img Godaan Desah Majikan  /  Bab 3 Dosa Masa Lalu | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Dosa Masa Lalu

Jumlah Kata:1653    |    Dirilis Pada: 27/06/2025

i balik bukit, menyisakan langit j

Radio tua di dalam rumah memutar lagu Jaipongan lawas, namun tetap terdengar akrab

lama, muncul sosok Arga dengan wajah kusut, matanya sembab,

," ucap Arga pelan, n

senyum tipis. "Waalaikum salam... Loh, tumben

bambu yang dingin. Ia menghela napas panjang, seolah mencari

las teh hangat buat tamunya. Ia meletakkannya di atas meja

Tapi cukup lah buat ngu

is tenggelam oleh suara jangkrik dan tonggeret dari b

nginep di rumah cucu

endok di dalam gelas yang terdengar. Arga akhirnya angkat bicara,

edang merasa kosong. Gak ada lagi semangat buat apa-apa. Saya kayak

, seperti seorang kakek yang tahu bahwa luka tak bi

bahkan gak yakin dia masih percaya sama saya. Karena saya sendiri udah gak

n, lalu bersandar sambil mema

pi kehilangan alasan. Arah masih ada, tapi langkahnya berat ka

t itu seperti menamp

uh, Bah. Apa saya masih pantas bertahan?" Sua

sak. Utuh itu soal Aden masih mau diperbaiki atau tidak. Masih mau bertahan, masih m

elaki berbeda generasi berbagi keheningan yang hangat. Mungkin tak s

mbali bersuara, kali ini dengan nad

sampai... ya, yang alternatif itu juga. Tapi tetap aja nggak ada perubahan," ucap Arga sambi

gitu. Saya sendiri pernah dengar cerita-cerita tentang Abah.

diam di dasar sumur. Tapi di balik sorot matanya yang teduh, ada sesua

rnah bantuin orang, pernah juga nyelametin rumah tangga yang hampir h

atapnya,

waktu itu,

n lebih jauh. Seolah kenangan itu terlalu

g gak bisa sembarangan dilanggar. Kalau Abah nekat membantu Den Arga sekarang, bisa-bisa malah ada y

buat dadanya makin sesak, tapi juga memberi

harus pasrah g

pat. "Tapi ikhtiar di jalan yang

.. ada yang kosong di dalam saya. Kayak... semangat hidup saya

hatinya luka, jiwanya lelah. Dan dokter pun, kadang gak bisa sembuhkan luka jenis itu. T

teras. Langit kini sudah gelap sepenuhnya. Hanya

saya gak sangg

tandanya Aden masih sanggup. Mungkin gak bisa sembuh dalam wakt

ucapkan. Tapi hatinya sedikit lebih ringan. Meski belum mendapat jawaban

erkebunan Teh Nirwana, sejak zaman Belanda masih bercokol di tanah ini. Usianya sudah lewat tujuh puluh,

iri. Ia kembali mengurus sawah dan kebun kecil miliknya, menjalani hari-hari sebagai petani desa biasa. Tapi

ti penanda bahwa tempat ini masih berdenyut seperti dulu. Pimpinan perkebunan boleh silih berganti-ada yang data

ekerja. Ia adalah orang tua, tempat bertanya, kasepuhan yang

bukan sekadar prihatin, tapi juga penuh kehati-hatian. Seolah ia hendak meng

imi, ya. Tapi... pernah gak kamu merasa ada dosa ma

seakan ada beban yang mengganjal di kerongkongan. Tapi tatapan Bah

aris berbisik, ia menj

i apa?" susu

ain di lutut celananya yang sangat

Dia hamil, katanya anak saya. Tapi... saya nggak yakin. Dia dikenal..

tak memotong karena su

a benar-benar cinta sama saya. Tapi saya... saya gak bi

a napas, mat

saya masih gak tahu, itu anak siapa. Kadang saya takut... it

n malam menyentuh pelan dedaunan di halaman,

ita kehilangan arah bukan karena ada sihir, santet, atau penyakit gaib. Tapi karena ada l

apnya, mat

rupakan karma b

rdamai dengan masa lalu sebelum dia mengizinkan kita melangkah ke depan. Entah de

seketika

g anak itu. Aden gak harus langsung datang atau minta maaf, kalau belum siap

dari bahwa luka yang ia kira sudah tertu

h halaman rumah yang remang-remang. Ia tengah memutar ulang seluruh masa lalunya dalam satu tari

erasa agak lega setiap habis ngobrol sama Abah,"

"Hidup ini gak pernah telat untuk diperbaiki, Den. Selama

u cari tahu tentang dia. Tentang mantan pacar saya itu

lan, gak usah buru-buru, lebih baik cari orang yan

ng pintu, menatap langit yang gelap tanpa bintang. Suaranya

Neng Alda bahkan bi

masuk ke dalam rumah, membiarkan mala

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY