a hidangan favorit Stella: lobster thermidor, risotto truffle, ikan kakap yang lembut. Tidak ada satu pun di meja yan
ihat Stella duduk di kursinya di
a meneteskan kemanisan palsu. "Ayo, bergabungla
itu terang-teranga
r," kata Alya,
kamu marah padaku. Tapi aku bersumpah, Adrian dan aku hanya teman. Aku tidak akan
Alya. "Tolong, jangan biarkan aku me
angannya seola
saat dia ambruk ke lantai. "Pergelangan kakiku! Yang sa
menjulang di atas Alya. "Apa masalahmu? Tid
ian," tanyanya, suaranya sedikit bergetar. "Apa
an alerginya. Ikan kakap. Lobster. Dia ingat. Untuk sesaat,
ku lupa,"
akan mengajakmu keluar. Kita a
tapi sebelum dia bisa menjawab, suara dentang keras da
tu besi panas. Dia bergegas ke sisi Stella,
Adrian... maafkan aku... kurasa
m pelukannya. "Aku akan m
uka matanya. Dia menatap langsung ke arah Alya
Aku menang. Ak
as dan sunyi dari kekalahan total. Dia akan selalu, selalu memilih
tella baik-baik saja. Dokter ingin menahannya semalam untuk observasi. Dia pi
elikan. Tapi simpul dingin ketakutan mengencang di perutnya. Meskipun se
ia berjalan menyusuri lorong ke sayap pribadi dan be
idur. Stella melingkarkan lengannya di lehernya, menarik
iku, Adrian?" bisik S
nak. "Ya," katanya
ya Stella, nada kejam dalam sua
," kata Adrian, suaranya d
batu. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa bernapas. Dia hanya berdiri di sana, tersembunyi dalam bay
isak tangis. Rasa sakit itu membumi, jan
oridor rumah sakit, menjauh dari suara taw
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY