ar mengantar anaknya main sambil belanja. Tukang gorengan sibuk melayani pembeli, tukang parkir sibuk bersi
aru mulai buka, langkah Zahra terhenti. Sebelah ta
ahra ya?" ter
ketat, dan atasan warna kuning terang berdiri sambil menggendong anak balita. Wajahnya tak berubah,
cil, berusaha tetap hangat,
reuni SMA, ya? Ih, kamu makin glowing sekarang, Ra! Ini siapa y
ke samping, menyembunyikan gerakan
abis dari pasar," jawabnya ringan, m
udah lama nik
a, pura-pura lupa pada
h mau lim
i ya? Tapi sabar itu pahalanya besar loh, Ra. Tapi... tete
gi Zahra, rasanya seperti belati di
yang terbaik," sahut Zahra pelan, menahan gelisah yang
dah pinter ngomong. Kamu harus punya juga, Ra. Anak itu... b
erti itu sudah sering ia dengar, tapi
ngar. Seorang pria datang dengan mo
telat nih ke rumah mama,
mertua dulu, kemput anak pertamaku. Kamu semangat ya... jangan
u bersama suami dan anak keduanya, meninggalkan
lu duduk di selasar pagar pembatas, tak lama k
a.
genakan kemeja kerja yang lengannya sudah digulun
jian sore ini mau ke dokter Firdaus, mengambil hasil pemeriks
melirik suaminya dari belakang helm. Fadlan masih seperti biasa, tenang, tangguh, dan selalu mencoba ter
nunggu giliran, duduk bersebelahan. Tangan Fadlan menggenggam tangan Z
erdebar. Tak lama, dokter Firdaus yang dikenal ramah dan lugas it
e intinya, ya," ujar
juga lemah. Artinya, sel sperma yang aktif dan mampu membuahi sangat sedikit. Dalam
ata itu adalah palu yang menghantam tepat di ubun-ubunnya
bayi tabung. Tapi semua tergantung kesiapan mental dan finansial kalian. Kita bisa di
. Fadlan tak berkata apa-apa. Senyumnya menghilang
ada canda, tak ada obrolan ringan seperti biasa. Zahra memeluk pinggang suamin
lan duduk di tepi ran
uaranya lirih, nya
sampingnya, lalu menaru
f atas sesuatu yang ngga
ain, dibandingin dan disalahin oleh semua orang. Aku pengen
a, menahan airnya
masalah pada spermamu. Tapi aku yakin kita masih punya harapan asal t
rat dari biasanya, seolah ingin mengatakan bahwa cinta
erus be
kin ketat memperhatikan setiap hal yang bisa membantu kelancaran perjuangan dan usaha mereka. Mulai dari menyiapkan menu makanan sehat da
embur yang tak jarang membuatnya pulang malam. Namun tetap saja, setiap pagi ia bangun lebih aw
elah, tentu. Tapi bukan lelah yang disertai tekad. Lebih seperti lelah dan p
n lupa diminum ya
an sepatu, tapi gelas jus itu sering kali
arik daripada bekal sehat yang dibawakan istrinya. Bahkan, rokok yang sempat di
epaya dan brokoli yang tak disentuh, atau saat ia mencuci gelas jus yang penuh se
engan dua piring tersaji tapi hanya satu yang disentuh. Kadang ia bertanya, "Kamu
. Melepaskan penat atau lari dari kenyataan. karena penat yang Zahra rasakan,
dak di masaknya. "Aku nggak butuh kamu sempurna," bisiknya pada s
kabut air. Zahra duduk di meja makan, menunggu Fadlan yang bilang akan pulang jam d
tor berhenti. Fadl
diajak ngopi bentar," katanya rin
-apa. Ia berdiri, memanaskan kemba
" tanyanya sambil tet
dlan menja
ni
nya?" tan
t-sehat aja kok." Fad
merah. "Kamu pikir semua ini cuma soal seh
at. "Ya terus, aku harus gimana? Aku kerja juga capek. Nggak
n makan sehat, aku ngurangin kopi, nyari resep, ngubek-ubek internet buat makanan yang bisa
kayak nyalahin aku ter
u gak mau berjuang, kamu harus bicara jujur sama keluargamu. Jangan aku saja yang d
dalam, hanya terdengar bunyi detak j
ia tak berkata apa-apa. Seolah tak t
berjalan ke kamar. Ia tak menutup pintu de
di ujung ranjang, matanya me
g pengen punya anak, aku juga
unya anak? Apa telinganya sudah tuli dengan sind
i berlalu dengan
a hubungan ini?"
*