matanya terbelalak lebar, seolah baru saja menyaksikan sesuatu yang mengejutkan dalam mimpinya. Saa
untuk membangunkannya. "Mimpi apa, Mas? Kok si otong ikut kebangun?" tanya Gaby, mencoba me
a kali sebelum akhirnya berbicara. "Aneh banget, seremmm," ucapnya singkat,
nuh perhatian, mencoba memahami apa
terlihat sedikit shock. Galang merasakan kehangatan tangan Gaby, perlahan ia mulai
u, seketika ia melunjak. Ia tanpa menunggu
at, bibir mereka bertemu dalam ciuman y
gan Galang perlahan menyusup di balik punggung Gaby, merasakan kehangatan
Galang melalui kain yang membatasi, matanya sete
i sela ciuman yang semakin dalam, seolah ingin
aranya serak oleh emosi yang mendalam, tangan yang
Galang, sementara jemarinya perlahan mulai membuka kancing baju Gal
rinya yang senantiasa ia nantikan. Ruangan itu penuh dengan kehangatan dan desah kecil yang mengisi keheni
anya penuh kerinduan dan gairah yang sulit disembunyikan. Perlahan, tangannya me
pi tegas terdengar, "Langsung aja yah, aku udah ngga tahan," kata Gaby dengan n
g, aku pengen rasain kewanitaanmu," ucapnya penuh kasih dan hasrat, suara
osi yang membara. "Lain kali aja, oke," pinta Gaby sambil menatap Galang dengan mata
agi. Dengan gerakan penuh rindu, dia menarik tangan Galang kembali,
ang memenuhi ruangan. Desahan panjang dan lembut keluar bergantian dari bibir mereka, menyatu dalam keintim
presisi, seolah membaca setiap denyut napas istrinya. Desahan Gaby yan
u kuduknya meremang. Perlahan, ciuman itu bergeser ke dada yang membusung, mencium dengan penuh kasih
u keluar," suara Gaby terputus-putus, tu
oda. Meski hatinya ingin menikmati momen dengan s
uat, ia mempercepat ritme pompaanny
kuat punggung Galang, suara desahnya berubah men
n itu sempurna. Setelahnya, keduanya terdiam, napas memburu
erdua, dalam pelukan yang penuh dengan kehangatan dan kepuasan. Akhirnya, mereka rebahan di sampi
terengah-engah, senyumnya lebar, mata berbinar menatap Gaby yang terbaring di sampi
am di kamar, berdua denganmu. Aku ingin menghabiskan waktu lebih
hehe, sayangnya hidup itu butuh makan, mas," s
kamu untuk ikut mencari nafkah," timpal Galang, matanya menunduk,
nya aku bahagia bersamamu," timpal Gaby, matanya berbinar penuh keikhlasan dan cinta. Suasana di kamar itu menjadi hanga
ba saja Galang mendengar suara
pikiran yang mengusik ketenangannya. Di keheningan malam, ingatan tentang mimpinya yang
canggung dan bersalah. Ia mencoba mengusir bayangan itu, namun seakan-akan mimpi tersebut
alang, mencoba keras untuk mengingatkan dirinya sendiri tentang batasan yang tidak boleh dilangga

GOOGLE PLAY