, tawa dari acara yang ditonton tak mampu mengusir sunyinya di dada. Jemarinya m
umamnya pelan, berharap suasana
sementara yang punya pasangan sibuk menikmati kebersamaan di rumah. Meski usia
etibanya di pasar malam, pandangannya menyapu keramaian yang ramai warna-warni. Dia berhe
mbil menyerahkan uang. Penjual itu mengangguk singkat. "Siap, n
ena hanya di sana ada hiburan musik
pada seorang pemuda yang duduk
" sapanya sambil me
alu menjawab dengan suara dingin,
gerutkan dahi, rasa penasaran berubah jadi tantangan. Baru
" tanyanya sambil
elebat. "Duduk aja, ini kan tempat u
nempel erat di kursi. "Kalau kamu nggak suka, aku pindah ke tempat
ip dalam dress selutut dengan belahan dada rendah. Bahkan saat Tasya menunduk, dadanya
ekat. "Ngga usah, Mba. Duduk sini aja,
ang selalu berhasil membuat Rico ter
Kamu siapa?" tanyany
s buat kamu, panggil aja sayang!" g
dan muda membuatnya sulit percaya kalau gadis itu bukan ABG. "Hehe, masa sih
uh arti. "Kenapa?
ang. Aku bawa uang 20 ribu doang, soalnya." Mata Tasya sempat men
seorang pelayan datang mengantarkan pesanan Tasya. "Ini, nen
an yang tak sengaja tertuju ke dada Tasya. Ternyata, di balik sikap san
lau malam minggu?" tanyanya dengan
sinar menenangkan suasana. "Iya, sekali
"Boleh tukaran nomor handphone ngga
inya cepat mengetik angka-angka. "Ini nomorku," ucapnya sambil
nti?" tanyanya dengan
a. "Hmm, gimana ya, takutnya ada yang marah, Ric!" kata
co cepat sambil menepuk b
a Rico berdiri, bersiap pamit. Saat henda
engan bentuk p*nyudaram
tanya, "Haha, nggak boleh, cuma cowok spesial yang
a sedikit tertunduk antara kecewa dan malu. "Hmm, maaf kal
*
. Jari-jarinya ragu menyentuh layar saat membaca, "Maaf, aku nggak bermaksud
ihat kamu, aku merasa kamu wanita yang s
ca. Dia lebih memilih bangkit ke kamar mandi, men
a merapat ke tempat tidur. Jari-jarinya dingin menggengg
ihan, "Dari mana aja Tasya, aku stres kalau nggak lihat se
ke kanan sambil mengetik balasan, h
. tuu
ya dia memberanikan diri memulai video call. "Maaf, aku baru sel
at ponsel, mengarahkan kamera perlahan ke ujung kakinya, lalu menaikkannya kembali ke
rbak sampai ke rumahku!" Uca
"Masa sih? Engga
, Tasya!" Rasa penasaran membuat Tasya
handuk yang melilit tubuhnya tiba-tiba terlepas. "Tasya, liat nih! Kameraku ud
a, wajahnya memerah
ta Rico tengah berdiri sambil mengocok p*nisnya, dari segi ukuran milik Rico normal panjang 15CM, diameter 4CM, namun yang membuat Tasya me
dua belah sisi pipinya kini men
u dong, biar aku cepa
a tidak ingin menunjukkan di balik pons
iar aku liatin kamu
Tutt
gan internetnya hilang entah ke mana, tapi gejolak di dalam dirinya tak pernah surut. De
pinggul sambil meremas dadanya, wajahnya memerah dan bibi
l aku..." suaranya bergetar, mat
isapan terdengar jelas di ruangan sepi itu. Langkah kaki Tasya mundur pelan, tak lepas dari gerak jemarinya sendiriahnya makin keras, tangan yang memegang dadanya semakin mengguncang-guncang. Rua
dalam dadanya, denyut-denyut yang membuat jema
yang berkecamuk di dalam. Detak jantungnya berdentang seperti jam yang
ahnya tergigit erat. Dengan suara yang tertahan, Tasya menggenggam tan
edakan gelombang yang masih bergemuruh. Matanya tertutup rapat, namun pikirannya kacau. "Huh, huh, huh...

GOOGLE PLAY