dang Kira
sahannya di telepon-semuanya berputar tanpa henti di benakku. Pagi harinya, sakit kepala yang
ebagai gantinya, ada ketenang
k berhenti. Aku tidak bisa menghabiskan satu detik pun di gedung yang merupakan monumen
nuju departemen SDM ke
putih terlihat di lengan bawahnya. Diana bergelayut di lengannya, mengenakan sweater kasmir kebesaran yang kukenali sebagai salah satu mili
a mereka berdekatan. Mereka tampak sepert
ngangkat kepala
, ekspresinya menjadi waspada, tak terbaca. Dia menatapku seol
ranya datar. "Apa yang
ku. Senyum perlahan dan kejam menyebar di wajahnya
a mengerti kenapa dia memilihmu. Kau punya rambut yang sama. Mata yang sama." Dia mencondongkan tubuhnya, tatapann
tak. Tahi
ini," bisiknya, menepuk titik di atas bibirku. "Ini sempurna. Jangan pernah menghilangkannya." Saat
ara kemenangan. "Oh, kau tidak tahu?" dia bersenandung. "Baskara
ar kencang di dada. "Apa itu benar?"
uang muka, rahangnya menegang. Keh
elah mengkurasi diriku, bagian demi bagian, menjadi tiruan pucat dari wanita yang benar-benar
a berkata, suaranya tegang. Dia melangkah ke
u bicara? Setelah kau menghabiskan malam dengannya? Setelah aku tahu sel
atanya, kata-kata itu
atian karyawan yang lewat di lobi. "Jangan b
"Jangan angkat suaramu padanya," desisnya. Dia men
u mendorongnya kembali, leb
ahnya berubah menjadi marah. "Jalang," pekiknya. "Kau pikir k
eketika. Mereka mencengkeram lenganku, cengkeraman mer
ara, suaranya tajam, tapi dia ti
u diberi pelajaran. Dia perlu mengerti tempatnya." Dia ber
rasa dia butuh pengingat permanen tentang siapa yang dia gantikan." Dia merogoh tasnya dan mengelu
a, hentikan dia!" teriakku, ma
tentangan. Untuk sesaat yang mendeb
rendah dan berbahaya. "Jika kau mengambil satu langkah lagi ke
ku melihat perhitungan di matanya, penimbangan pilihan. Dan kemudian,
atanya, suaranya tanpa emosi.
Dia membiarkannya melakukan apa pun yang dia inginkan padaku, istri
kata itu tercekik.
e arahku, pisau dipegang mantap di tangannya. "Na
ke kulit tepat di atas bibirku. Aku memejamkan
wiski basi. "Ini hanya akan sakit sebentar. Dan kemudia
ereka membekap mulutku, meredam teriakanku. Aku tidak berdaya, sepenuhnya bera
ton, wajahnya topeng dingin yang tak acuh. Tatapannya bertemu dengan tatapanku sejenak, dan di dalamnya, aku t
m. Rasa sakit yang tajam dan
, semuanya m
-
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY