img Godaan Desah Majikan  /  Bab 4 Syarat Yang Berat | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Syarat Yang Berat

Jumlah Kata:1550    |    Dirilis Pada: 27/06/2025

a hari

a. Keringat mengalir di pelipisnya saat ia menghela napas panjang, meletakkan sabit

musibah. Dia sangat ingin membantu, namun persyaratan itu terlalu besar risi

sung sekejap. Tiba-tiba terdengar s

ualaikum

sudah berdiri di hadapannya dengan pakain muslimahnya. Membawa rantang makanan. Padahal istri majikanny

ari kaosnya yang entah tergeletak di mana. Tubuh tuanya yang keriput dan kurus-meng

ng?" tanya Bah

ng nganterin makanan buat Abah," lanjut Alda sambil tersenyum lembut, t

erkebunan itu selalu mengantar makanan pada Bah

u pake caping, kan panas?" tanya Bah Duloh sambil tergopoh

gubug kebun. Suasana di dalam terasa hening. Hanya suara angin yang m

air kopi yang dimasukan ke dalam botol air mineral, lalu menuangk

ih canggung, berusaha fokus pada makanan di depannya. Tapi entah

n tiba-tiba datang siang bolong b

ngan Bah Duloh, Alda m

a lirih, hampir

nggu lanjutan ucapan is

rita sesuatu," Alda menundu

ludah makin dag-di

n..." Alda menggantungkan kalimat

na arah pembicaraan Alda. Sebuah kabar yang seharusnya tidak dia dengar d

seolah sedang mencari k

lda akhirnya, masih dengan suara pelan, tapi cukup jelas

dia masih sehat." Bah Duloh bertan

ca-kaca. "Mas... Arga lemah syahwat

de

godam, benar-benar tak menduga Alda aka

pi pikirannya seperti kabur. Ia ingin memberikan solusi, tapi tak tahu harus berkata apa. Buk

an bercerai?

nak, saya juga udah pe

aa

meledak di tel

lum?" Suara Bah Duloh terasa mengamba

berobat, tapi gak ada

bicaraan macam apa?' tan

ngakuan Alda. Keringat yang tadinya hanya akibat pa

mentara Bah Duloh berusaha keras untuk tetap terlihat te

Bah Duloh terdengar lebih serak dari biasanya. Kepu

ri kan bukan boneka, tapi juga punya kebutuhan batin. Bahkan

E

mbar genteng rumah di musim kemarau. Napasnya tercekat, kepalanya langsu

Tapi ya, ya itu... Ya, gimana ya...?" Ba

mencondongkan tubuhnya sedikit. "Makanya, Ba

ikannya. Aroma yang biasanya hanya lewat sekilas ketika ia sesek

mungkin... mungkin minta didoakan ke kyai aja du

Bah... Gak ada perubah

ambu, piring, dan ke arah kakinya yang masih banyak tanahnya. Lalu berdeham, berusa

ma butuh tempat buat ngeluh, bukan buat nyari solusi. Abah su

tuanya gemetar saat menyentuh

g sabar ya, Neng

angkit. "Saya tahu Abah pasti bisa m

ntaan yang paling dia takutkan,

erin keluhan saya," katanya dengan senyum

atanya mengikuti langkah Alda yang kelu

dan jagung, Bah Duloh menyandarkan punggung ke dindi

gumamnya denga

k tangannya. Lalu rebahan telentang

justru dari majikan yang su

yang dirundung nestapa batin. Sudah banyak suami-istri yang datang padanya,

i jembatan, menjadi penyelamat rumah tangga yang mulai retak, menjadi p

ngkah terakhir yang tak pernah ia ceritakan secara gamblang. Syarat yang

menjadi bagian dari masalah-untuk menyerahkan diri, secara lahir maupun

bagian dari tirakat dan pengembalian energi yang diyak

hatinya dingin. Beku. Sebab kali ini yang datang bukan sembarang perempuan. Bukan pasie

n sekadar mantan buruh perkebunan, melainkan keluarga. Dua anak muda yang selalu menyapanya deng

yang tak bisa ditimbang dengan logika. Mereka ad

n itu datang ju

yelesaikan masalah itu hingga tuntas, ia harus menjalani satu tahap terakhir. Sebuah

ia jelaskan dengan kata-kata. Alda terlalu mulia dan agung untuk disentuh ole

tidak mungkin m

dah rapuh oleh waktu. Napasnya berat, seperti memikul dosa yang

.. andai saja bukan istrinya

i bukan pada batas kemampuan,

lu pernah ia lalui. Karena harga dari satu pertolongan, bisa

alu mahal untuk dibayar, bahkan o

a harga diri Arga dan Alda, dua mantan majikannya yang telah lama ia anggap seperti

aha dengan cara

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY