panti rehabilitasi. Dia mengatakan pada dunia bahwa aku adalah s
dia lakukan adalah membanting setir mobilnya ke arahku, me
ng anjing. Dia memaksaku bersujud di depan potret adikku yang "sudah mati" sampai kepalaku berdarah di lantai m
an bisnisnya yang bejat untuk satu malam,
itaanku di neraka hanyalah bagian dari permainan kejinya. Dan ketika adik laki-lakiku, Arga, satu-satunya ala
ikku mati dan tida
, aku menjatuhkan diri dari jendela rumah sakit, den
pembebasanku. Suara sipir terdengar datar. "S
ntuk menyeretnya, dan semua orang yang
a
ntuk menghapus keberadaan seseorang. Selama lima tahun, tempat itu telah menjadi duniaku. Dindingnya kosong,
ang kukenakan, seragam longgar, menggantung di tubuhku yang tinggal tulang. Pakaian itu adalah pengingat terus-menerus bahwa aku
tuduh membunuh adik tiriku, Kania Anindita. Dia mengatakan pada dunia bahwa itu adalah tindakan be
panku ada sebuah foto berbingkai Kania, yang sedang tersenyum. Ini adalah ritual harianku, penebusan dos
uluh lima hari. Aku telah
u memecah kesunyian. Sipir m
jani. Kau d
Bebas? Kata itu te
engaturnya. Dia
ang dilihat semua orang sebagai malaikat yang saleh dan penuh kasih karena tidak menceraikan wanita y
iblis yang telah dengan cermat
u berharap melihat wajah yang ramah, seorang anggota keluarga, siapa pun. Tapi trotoar itu koson
an Brama. Dia bilang kau harus melanjutkan penebusan
asa dingin yang mencekam menjalari tubuhku. Penjar
apku dengan tatapan hina saat dia membukakan pintu. Perjalanan kembali ke rumah mewah yang dulu kusebut rumah terasa suny
an mereka seperti desisan ular. Mereka menatapk
hirnya
a. Sepert
ita seperti itu seharus
tu-satunya harapan. Sebuah janji yang kubuat pada n
enggamanku, "apa pun yang terjadi, kau harus melindu
n aku bertahan selama lima tahun terakhir. Dialah
berjalan menuju tangga besar, lan
pat pada waktunya untuk melihat sebuah mobil sport perak melaju lurus ke arahku, mesi
dadak beberapa senti dari tempatku berdiri. Lututku lecet, dan jantungku berdebar kencang di dada. Secara naluriah aku memeri
mobil
tahun yang lalu: sangat tampan, dengan aura kesalehan dingin yang memikat semua orang yang ditemuinya. Matanya, yang sewarna langit
telah menco
lama lima tahun melilit perutku, mencekikku. Pria in
dingin. Aku telah mengubah segalanya tentang diriku untuknya. Aku melunakkan sifatku, mempelajari hobi
l. Hari pernikahan kami adalah hari terindah dalam hi
ninggal, dan
pannya, memar dan gemetar
aku serak berbisik. "Brama
ak-acakan dengan jijik. Dia berhenti tepat di depanku, begitu d
n, Anjani." Suaranya rendah dan halus, suara ya
kata itu keluar dari tengg
at gerakan kecil dan tajam kepada dua pen
u kerendahan hati," katanya, suaranya tanpa emosi.
ram lenganku. Cengkeram
h Brama, membelakangiku seolah-olah a
a akan mengurungku
r tenggorokanku. "Tidak
honanku bergema tanpa jawaban