img Melayani Hasrat Mertua Dan Ipar  /  Bab 2 MHMI | 12.50%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 MHMI

Jumlah Kata:1141    |    Dirilis Pada: 21/10/2025

am dalam bayang sore. Hening bengkel Galang tiba-tiba pecah oleh dering pon

an gesit. "Hallo, Mas, lagi rame ngga?" suara Gaby memecah

tapannya mengguratkan rasa pen

pi, Dek.

"Bisa tolong anterin Amel ke kampus?

ang tak terlihat. "Kenapa kamu gak yang antar langsung?" tan

ab Gaby, nada suaranya seperti terjeba

irannya mulai berputar. "Aku bis

ahan di udara. "Dia malu-malu minta diteman

ranya penuh kepastian. "Oke

ia membuka pintu kamar dengan gegabah-dan dunia seolah tersedak saat matanya mena

pat ke dalam kamar mandi, meninggalkan Galang yang ter

ang, dadanya terasa sesak saat pandang

n takut, "Ohh tidak..." pikirnya, berusa

bibir Amel, penuh ke

ilangan kontrol. Tubuhnya kaku, sementara pikirannya berputar

i canggung, na

suaranya bergetar, seolah suara itu sendi

a, nggak apa-apa, Kak." Galang menelan luda

nya dengan suara nyaris ragu, be

penuh perhitungan, sebelum akhi

mengungkapkan keberanian kecil yang baru ia temukan. Sejenak, ruang itu

pesonanya. "Bisa," suaranya tercekat, nyaris bergetar, tatapannya mencuri pandang ke arah Amel yang masi

k keras menahan gelombang perasaan yang ingin saja mengacaukan semuanya. D

justru menyelipkan kekhawatiran yang tajam

n di situ, dek.

a hampir lenyap dalam kerendaha

Amel yang gemetar dan kepala yang tertunduk memperkuat suasana canggung yang menyesak di antara m

**

mel pamit, sementara Gal

di dada sambil menatap sekeliling kampus yang ramai.

saat melihat Galang, "Kamu kok di sini?" tanyanya dengan nada

embunyikan rasa tidak nyaman yang mulai muncul, "Emangnya ngga b

g membagi sebuah rahasia. Melisa tampaknya berbisik sesuatu yang cukup m

berambut panjang itu, matanya melebar s

ang dulu pernah dekat dengannya, kini berdiri di hadapannya dengan ekspresi yang sulit dia baca. Atmos

menggoda, ia mengucapkan kalimat yang terasa seperti jarum menusuk ke hati Galang, "Katanya sih udah nikah, sama tan

luluhlantakkan semua keangkuhan yang terpancar dari diri wanita itu. Dengan suara yang terkendali namun penuh kekesalan, ia balas menyer

paling pada sahabatnya, mengabaikan Galang yang masih terpaku di tempat, dan berkata dengan ri

erdesir kencang, sambil memandangi punggung Melisa yang semakin menjauh. Sebuah perasaan kehil

**

gu-ragu dan dahi yang berkerut. Pada tatapan ma

yah," keluhnya sambil memain

arnya, merasa penasaran. "Kenapa dek?" tanyany

elah itu tiga hari lagi mau acara ospek. Tapi aku belum lengkapin semua perlengkapannya, mulai dari pakaian dan banyak lagi. Aku bisa stres kala

lang yang tampak bingung. "Aku bahkan belum tahu harus mulai dari mana, kak

ucat pasi. "Yaudah, nanti kita cari bareng setelah ini. Jangan

inkan kecemasan yang mendalam. "Aku takut nggak s

emberikan dukungan. "Pasti bisa," ka

r kata-kata Galang. "Makasih, Kak. Untung ada kakak kasih aku semangat." ucapn

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY