img Gairah Liar Masa Puber  /  Bab 4 Part 4 | 2.17%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Part 4

Jumlah Kata:1807    |    Dirilis Pada: 25/10/2022

menggigit kecil, menghela nafas menghirup semerbak tubuh wanita yang menggairahkan ini. Rasa terimakasi

kata itu seperti kehilangan makna. Dan Kino tak mau berhenti, malah semak

pangkal leher. Tangannya dengan cepat menyibak kaos wanita itu, sekaligus membuka be

endesah, dan perlahan tangannya yang tenggelam di

h indah di antara kedua payudara yang membusung-mengembung-menggairahkan. Harum se

icin itu sehingga Mba Rien menggelinjang dan menjerit kecil, “Oh, …. jangan K

a daya, sebuah penyerahan yang tak terelakkan. Apalagi ketika mulut pemuda y

angan itu… “, erang Mba Ri

edot puting kenyal yan

seperti hendak mencari kekuatan dari situ. Dunia nyata seperti menghilang dari pa

seakan kini seluruh hidupnya bergantung di sana. Tak ada

ulut Kino yang kini mengemut-emut puting susunya. Kino pun semakin bersemangat, meny

bunya? Pikir Kino sambil membayangkan b

enit lalu bergeletar terlanda orgasme. Kini kedua kakinya membuka lebih lebar lagi, dan tak sadar ia m

pa yang baru saja ia pelajari dalam permainan serba menggairahkan ini. Tangan i

robos-menelusup, meraih-raih. Rien membuka pahanya semakin

aku ingin ….,” Mba Rien seperti kehab

tapi ia tidak berani bertanya. Mulutnya tak hendak lepas

sang bibir di bawah sana. Telah menebal, bibir-bibir

yang halus menggelincirkan. Terkadang, jari itu menelusup jauh

agian bawahnya tiba-tiba terangkat meninggalkan kasur, dan akibat gerakan itu jari Kin

Kino di ujung jari yang dilingkari sebentuk otot l

an, “…. teruskan … masukk

suri dinding licin bak sutra yang basah. Dan Rien semakin ker

rik lagi, tetapi didorong lagi. Ditarik-didorong. Ditarik-didorong. Berkali-kali,

kecil yang terputus-putus… ah … ah … ah. Lalu ia menggelepar kuat sekali, dan

ak bicara, karena wanita itu menggeliat, mengguling ke samping, lalu

staga, apa yang

hnya agak memerah dan bibirnya yang menggairahkan itu seperti tomat matang. Matanya setengah

ula, kini ia kuatir ada orang yang mendengar kegaduhan di kamar ini, walaupun ia juga t

ah kamu lakukan,” ucapnya masih agak terengah. Pakaiannya semrawu

pelan. Ia sungguh-sungg

ia bangkit dan merapikan pakaiannya, tetapi tidak memakai

n tak perlu minta maaf untuk itu …” lanjut Mba

bawah kuping. Kino menggeliat kegelian, lalu balas memeluk pinggang Mba Rien. Kemudian ia mendengar w

uat apa. Lalu dengan lembut tetapi agak memaksa, Mba Rien mendorong tubuh pemuda itu sehingga telen

ng telah menggembung dan agak basah di sana-sini. Ah, Kino pun hanya bisa mem

satu-persatu dengan ketrampilan dan ketenangannya. Tak lam

t kegelian ketika bibir basah wanita itu tiba di putingnya yang ke

i hanya mengerang tetapi juga merintih. Enak sekali, ternyata jik

alik celana dalam Kino, dan menemukan kejantanan pemuda itu tegak-keras-pa

buah kenyataan yang dimimpikannya. Tubuhnya meregang merasakan jemari itu melakukan sesuatu yang

er kenikmatan saling bertumbukan di tubuh Kino, menyebabkan pemuda ini bergetar hebat. Sebuah

eorang lifter bersiap-siap mengangkat barbel, seperti kuda yang bera

u saja tak pernah lebih besar dari semula. Tidak seperti puting payudaranya Mba Rien. Tangan

ang mencari jalan keluar. Apalagi kemudian satu tangan Mba Rien yang masih bebas, ikut berma

membuat Kino menggeramkan penyerahannya, mengerangkan kepasrahannya, ketika denga

ba Rien terasa seperti awan yang membumbung membawa tubuhnya

ata seakan berkeping-keping. Meledak mengamburkan pij

sebelahnya, dengan kepala tersandar ke dadanya. Nafas mereka berdua masih memburu.

nuju kamar mandi. Segalanya seperti sediakala, kecuali ranjang yang berantakan tak

ik-baik dan diletakkan di kursi meja rias. Setelah menghela nafas dala

Wajahnya penuh senyum seperti biasany

buka percakapan, bahan pembicaraan terasa hambar, dan wanita yang wajahnya bersin

di pintu depan memandangnya pergi. Kino tak bisa melihat wajahnya,

a. Gelap malam segera menyambutnya, merangkulnya dengan embun basah yang segar.

bersama Mba Rien. Seminggu setelah itu, sekolah dimulai

i ia punya aktifitas baru: mengantar Alma pulang. Mengerjakan PR bersama. Latihan vocal g

ena ia tidak bisa berenang), mereka masih dengan riang saling berlomba mencapai ba

ebabkan mereka terpaksa berteduh di gua. Tak sekali pun mereka pernah membicarakan ade

alam itu, seperti halnya ketika ia melupakan kejadia

ambu

img

Konten

img
  /  2
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY