rtanyaan tentang kehamilan yang ia terima makin hari makin terngiang-ngiang dan sangat menyesakkan pikir
beberapa langkah lagi, tiba-tiba terd
ta setengah baya yang terkenal di komplek sebagai biang go
menghentikan langkah dan menoleh ke arah wanita itu. Bi Unah, dengan kerudung
um punya anak ya? Aduh, kasihan banget. Tapi kamu tenang aja, Bibi punya solusi buat kamu!" ucap
mendengar sesuatu yang tidak ingin ia dengar. Namun, ia tetap tersenyum tipis dan menjawab dengan
lanya dengan dramatis, jawa
ampung sebelah ada dukun andalan? Dia itu terkenal banget, banyak yang ke sana buat urusan
ejolak antara kesal dan muak, namun ia harus tetap sabar. Bi Unah mungkin ber
esuatu sudah diatur oleh Allah. Saya dan suami masih percaya denga
kit kecewa, namun ia
gan cara-cara alternatif. Tapi ya udah deh, kalau kamu nggak mau coba, siapa tahu n
angkah cepat, berharap segera sampai di rumah dan terbebas dari percakapan tak nyaman itu. Di dalam
diri, yakin bahwa keputusan yang diambilnya a
rnya di halaman, dan suara Bi Unah yang me
h terdengar seperti klakson bis yang tidak sabar
i Unah berjalan ke arahnya dengan langkah yang kurang lebih seperti gentong yang berguling. Tubuhnya y
ngan nada centil yang tak sesuai dengan penampilannya. Ia menyeringai lebar, sambil mengipas-ngipas wajahnya
, bingung harus bereaksi bagaima
banget ya nunggu momongan?" Bi Unah mulai bicara dengan nada men
ga ke mana arah pembicaraan ini, tapi
gan mata berbinar, seolah-olah baru saja m
gal datang sama istrimu, terus nanti diusap-usap, doa-doa, beres deh. Lihat aja bibi!" Bi Unah tertawa kecil sambil
p? Fadlan membayangkan adegan konyol itu
k perlu deh. Saya dan Zahra baik-baik aja, kok,
a gitu, lama nunggu anak, eh pas ke dukun itu, hamil, tuh! Sampai-sampai perut bibi segini bes
awarkan solusi yang absurd ini dengan gaya genit yang... yah, membuatnya ingin tertaw
eolah-olah mereka sahabat lama. "Oke deh, tapi j
enghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Tapi tak lama, ia tersenyum sendiri, memikirkan gaya B
ama doang. Ini Dukun Andalan, yang ono Gus Bokis
ng genit dan penuh drama sebenarnya membuat Zahra inging ngakak. Tapi ia hanya tertawa dal
u, menyambut dengan senyum
Unah?" godanya ringan, tapi na
ah ngasih solusi aneh. Sama aja kaya Bude Anin. Bikin mak
g, Mas? Bayangin aku... tiap hari harus ngadepin emak-emak sekompleks, keluarga ka
gantikan hawa berat yang menyesakkan. Fadlan menghela napas, tahu arah
a, berusaha terdengar tenang. "Aku
api serius nggak? Dokter jelas-jelas bilang kamu yang harus leb
s, Ra. Tapi ini nggak bisa
erus oleh sikapmu yang sudah mulai abai terha
Kamu pikir aku nggak ngerasa? Aku
gen kamu berdiri di sampingku. Genggam tanganku. Biar orang-orang tahu kita sama-sama berjuang
s yang berat dan detak j
betapa istrinya sudah terlalu lama menanggung semuanya s
pelan, "Kalau kamu juga pengen punya ana
an. Ia menatap istrinya-benar-benar menatap-dan untuk pertama kalinya, ia melihat bukan Za
ah dan sedih. "Aku cuma pengen kamu lebih serius, bukan cuma janji mau berak. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar melihat kelelahan dalam mata istr
ang. "Aku... aku terlalu sibuk menyangkal, terlalu sibuk menenangkan dirik
s di depan Fadlan, tapi sejujurnya, permintaan maaf itu adalah sesuatu yan
s. Aku cuma butuh kamu ada, sepenuhnya.
. Kita hadapi ini sama-sama. Bukan cuma omongan orang, tapi juga... rasa sakit ini. Aku nggak aka
ih ringan. Bukan karena masalahnya selesai, tapi karena akhirnya, ada
a saat ini masih belum perlu m
*