img Siapa Yang Menghamili Istriku?  /  Bab 4 Hasrat Membantu | 57.14%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Hasrat Membantu

Jumlah Kata:1623    |    Dirilis Pada: 25/06/2025

penuh cahaya alami dari jendela besar, suara keyboard dan tawa ring

atanya kosong. Di depannya terbuka laporan kinerja kuartal ini-berle

terus muncul di benaknya sejak beberapa minggu terakhir. Bukan karena kecant

n, anaknya. Ia bisa merasakannya setiap kali Zahra menunduk atau menjawab sek

di kepala. Pak Arya merasa seperti sedang menonton adegan yang membuat hatinya tak tenang. Ia mulai curiga, mung

g membuatnya merasa jijik pada dirinya sendiri. "Apa aku benar-benar sempat berp

apu pelan rambutnya yang mulai memutih. Ia sadar-pikiran itu harus dihentikan. Ia bukan orang seperti itu.

l yang selama ini disembunyik

enelpon Fadlan, m

pun. Fadlan, anak keduanya, memang tidak pernah semulus yang terlihat di luar. Di balik wajah tampan dan tenangnya, masa lalu Fadlan penuh luka dan pember

ahra-gadis sederhana, cerdas, dan berhati hangat-adalah salah satu orang ya

rnya-dengan keberanian yang baru tumbuh kembali-Zahra mengangguk tanpa banyak syarat. Tak ada keraguan dari bibirnya yang te

ni, kebahagiaan itu terasa rapuh

Fadlan muncul dengan kemeja sedikit kusut dan mata yang gelisah. Langkahnya ragu-

tenang, meski suaranya menga

t, sementara yang kanan mengusap pelan jari-jarinya sen

napa tiba-t

t-lekat. Matanya tidak marah,

mencondongkan tubuh sedikit. "Apa yang

ya tertunduk makin dalam.

tahu harus mulai da

tap diam, m

uami yang baik... padahal sebenarnya ak

h cuma pengin tahu, Fad. Sebenarnya, apa

i seolah mencari jawaban di antara pola ubin. "Ngg

la. Ia tahu, saat seperti ini, anaknya bu

ya, aku bilang semuanya lancar. Padah

apa?" tanya P

jawab Fadlan lirih

kit mengernyi

n. Dari kecil, aku harus selalu jadi anak laki-laki yang sempurna. Nggak boleh g

nya suara AC dan detak jam dinding yang

a, Yah. Tapi aku." Fadlan menegakkan pung

asalah. Produksinya rendah, kualitasnya juga jel

ng anaknya dengan tatapan yang dalam, lalu men

erapi biar kondisinya bisa balik. Tapi butuh waktu. Butuh kesaba

cerita in

ama, aku bisa lihat dia berubah. Lebih dingin. Lebih jauh. Dan aku ngerti, Yah. Dia pasti kecewa. Dia

cat, Fad," ujar Pak Arya, sua

kenyataa

banyak badai dalam hidup. "Justru karena kenyataannya itu, kamu jadi tahu siapa yang benar-ben

Makanya aku ngerasa bersalah tiap

soal Mama, kamu nggak perlu takut. Ayah yang akan bicara

menunduk, menyeka ujung ma

cuma pengin didengar. Selama

ya, lalu mendekat dan menepu

ai sekarang, kamu nggak perlu

Fadlan merasa sedikit lebih ringan. Beban yan

r itu hening, hanya denting jarum jam di dinding yang terus berjalan, mengingatka

banyak simpati. Sebagai seorang ayah, ia tahu betul seperti apa rasanya membawa beban dalam di

ar hadir untuk anaknya dalam hal-hal paling pribadi. Salah karena mem

yang lebih jernih-bukan sekadar menantu, tapi perempu

nya di atas meja, mencoba m

tuk memperbaiki keadaan itu, Fad?" t

minum obat dari dokter, jaga pola makan. Tapi sejauh ini belum

saha menyembunyikannya kali ini. Mungkin karena un

ada, tapi rasanya seperti tinggal tempurung. Datar. Hambar. Kemarin... Mama malah nyuruh

sesuatu di dalam dirinya. Ia sudah menduga soal tekanan

icara dengan Zahra. Tapi kamu juga harus terus berusaha.

menyelipkan amplop ke tangannya. Gerakan

butuh sesuatu. Jangan lupa, ya,"

i kali ini ada cahaya di sana. "Makasih, Yah. Aku

hanya m

ali duduk, menatap ke arah jendela. Pikirannya kembali mel

h. Ada simpati yang terlalu dalam, perhatian yang tidak biasa. Tapi ia segera menyadarkannya: bukan karena pes

uk soal kondisi Fadlan, semuanya mengarah padanya. Padahal, Pak Arya tahu betul: Zahra bukan perempuan

seseorang yang memihaknya. Bukan untuk menjustifikasi apa

enarik nap

ya menjadi pelindung, bukan penonton. Hubungan Fadlan dan Zahra masih bisa diselamatkan, itu yang

i waktu dan tempat yang tepat untu

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY