wab pangg
u, aku mendengarnya. Suara lembut yang
an air mata palsu. "Lana... Maafkan aku. Aku m
a. Rendah dan putus asa. "T
ama panggilan yang belum pernah kudeng
. Jimat keb
rnama Rio, mulai berkoak "Jimat keberuntungan! Jimat keberuntungan yang cantik!" berulang kali
film. Dia meniru tunanganku. Tunangank
Itu telah berlangsung tepat di bawa
tah terus terdengar melalui telepon, men
dan berat di dadaku. Tidak ada lagi rasa s
g menekan tombol
menutup
tnya di laptopku, meneliti penga
membuka kulkas, mencari sesuatu untuk dimakan
ai ke kamar mandi seb
in dan menakutkan be
kang lemari obat. Aku membelinya berbulan-bulan yang lalu, saat kammenu
rah muda mun
dari seorang pria yang mencintai sahabatku. Seora
r tidur dan berbaring di sana, menat
andung di dapur, membuat sarapan, seolah-olah itu hanyalah pagi b
a kami berteman selama puluhan tahun. Kami adalah pasangan yang sempurna.
t aku pertama kali memperkenalkannya
n sangat baik, sebuah konspirasi dia
tapnya. Dia berbalik dari kompo
ar-benar keterlaluan dengan Karin kemarin. Dia sudah melalui banyak hal. Dia rela melakukan apa saja