asa. Mungkin ia

di bidang kuliner tertarik dengan portofolionya dan ingin memesan desain logo. J

i yang sesekali memberinya semangat, Naira mulai mengerjakan proyek pertamanya. Ia mencurahkan seluruh perhatian

a kepada klien, ia menunggu dengan cemas

ni persis seperti yang kami bayan

nya sendiri, dari usahanya untuk bangkit. Honor dari proyek itu tidak terlalu besar, namun bagi Naira, it

ia simpan. Ia juga menyisihkan sedikit untuk membayar sewa kos kepada Bibi Dewi, meskipun Dew

nya soal uang, Bi. Ini soal har

enerima uang itu. "Anak baik. Kamu

sa Lalu dan

Pagi itu, saat ia bangun dan menemukan surat Naira di meja, ia

idak ada, barulah ia merasakan sedikit kejutan. Ia menelepon Naira, namun nomornya

ya. Ia tidak mengerti mengapa Naira harus pergi hanya karena 'insiden kecil' semalam, yang menurutny

pan, melihat meja makan kosong kecua

nang singkat, tanpa me

nya sendiri. Tidak ada kerinduan, tidak ada kekhawatiran. Hanya keacuhan yang sama sepert

siapkan, cucian menumpuk, dan rumah terasa kotor. Ia harus mencari ART (asisten rumah tangga) baru, dan itu

rus?" Arka mengeluh suatu hari

sudah, makan saja apa yang

a pulang?"

akan Naira lagi. Bagi Danang, Naira adalah masalah yang

g penuh luka di malam itu, kata-kata yang diucapkan Naira tentang dirinya yang mengabaikan. Ia mencoba meyaki

hasilannya belum stabil, namun cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk menabung sedikit demi

a untuk menyemangati Naira ketika ia merasa putus asa, atau merayakan setiap k

a suatu hari, saat mereka sedang makan sia

kesiap. "

a," Maya bercerita dengan nada sengit. "Aku bilang padanya apa yang sudah dia lakukan i

tegang. "Lalu

aja, dan kamu tidak akan pernah kembali padanya. Aku bilang kamu akan jauh le

engar Danang terdiam, namun juga rasa sakit yang kembali mun

menatap Naira serius. "Sekarang, kamu harus fokus pada dirimu sendiri. Kamu harus membukt

pun kepada Danang atau Arka. Ia hanya ingin hidup. Tapi perkataan Maya memiliki kekuatan untuk memoti

njadi jalan yang panjang dan sulit, namun ia tidak gentar. Ia telah melihat sisi tergelap manusia, da

rinya di layar laptop. Wajahnya tidak lagi tampak lelah dan muram. Ada kilatan cahaya di matanya, kilatan tekad d

g akan terjadi di masa depan, namun ia yakin, apa pun tantangannya, ia akan menghadapiny

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY