AN
n bambu di tangan. Wajahnya merah padam, napasnya memburu. Baru saja mau nemuin Merl
ue? Hancurin hubungan gue sama Merlin ya
anya jatuh. Pak Jaya hanya diam, wajah pucat. Warg
pikir anak lu barang yang bisa dijual-belikan, Jaya?!"
"Aku... harus nurut keluar
AN
rit mencoba melerai. Bang Karta maju, menegu
hirnya menyeret keduanya menjauh. Suasana pecah jadi ricu
alian pikir bisa seenaknya hancurin gue begitu aja?!" Ia menat
empar pendapat. Ada yang menyalahkan Hendrik karena dianggap pemalas, ada pula yang men
gan bandot tua itu. Mungkin selama sebulan Merlin kerja sampinga
a berdegup, tapi suara-suara
harusnya tunggu Merlin
ah nggak tahan kali. Pe
n utang Pak jaya, makan
n samar, kini terbuka nyata. Dunia yang kukira manis, mendadak berubah jadi p
aku kembali menemui Merlin. Ayah dan ibu juga ter
pecah, tubuhnya terguncang oleh tangis. "Bapak
memb
at melunasi hutangnya, bapakku bilang, ini kes
uliah? Pak Hasbi kan san
us keluarga. Kan ada dua
nya, tapi ditentukan. Aku menarik napas panjang, berbisik di telinganya, "Li
di bahuku, berat, seaka
aru-paru. Di serambi, Merlin bersimpuh, kebaya hijau pucat melekat pada tubuhnya. Wajahnya yang bengkak oleh tangis kini
ntun, lalu terdengar kata-kata ijab kabul yang tegas, nyaring, tak terbantahkan. Or
tar, menahan d
t ke tenggorokan bukanlah kata "sah" itu. Melaink
ya pertunjukan lain yang harus mereka saksikan. Sejenak aku mengira mereka hanyalah
ami be
uara orang-orang menjauh, kabur
.. F
kini duduk sebagai anak lelaki dari pria yang menikahi sahab
kerongkongan, tapi suara tak keluar. Bagaimana bisa ini terjadi? Kenapa M
ang sama pekatnya dengan yang menenggelamkanku kini. Dadaku berdebar tak karuan
a di ruang hampa. Hanya ada aku, Merlin yang kini menjadi pengantin, dan tatapa
t yang keluar dari bibirku, tak ada senyum tipis yang kuberikan. Dunia di sekelilingku tetap ramai dengan t
uang tamu. Wajahnya masih berseri-seri,
a nggak ngucapin selamat sama Merlin?" tanyany
-kata tersangkut di tenggorokan;
yum kecil, seolah tak m
i pilihannya. Anak tirinya juga sopan-sopan. Yang paling gede tuh, nam
ama itu bergaung ter
melanjutkan, ma
ntu juga nikah. Baguslah Merlin lepas dari si H
hi, mencoba menaha
erelakan kuliahnya, Bu," uc
suaranya ringan tapi
jodoh datang. Mau setinggi apapun sekolahnya, ujung-ujungnya perempuan tetap jadi istri, ke
uat. Semakin ia bicara, semakin aku merasa dunia ini keterlaluan. Seolah semua aturan dibuat hanya untuk me
wa ia adalah mantan pacarku, yang baru sebulan lalu masih kusebut kekasih. Dan bag
ian kencang. Dunia terasa aneh, tidak masuk akal, dan aku hanya bisa d
asuk. Wajahnya setengah s
ahabat, mestinya kamu temani Merlin sampa
ab seadanya, "Nggak apa-apa, Pak. Aku
da suaranya berubah ket
. Harusnya dia lebih perhatian sama Pak Hasbi dan
a yang ikhlas?' Namun sangkalan it
uhkan tubuh di ranjang. Wajahku kupendam dalam bantal
n sendiri bagaimana ia pasrah pada keputusan orang
tidak tahu? Atau se
ng sama dengan Haji Farid, atau lelaki
*

GOOGLE PLAY