/0/29102/coverbig.jpg?v=fe96be1fdce6c6b952b09697e2127b92)
lari, si pengemudi, Karin Gunawan, muncul di makamnya. Dia tersenyum, menjatuhkan mainan
hanya berdiri di sana. Diam. Aku, seorang jurnalis investigasi, tahu aku akan mene
alu, petugas pengadilan memanggil namaku. "Eva Anindita, Anda ditahan." Suamiku sendiri, ayah Leo, menuntutku at
iga tahun di penjara dengan keamanan maksimum. Karena menjadi seorang ibu yang berduka. Karena keh
elakukan itu? Kenapa
bisa beli es krim sekarang?" Karin berkata manja, "Kita harus menyapa kakakmu dulu." Duniaku hancur ber
a
k kesedihanku. Dia berusia empat tahun. Korban tabrak lari. Mobilnya adalah m
dara. Suamiku, Kepala Kejaksaan Negeri David Adiwijaya, merangkulku, pilar kekuatan bagi kilatan kamera yang me
sunyi di dalam dadaku. Aku ingin berteriak, ingin jatuh
dia d
an ke arah kami. Ayahnya, konglomerat properti Baskoro Wijoyo, mengikuti beberapa langkah di be
tepat ke tepi liang lahat, menengok ke dalam
an. Tanganku, yang memegang setangkai
yang dingin dan kosong bertemu dengan mata
tas bermereknya dan mengeluarkan dinosaurus kecil dari kain-mainan favor
nya di atas liang
anya dengan santai. "Tepat sebel
a melepa
at dengan lembut di atas kayu peti
uhi amarah yang panas dan menderu. Seluruh tubuhku gemetar
enti. Aku maju selangkah
embunu
rsihkan namaku, Eva. Itu kecelakaan tragi
ggali, cara menemukan kebenaran dan mengungkapkannya ke cahaya. Aku akan menggunakan huku
n, sahabat sekaligus rekan kerjaku, Shinta Lestari, di sampingku.
orang di belakangku. "Penyokong utama
merah melaju kencang. Aku telah menghabiskan waktu berminggu-minggu menyatukannya, melakukan pekerjaan yang tampaknya eng
a telah memenangkan Anugerah Adinegoro. Aku pernah menjatuhkan orang-ora
dia b
oyo, menolak semua bukti. Saksi mencabut kesaksia
menahanku. Ini belum berakhir. Aku akan mengajuk
pengadilan me
dita, And
ah berkas baru muncul. Suamiku, David Adi
bkan kematian putra Anda, Leo Adiwija
ggunakan kesedihanku, telepon panik dan malam-malam tanpa tidurku setelah kecelakaan itu, sebagai bukti pikiran yang tidak stabil. Dia memutarba
ahwa aku terlalu banyak bekerja, stres, bukan diriku sendiri. Itu adala
erobohan sang istri. Itu adalah cerita yang lebih baik. Cerita yang lebi
ihan palsu. Dia berbicara tentang sistem peradilan yang harus t
rtama kalinya. Matanya dipenuhi
atakan ak
a t
n keamanan maksimum. Karena menjadi seorang
ah hilang. Aku mengalami keguguran dalam perkelahian brutal yang tidak kumulai, rahasia lain yang kukunci rapat. Yang kulakukan han
cuh tak acuh. Aku tidak pergi ke rumah singgah. Aku naik ta
idakhadiranku. Tapi makam itu bersih. Bunga-bunga segar, s
ebuah mobil yang kukenal be
bih tua, lebih berkuasa. Di
dak se
. Dan dari kursi belakang, seorang pengasuh membantu seorang anak kecil, seorang anak lak
u makam, sebuah unit
berlari ke depan da
a bisa beli es
tu. "Sebentar, sayang. Kita
larut menjadi deru putih
ka
a
i balik pohon ek besar, tanganku me
ngan bunga baru di makam, tangannya sejenak menyentuh tangan Ka
ang dibangun di a
kulan fisik. Ini bukan hanya tentang kariernya. Dia t
anku. Dia telah meng
di dalamnya. Tubuhku bergetar hebat, dan aku menggigit bibirku begitu kera
ereka. Selama ini,
berseri-seri, di depan rumah yang kami beli bersama. Rumah yang seharusnya
u ingat bekas luka di punggungnya dari sabuk ayahnya, masa lalu yang begitu brutal hingga dia jarang membicarakannya. Akulah yang memeluknya saat dia mim
luka gores di pipinya karena ayahnya melemp
, Eva," sumpahnya, suaranya serak karena emosi. "Siapa
m sejarah kota. Aku menjadi jurnalis bintang. Kami menikah, mem
Leo, menggendong putra kami,
"adalah karenamu. Bertemu denganmu adala
Sebuah k
u yang sempurna. Putraku yang
, aku mendengar suara K
r mantan istrimu keluar
rus ke tempat
aik saja? Apa kamu khawat
annya. Benang harapan terakhir yang rapuh yang bahkan
e arahku. Dia merapikan dasi
rus khawatir? Dia bukan
elapak tanganku, merobek kulit. Darah
luarga bahagia, dan pergi, meninggalkanku s
lu, aku mengeluarkan ponsel sekali pakai, yang telah kusembunyikin
gu-ragu saa
va
uanmu, Shinta."
esal. Aku akan melakukan apa saja. Apa saja. Aku akan membantu
a kutumpahkan akhirnya
tinggali bersama Shinta terasa asing. Jadi aku pergi ke
tu. Rum
masuk. Udaranya pengap, tapi semuanya seperti saat kutinggal
to keluarga di atas
derit di b
berb
nya menghalangi cahaya yang memudar.
uhi tiga tahun rasa sakit dan pengkhianatan. Dia menatapk
h, suaranya lembu
kem
botol air mineral.
ak meng
bahan tambahan apa pun," k
pergi ke dapur dan kembali dengan secangkir teh
au kedi
kenal, sangat membutuhkan kehangatan. Cangkir itu, hadiah darinya
gkir itu
antai kayu, teh panasnya me
natapnya, tubuhku gemetar karena ama
araku gemetar tapi jelas. "Ceritakan pad

GOOGLE PLAY