Ketika mereka sampai pada topik perceraian, tidak ada ekspresi apa pun yang terlihat di wajah Becky. Nada dalam suaranya tetap tenang dan serius.
Jessie bertanya-tanya apakah dirinya sudah salah dengar. Dia kemudian memiringkan kepalanya ke samping dengan penuh tanda tanya sampai Becky berkata, "Perjanjian perceraian itu ada dalam koperku. Tolong bantu aku untuk menemukannya."
Kali ini, Becky terdengar serius! Jessie hampir saja menangis karena bahagia.
Becky akhirnya memutuskan bahwa dia ingin menceraikan Rory. Semua anggota Keluarga Arsenio tidak akan ada hubungannya dengan Becky lagi mulai sekarang!
"Baiklah, tunggu aku di sini. Aku akan segera mengurus prosedur keluar rumah sakit! Kamu akan mendapatkan surat perjanjian perceraian yang telah ditandatangani dengan sesegera mungkin! Pada akhirnya, kamu sudah selesai dengan Keluarga Arsenio!"
"Ya, itu benar. Terima kasih, Jessie."
Jessie sudah menginginkan Becky untuk menceraikan Rory sejak awal pernikahan mereka. Bahkan, dia juga tidak pernah merasa optimis tentang pernikahan mereka.
Jessie sudah mengenal Becky sejak mereka masih kecil dan mereka adalah teman baik. Dia sungguh tidak tega untuk menyuruh Becky agar menceraikan Rory. Sebaliknya, dia hanya berharap dan menunggu hari di mana Becky pada akhirnya akan mengerti bahwa pernikahan mereka adalah sebuah kesalahan.
Tahun demi tahun pun berlalu, Jessie hampir kehilangan harapannya dan berpikir bahwa mereka sama sekali tidak akan pernah bercerai. Becky sudah bersikap terlalu keras kepala dan terobsesi dengan Rory.
Sekarang setelah Becky akhirnya sadar dan ingin bercerai, Jessie tidak ingin menunda-nundanya lagi. Dia langsung mengurus prosedur keluar rumah sakit, kemudian memeriksa perjanjian perceraian itu.
"Kapan kamu membuat ini? Kamu memutuskan untuk menyerahkan semua propertimu dalam perceraian ini padanya? Bukankah dengan begini kamu melepaskan Rory dengan terlalu mudah?"
Becky mengambil surat perjanjian cerai itu darinya, kemudian bertanya, "Menurutmu, apa aku benar-benar membutuhkan uang dalam jumlah yang menyedihkan itu?"
Ketika mendengar ucapannya, Jessie berhenti sejenak. Dia tahu betul apa yang dimaksud oleh Becky. Bagaimanapun, ayah Becky adalah kepala keluarga di Keluarga Ravindra yang merupakan keluarga yang kaya raya dan berkuasa.
Para idiot dari Keluarga Arsenio sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang identitas aslinya. Mereka mengira bahwa dia berasal dari keluarga biasa. Benar-benar konyol!
Setelah keluar dari rumah sakit, Becky masuk ke dalam mobil Jessie. Sebelum Jessie bahkan sempat bertanya kepada Becky ke mana dia ingin pergi, Becky telah lebih dulu berinisiatif dan mengatakan, "Ayo kita pergi ke Crowbar Technologies."
Rory kemungkinan sedang berada di kantor saat ini.
Memikirkan kemungkinan perceraian mereka, Jessie segera melesat pergi ke gedung Crowbar Technologies. Jika bukan karena batas laju kecepatan yang diterapkan, dia pasti sudah akan melaju secepat mungkin.
Setengah jam kemudian, mobil itu akhirnya berhenti di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Jessie menarik rem tangan dan kemudian berbalik untuk menghadap Becky. "Ingat, tetaplah tenang dan selesaikanlah semua ini dengan sangat cepat."
Sambil menganggukkan kepalanya, Becky tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir."
Tiga tahun adalah waktu yang sudah lebih dari cukup untuk menghabiskan semua kesabarannya dengan pria itu. Dengan surat perjanjian cerai yang ada di tangannya, Becky langsung masuk ke dalam gedung itu.
Resepsionis di dalam gedung sama sekali tidak menghentikannya, tapi orang-orang yang dia temui di sepanjang jalan semua menatapnya dengan sorot mata yang menghakimi. Sebelum Becky tiba di kantor Rory, asisten Rory, Lowell Baldwin, telah memberitahunya tentang kehadirannya di sana.
"Biarkan saja dia masuk."
Dia ingin melihat apa yang ingin dilakukan wanita itu di sini.
"Baik," kata Lowell sambil mengangguk dengan patuh. Kemudian, dia berjalan keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Rory sendirian.
Saat itu, Becky sedang melangkah keluar dari lift dan langsung berjalan menuju ke kantor Rory. Dia pernah datang ke sini beberapa kali sebelumnya dan dia sudah tahu jalannya.
Saat dia berjalan, sekretaris Rory menyambutnya dengan acuh tak acuh. Biasanya, Becky akan menanggapi dengan senyum sopan, namun hari ini, dia sedang tidak ingin berbasa-basi.
Dia berjalan ke pintu ruangan Rory dengan sepatu hak tinggi yang bergemeletuk di lantai keramik, kemudian dia mengetuk pintu. Sebelum orang yang ada di dalam bisa menjawab, dia telah lebih dulu mendorong pintu itu hingga terbuka dan melangkah masuk.
"Tanda tangani surat cerai ini, dan datanglah ke gerbang pengadilan pada jam sembilan besok pagi," kata Becky sambil meletakkan dokumen itu di atas meja Rory.
Becky sudah menandatanganinya. Yang tersisa untuk dipenuhi adalah tanda tangan Rory.
Tanpa menunggu jawaban apa pun darinya, Becky pun berbalik dan pergi.