erti biasa, tapi tanpa percakapan. Hanya suara sendok bertemu piring
mencoba membuka percakapan,
r buat siapa? Buat aku, buat
g tak butuh klarifikasi, yang ia butuhkan adalah keberpihak
bakal belajar buat belain kamu. Aku
tap tajam, tapi kali ini bukan marah.
g paling nyakitin,
n ter
asanya punya suami. Padahal dulu aku nikah karena aku pikir bakal punya partner hidup, bukan seseorang yan
berat. Ada jarak tak kasat mata di antara mereka, dan ia sadar, itu b
ama seperti biasa, tapi tak ada yang terasa seperti biasa. Zahra duduk di jok belakang motor suaminya, namun tak
gatnya emosi yang masih tersisa. Fadlan mencoba beberapa kali membuka percak
dung PT. Mastex, tempat Zahra bekerja, perempuan itu segera bersiap turu
an ringan tapi penuh makna. Bukan isyarat keikhlasan, lebih seperti sisa-sisa
amun dingin. Tak menoleh lagi. Ia hanya menghela napas panjang sebelum kembali menyalakan moto
irannya tidak berada di jalan. Bayangan Zahra yang menjauh tanpa menoleh terus menghantui
ya sambil menggenggam erat stang motor. Jalanan yang bising dan
eperti tertinggal di pelataran kantor Zahra, masih berharap bisa membalikkan waktu semalam.
apan kosongnya langsung disambar su
ruangan sa
, mencoba terlihat tenang meski pik
ak, laporan tender yang kamu kirim kemarin itu salah besar? Harga penawara
emuanya kabur. "Ma, maaf, Pak. Saya... saya kir
nggak bakal kejadian! Kamu tahu berapa mi
karena teguran itu, tapi karena semua ini adalah buntut dari hari-harinya yang p
dan kirim ulang ke klien. Kalau nggak beres, say
ntai. Ia kembali duduk di meja, menatap layar komputer
agal sebagai suami. Gagal sebagai karyawan. Dan sekarang
triku? Bukan. Ini karena
tanpa menekan. Matanya menerawang, menatap sel-sel Excel yang tak lagi bermakna. Dad
ra itu datang dari Reza, teman kerjanya yang terkenal
ela napas, m
ak Hendro ngeluarin jurus jurit malamnya tadi pagi? Santai, bro. Yang penting
nyum tipis tapi hambar. "Ng
is, menyipitkan mata. "Wah, kombinasi komplit. Pekerjaan kacau,
. "Zahra marah besar semalam. Gue... nggak b
n, mencoba memahami. "L
nge
ang kadang susah diatur, tapi istri lu itu satu-satunya orang yang bakala
eza memang kadang suka becanda kelewa
nti jadi penengah yang diam. Kadang, demi kebaikan semua orang, k
a sejak pagi itu, hatinya terasa sedikit lebi
berdiri. "Sambil lu pikirin giman
enyelesaikan semuanya. Tapi setidaknya, itu bisa
itu di t
n, diselingi suara kipas angin langit-langit yang berputar malas. Zahra duduk di ujung meja, membuka kotak m
kotak makan dan sebotol air mineral. "Koso
bahu. "Lagi ngg
knya. "Tumben. Kamu biasanya yang
tersenyum se
otaknya sendiri. Ia menyuapkan sesendok nasi, lalu
agi wajah kamu suram banget.
la kecil di sudut ruangan. Matahari cerah, tapi hatin
rapa kali Zahra mengeluhkan hal serupa, tapi kali ini
rti biasa, mulai lagi sindiran soal belum punya anak. Soal aku yang katanya terlalu sibuk kerja
patinya terasa hangat.
duduk di sebelahku, denger semuanya. Tapi nggak sekal
aan itu. Saat berharap pasangan berdiri melind
hra pelan, "tapi setidaknya, kasih tanda kalau aku nggak s
di atas meja. Hangat dan lembut
'aku capek,' 'Gak mau ribut sama Mama,' Seolah-olah capek
Kadang laki-laki itu lupa, kita juga punya batas. Kita buk
berkaca-kaca. Tapi ia cepat-cepat me
ang sebentar, rumahku selalu terbuka. Malam ini pun bisa
i itu. "Makasih, Sis. Tapi nanti sore aku
Ra. Pokoknya kamu bu
kecil itu, dua perempuan duduk saling memahami, saling mengu
*