t membangunkan Gaby yang terlelap di sampingnya. Langkahnya pelan, hati-hati menyelinap ke jendela, di mana u
di dadanya, membuatnya bertanya-tanya dengan semberono, b
dalam labirin kebingungan dan takut. Dengan langkah berat, ia meni
-setiap suara yang terdengar dari balik pintu itu menyesakkan
kat dalam benaknya. Galang menempelkan mata di celah pintu, napasnya tertaha
nyadari kebenaran yang mungkin te
nya sosok yang tengah duduk di atas kursi kayu tua itu terlihat. Amel, dengan ra
telinganya lebih dekat ke pintu
arannya memuncak saat telinganya mena
takkan ponselnya. Langkah Galang pelan mendekat sambi
buat Amel tersentak, seolah tersengat. Dengan refleks, A
menangis?" tanya Galang
h Galang dengan mata yang penuh kekecewaan. "Kamu nggak tahu apa-apa tentang perasaan aku," ucapnya den
ilnya, tapi Amel terus berjalan tanpa menoleh. Galang menyadari kesalahannya, ia menjejar
s-remas. Galang melihat betapa bibir Amel gemetar, mencoba meny
g yang telah menjadi bagian dari hidupku," ucap Amel dengan suara ya
iba. Dia meraih tangan Amel, memberikan s
kamu," kata Galang dengan nada penyesalan. Amel menghela napas
nya butuh waktu untuk bisa menerima semua ini," tutur Amel, suarany
uang dan waktu bagi Amel untuk
engusap pipinya dengan hati-hati, men
kamu menemukan seseorang yang lebih
birnya mencoba tersenyum tapi m
ng memandangnya, "Itu keputusan baik," ucapn
an Amel. Dia berjalan lesu, tubuhnya merebah tanpa
secangkir kopi, "Oh, kirain siap
gantuk?"
diam, hanyut dalam film di layar, hingga sebuah adegan tak
rutkan alis, tangan terlipat di dada-sebuah
dalam dada yang rapuh.Galang hanya tersenyum santai, mencoba meny
ote-nya," jawabnya ringan, tap
nggak tahu bakal ada adegan itu..." Ketidaknyam
tak terucap. Namun, Galang memecahnya dengan nada lebih berani, mata m
yang menusuk lembut tapi dalam. Ada dorongan tak tertahankan untuk
duduknya di sebelah Galang, mencari k
mata melebar penuh harap dan kebingungan,
ya mengembang sedikit, "Iya, itu
imalnya, gimana?" tanya dia, rasa penasaran yang me
sejenak, menunggu jawab dan kejujuran yang aka
rti lah," sahut Galang, membuat
m pernah ciuman, paling jauh tangan ku aja yang dipegang," ucap A
tidak percaya, lalu menggumam ringan, "Penjara
pi ucapannya. "Ciuman itu... ah, menjijikkan!" nada suarany
k mengerti kenapa ora
kening, bagian dari dirinya
k," batinnya sambil merasakan
kan dengan orang yang dicinta
askan, sambil matanya
a cinta, hanya untuk... sensasi." Kata-kat
na?" potong Amel, mat
n, bahkan bisa membuat pikiran lebih jernih!" kali ini ia
h, tangannya refleks menutup mulut. "Hueek, hanya membaya
i cangkir itu, menambah aroma semerbak di udara. Wajahnya terlihat rileks
logika, mungkin saja," ucap Galang sambil meletakkan cangkir di at
asti lebih asik. Toh, pacaran tapi nggak pernah ngapa-ngapain itu

GOOGLE PLAY