acarku?" Pernyataan cinta diucapkan lanta
m bahagia, gadis yang diseb
nggung adalah peran utama mereka malam ini. Tepuk tangan berpadu
hir bahagia. Tapi sayangnya, ini bukanlah akhir. Ini hanya sebuah pe
*
Bisa-bisanya lu l
i depannya, seorang lelaki terpaku dengan cap lima jari di
apain kamu
erhubungan dengan Vania. Pasti suasana Caffe ini akan jadi lebih heboh lagi k
gapapa? Kita p
nya. Gadis itu bernama Echa. Teman sekelas, sekaligus yang paling mengerti perasaan Vania sa
saja. Kenyataannya dia masih duduk di sini. Dengan dada sesak dan kedua mata memerah
a? Aku nggak tega n
Walau dia tahu ini sama sekali tidak mudah. Bayangkan saja, pacarmu baru saja se
k bisa terima ini te
angkit dari kursinya dan melangkah
Echa bangkit dari kursinya
rangai temannya satu itu. Jika sedang marah, Vania suka berpe
jukan romantis di atas panggung. Raut wajah dan bening di kedua pipinya
di nyata. Hanya tinggal beberapa meter dia akan mencapai panggung. Tempat
eorang menarik tang
itu singkat, pada
ggi dari dia sendiri. Lalu didapatinya seorang lelaki tampan dengan kedua mata yang tampak s
gak tau apa-apa ya jan
arahnya. Sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri tapi ternyata pegangan lelaki
h kalau ka
enar atau tidaknya yang diucapkan lelaki itu, dia sudah terlanjur kes
ah! Lu tau apa!? Yang di atas pa
Menegaskan seberapa dia sakit hati. Tapi raut wajah yang di
ah panggung. Ternyata Evan tengah mempersembahkan sebuah
ebih sakit lagi. Bahkan kini air mata mengalir deras. Tapi sayangnya, lela
raman lelaki asing ini. Bahkan untuk bicara pun Vania sudah tidak sanggup. Hatin
i atas panggung, seruan para penonton, dan tangisa
gung itu, pacarku." Suara itu, b
ongak, menatap lurus lelaki berparas tampan tapi tidak berekspresi. Bahkan kalimat itu
i, sama k
olah memutih. Menyisakan dua insan berbeda jenis ini di tengah-tengah.
juga menyadari bahwa lelaki ini berbeda. Tidak sepertinya, lelaki yang bahkan tidak
Terlihatlah Echa yang tak nyaman duduk seolah bokongnya berbisul. Pandangannya terus t
a sih Van
erapa lama, tidak ada orang yang naik ke panggung. Bahkan setelah Evan selesai menyanyikan laguny
angan dia pin
ditinggalkan Vania di atas meja. Kemudian berjalan terburu-buru mendekati kerumun
yang semula diisi banyak orang
g karena konser telah berakhir. Lalu di sini, Ech
ok ila
itemukan. Mencoba menghubunginya pun percuma. Sebab ponsel, dompet, sampai tan
rena temannya lenyap ditelan kerumunan dan tidak juga kembali. Echa menunggu sampai
a sih? Aku khawati
ni terurai berantakan. Bahkan waktu setengah jam yang dia habiskan untuk
dihkan, sampai para pelayan pun
ang ke dia! U
ah! Kasian.
i satu-satunya pelanggan yang tersisa di Caffe tempat mereka bekerja. Sampai akhirnya, seorang l
i kamu kebanyakan nan
elas air putih yang diletakkan di atas mejanya. Sedetik kemudian, seorang
ngerepotin."
Sementara lelaki di seberang meja hanya tersenyum samb
nku kayaknya kerepotan. Kami harusnya
menangis lagi. Sudah kehilangan teman, sekarang merepotkan orang yang tid
han. Mari kembal
pulang sekarang. Kam
a tidak punya kebenaran untuk marah. Karena dialah yang telah banyak merepotkan or
ma rekanmu, aku minta
a dibalik lensa bening itu menyipit. Tepat setelah
e sini lagi." Lelaki itu melipat tangan di depa
ibir. Dengan jejak air mata yang masih t
!" Den
dak begitu memperhatikan karena sibuk membereskan ta
it hati itu adalah awal dari sebuah lembaran baru. L
mbung