img Sekretaris Pengkhianat  /  Bab 2 dicampakkan tanpa belas kasihan | 5.26%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 dicampakkan tanpa belas kasihan

Jumlah Kata:1839    |    Dirilis Pada: 18/07/2025

a terdampar di tengah kota Jakarta yang kejam, tanpa arah dan tanpa harapan. Air mata sudah kering di pipinya, digantikan oleh kekosongan yang me

ap wawancara berakhir dengan penolakan halus, tatapan iba, atau bahkan tatapan curiga yang seolah menuduhnya. Scarlett mencoba melamar di berbagai tempat, dari staf administrasi hingga

san, nyaris tidak cukup untuk menyambung hidup, apalagi untuk biaya persalinan yang semakin mendekat. Tangan Scarlett melepuh, punggungnya pegal, dan kakinya me

kup untuk membeli satu set perlengkapan bayi yang paling sederhana. Panik mulai merayapi hatinya. Waktu terus berjalan, dan perutn

mpitnya yang pengap. Ia berbaring di atas kasur tipis, membelai perutnya yang kini terlihat jelas di bawah dast

a membutuhkan uang, cepat, dan banyak. Matanya menyusuri layar, berpindah dari satu iklan ke iklan lain, hingga akhirnya, seb

di tenggorokannya. Ia, Scarlett Chen, mantan sekretaris Daniel Lee, seorang wanita terhormat, kini dihadapkan pada pilihan mengerikan ini. Harga dirinya menjerit, berontak. Namun, wajah p

ab, ramah namun terdengar dingin. Setelah beberapa pertanyaan singkat dan detail yang membuat Scarlett merasa s

h kemewahan yang kontras dengan keadaannya saat ini. Ia disambut oleh seorang pria bertubuh kekar dengan setelan rapi, yang

?" tanya wanita itu

mengang

Anda akan melayani hasrat seksual klien kami, seorang CEO. Privasi sangat kami utamakan. Anda harus siap kapan pun klien mem

mau..." Itu adalah perjanjian untuk menjual tubuhnya, martabatnya. Namun, nominal angka yang tertera di bagian kompensasi membuat matanya terbelalak. Cukup.

dan menandatangani kontrak. Sebuah b

ar yang gelap. Pria bertubuh kekar tadi mengantarnya, lalu mendorongnya

menusuk hidungnya. Jantung Scarlett berdebar tak keruan, ingatan akan malam di hotel yang mengerikan itu kembali menghantamnya.

engan kegelapan. Di tengah ruangan, sebuah ranjang besar

, membuat Scarlett tersentak. Suara yang asing, namun entah mengapa, t

awab. Ia hanya berd

itu. "Dan lepaskan pakaianmu

bergetar, ia mulai melepaskan satu per satu pakaiannya. Gaun sederhana, lalu pakaian dalamnya. Setiap helai kain yang terlepas, seol

rintah pria itu lagi, suaranya ki

a asing itu. Ia memejamkan mata, mencoba membayangkan wajah bayinya, mencoba mencari kekuatan dari sana. Ia naik, me

ya sedikit ragu, disentuhnya perut Scarlett yang sedikit menonjol. Sentuhan itu m

jur atau berbohong? Jika ia mengaku hamil, mungkinkah p

ong, suaranya serak. "Mungkin

elan. "Tidak apa-apa dengan bayimu jika kau sedang hamil?

a bersalah. Ia harus tetap berbo

raih pinggul Scarlett, menariknya lebih de

a itu. Ia melayani setiap sentuhan, setiap desahan, setiap perintah, seolah tubuhnya bukan miliknya sendiri. Pikiran Scarlett melayang jauh, berusaha melepa

at..." desah pria itu, suaranya pa

a lebih cepat, lebih dalam, seperti robot yang diprogram. Setiap desahan pria itu adala

emaksa penisnya masuk ke dalam mulut Scarlett. "Sekar

idak bisa melawan. Ia harus melakukannya. Demi bayinya. Ia menghisap, mengulum, mengikuti setiap instruksi pria itu, membiarka

njang, "Ohhh... ya..

ng panjang, dan cairan hangat memenuhi mulutnya. Ia menelan, m

, suaranya kini terdengar puas. Ia menarik diri, lalu berbaring lagi di ranj

di samping pria itu, terisak pelan tanpa s

tadinya gelap gulita. Scarlett terbangun, merasakan pegal di sekujur tubuhnya. Ia membuka mata perlahan, m

mar, lalu tangannya meraba-raba nakas di samping ranjang, mencari saklar lampu tidur

beres. Suara itu... tidak mungkin. Ia su

ancarkan cahaya kuning lembut

ranjang yang sama, telanjan

erja. Jantungnya mencelos, berdetak dengan irama tak

ampu ke sampingnya, lalu membeku saat melihat Scarlett. Mata Daniel membelalak. Wajahnya yang se

penuh keterkejutan dan kema

, ingin menjelaskan, namun suaranya tercekat di tenggorok

ekerjaanmu? Menjadi wanita jalang? Aku tidak percaya! Jadi benar semua tuduhanku kemarin! Kau memang wanit

tt. Ia tidak bisa menahan lagi. Semua rasa sakit, keputusa

i aku! Aku tidak peduli! Kau tidak tahu apa-apa! Kau tidak tahu betapa sulitnya aku harus bertahan hidup se

! Tapi itu semua karena kau! Karena kau mencampakkanku, karena kau tidak percaya padaku! Karena kau membuangku da

Scarlett. Matanya menatap perut Scarlett, lal

a tangisan. "Aku jijik pada diriku sendiri! Aku membenci setiap detik yang aku la

lihat air mata di mata Scarlett, kesedihan yang tulus, dan perut yang memang terlihat

bakar. "Bohong! Kau selalu berbohong! Kau pikir aku akan percaya

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY