/0/30695/coverbig.jpg?v=5b72da6a3b527f71b7ed5df262ff9227)
ew) ke setiap bab sesuai dengan permintaan An
g dingin, napas say
an tidak menoleh sediki
ayakan keberhasilan transplantasi ginjal yang
nyalah harga murah demi kese
tang lebih cepa
t dengan sinis
saja membunuh istri Anda s
ternyata hanya mengincar u
raung, mengemis untu
i, sudah menyembunyika
hanyalah nisan bert
menggali tanah dengan tangan
endiri, berharap darah
atiannya pun tidak la
a
na
ulut saya disumpal. Dingin sekali, sampai ke tulang. Saya
unyi "bip" terasa seperti detak jarum jam menuju kematian. Saya mencoba berter
ijau di monitor berubah menjadi garis lurus. Dingin memenuhi
las. "Operasi Nona Chika berhasil! Ginjalnya berfungs
menutup mata, merasakan kegelapan menelan saya. T
sa melayang, ringan seperti kapas. Sebuah dor
kelegaan, mata Handi berkaca-kaca. Chika membalas pelukannya, terse
ri luka pisau bedah. Ini adalah rasa sakit karena di
ntang hidup saya, atau kematian saya? Han
. Tidak. Dia tid
ika. Menuntut agar saya mendonorka
rta. Untuk memastikan saya tidak puny
idak punya kesempatan. Hukum t
itu, bahkan setelah saya mati, masih melekat. Setiap
Handi. Suara saya serak, hampir tidak te
on. "Saya tidak kuat. Saya merasa... saya akan mati
pernah menundukkan kepala. Bahkan ketik
Mengatakan maaf, mengakui kesalahan yang
sahan. Lalu, tawa dingin yang
ndi dingin. "Kau pikir kau bisa lolos
tan bagimu," katanya. "Chika adalah pahlawan yan
a main-main," ancamny
enghapus dosamu," lanjut Handi.
ara lagi," katanya. "Aku akan pasti
ahnya. "Sebelum terlambat." Sebelum terla
ak. Tapi tenggorokan saya tercekat.
Riana," suara Handi penuh ke
saya runtuh. Jatuh ke dalam
a yang saya berikan tanpa s
akan selalu mencintaimu, Riana."
. Semudah membalikkan telapak tan
ka. Begitu lembut, begitu penuh kasih.
Handi berbisik. "Aku tidak tahu
elap. Dia pasti tidak tidur s
aya? Bahkan sedetik pun, setel
lembut. "Apa dia baik-baik saja?" Senyumnya t
ncari saya. Gerakannya terlalu lambat,
bantal. "Jangan pikirkan dia, Sayang," katany
nambahkan. "Kau tidak perlu
ihat Handi dan Chika. "Tuan Handi dan Nona Chika, kalian
man, tidak tidur sedikit pun," perawat itu
Handi hanya tersenyum tipis, tidak
han sekali pasien di meja operasi satu
gurus jenazahnya," lanjut perawat itu. "Nanti b
sedikit mengerutkan dahi. Apakah dia... apakah dia men
a. Uruslah jenazah saya,
erjam-jam. Handi hanya menghela napas
suaranya datar. Tidak ada emo
enyala. Saya tertawa, tawa hampa
? Bukankah saya sudah tahu
ika keluar kamar. Meninggalka
yang tertutup. Di mana tubuh saya
lirik ke dalam. Matanya ko
putih. Wajah saya tertutup.
Bekas luka lama di pergelangan kaki kir
atkannya. Dari kecelakaan lima tahun lalu. Beka
GOOGLE PLAY