img Wanita Pecandu Brondong  /  Bab 5 WPB | 50.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 WPB

Jumlah Kata:1357    |    Dirilis Pada: 18/10/2025

, tawa dari acara yang ditonton tak mampu mengusir sunyinya di dada. Jemarinya m

umamnya pelan, berharap suasana

sementara yang punya pasangan sibuk menikmati kebersamaan di rumah. Meski usia

etibanya di pasar malam, pandangannya menyapu keramaian yang ramai warna-warni. Dia berhe

mbil menyerahkan uang. Penjual itu mengangguk singkat. "Siap, n

ena hanya di sana ada hiburan musik

pada seorang pemuda yang duduk

" sapanya sambil me

alu menjawab dengan suara dingin,

gerutkan dahi, rasa penasaran berubah jadi tantangan. Baru

" tanyanya sambil

elebat. "Duduk aja, ini kan tempat u

nempel erat di kursi. "Kalau kamu nggak suka, aku pindah ke tempat

ip dalam dress selutut dengan belahan dada rendah. Bahkan saat Tasya menunduk, dadanya

ekat. "Ngga usah, Mba. Duduk sini aja,

ang selalu berhasil membuat Rico ter

Kamu siapa?" tanyany

s buat kamu, panggil aja sayang!" g

dan muda membuatnya sulit percaya kalau gadis itu bukan ABG. "Hehe, masa sih

uh arti. "Kenapa?

ang. Aku bawa uang 20 ribu doang, soalnya." Mata Tasya sempat men

seorang pelayan datang mengantarkan pesanan Tasya. "Ini, nen

an yang tak sengaja tertuju ke dada Tasya. Ternyata, di balik sikap san

lau malam minggu?" tanyanya dengan

sinar menenangkan suasana. "Iya, sekali

"Boleh tukaran nomor handphone ngga

inya cepat mengetik angka-angka. "Ini nomorku," ucapnya sambil

nti?" tanyanya dengan

a. "Hmm, gimana ya, takutnya ada yang marah, Ric!" kata

co cepat sambil menepuk b

a Rico berdiri, bersiap pamit. Saat henda

engan bentuk p*nyudaram

tanya, "Haha, nggak boleh, cuma cowok spesial yang

a sedikit tertunduk antara kecewa dan malu. "Hmm, maaf kal

*

. Jari-jarinya ragu menyentuh layar saat membaca, "Maaf, aku nggak bermaksud

ihat kamu, aku merasa kamu wanita yang s

ca. Dia lebih memilih bangkit ke kamar mandi, men

a merapat ke tempat tidur. Jari-jarinya dingin menggengg

ihan, "Dari mana aja Tasya, aku stres kalau nggak lihat se

ke kanan sambil mengetik balasan, h

. tuu

ya dia memberanikan diri memulai video call. "Maaf, aku baru sel

at ponsel, mengarahkan kamera perlahan ke ujung kakinya, lalu menaikkannya kembali ke

rbak sampai ke rumahku!" Uca

"Masa sih? Engga

, Tasya!" Rasa penasaran membuat Tasya

handuk yang melilit tubuhnya tiba-tiba terlepas. "Tasya, liat nih! Kameraku ud

a, wajahnya memerah

ta Rico tengah berdiri sambil mengocok p*nisnya, dari segi ukuran milik Rico normal panjang 15CM, diameter 4CM, namun yang membuat Tasya me

dua belah sisi pipinya kini men

u dong, biar aku cepa

a tidak ingin menunjukkan di balik pons

iar aku liatin kamu

Tutt

gan internetnya hilang entah ke mana, tapi gejolak di dalam dirinya tak pernah surut. De

pinggul sambil meremas dadanya, wajahnya memerah dan bibi

l aku..." suaranya bergetar, mat

isapan terdengar jelas di ruangan sepi itu. Langkah kaki Tasya mundur pelan, tak lepas dari gerak jemarinya sendiri

ahnya makin keras, tangan yang memegang dadanya semakin mengguncang-guncang. Rua

dalam dadanya, denyut-denyut yang membuat jema

yang berkecamuk di dalam. Detak jantungnya berdentang seperti jam yang

ahnya tergigit erat. Dengan suara yang tertahan, Tasya menggenggam tan

edakan gelombang yang masih bergemuruh. Matanya tertutup rapat, namun pikirannya kacau. "Huh, huh, huh...

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY