ham, Jakarta. Pesannya sederhana: "Jika kau ingin tahu s
ri dinasti minyak Prayoga Energi. Saingan terbesa
ang bersantai di sofa kulit, segelas minuman di tangannya. Dia persis seperti yang digambar
anya rendah dan serak. "Sebuah
n, Prayoga. Apa ini?" Aku mencoba men
aku akui itu. Suamimu meniduri selebriti kelas teri dengan uangmu,
ngan itu terasa rapuh bahkan di teling
gelap dan tanpa humor. Dia memberi isyarat k
enutup pintu berat di belakang mereka dengan
ata Baskara, mencondongkan tubuh ke depan. Dia menge
nan di tempat yang tampak seperti kamar hotel. Hardian dan Celine. Mere
tku
V. Itu adalah pernyataan yang jelas dan tak salah lagi. "
ku lebih keras dari gamb
n hanyalah pekerjaan. Rasanya seperti menikah dengan robot. Robot yang brilian dan kaya, tapi teta
erhuyung mundur, meraih lengan kursi untuk mensta
, suaranya nyari
. "Dia telah mempermainka
enunjukkan ini padaku? Apa yang kau inginkan?" Aku seorang
Adiwijaya," kataku, suaraku me
in bermitra dengannya. Teknologimu, sumber dayaku. Kita bisa meng
nghancurkan a
ar kerajaannya hingga menjadi abu. Tapi untuk melakukan itu, aku perlu menyingkirk
ahku. "Kau mengusulkan
n aku. Kita singkirkan dia dengan suara may
kita meroket. Aku tidak akan mengambil risiko." Aku memikirkan
au punya pilihan?" Dia menggeser ke gambar lain di
ng dan mematikan. "Hardian telah menyedot uang dari Surya ke rekening ini selama dela
utkan. Itu adalah pencu
da terima. Porsche baru untuk Celine. Sebuah kondominium di Bali
esalahan. Ini adalah pengkhianatan yang panjang dan terencana. Dia menjarah perusahaan kami, impi
erakhir di dal