/0/10520/coverbig.jpg?v=8362ba6365a8e12a64ad0ca121db53d4)
Bertahun-tahun Davina memendam cinta pada Nathan Evano tanpa berani memperlihatkannya karena mengira dia bukan tipe perempuan yang disukai oleh lelaki itu. Sepuluh tahun setelah mereka berpisah, takdir mempertemukan mereka lagi dalam kesalahpahaman yang menimbulkan berbagai pertanyaan tanpa jawaban. Nathan yang Davina temui, tidak seperti Nathan yang ia kenal sepuluh tahun lalu. Ralat! Tidak sepenuhnya berbeda karena karakternya saat bersama gadis itu masih sama. Akan tetapi, diam-diam bekerja sama dengan suatu badan intelligence membuat laki-laki tampan itu tampak berbeda dan penuh misteri. Lalu, siapakah sebenarnya lelaki yang Davina temui? Benarkah dia Nathan Evano, teman masa kecilnya dulu? Atau seseorang yang kebetulan berwajah sama? Kisah romantis berpadu dengan adegan menegangkan akan membuat kalian penasaran dengan cerita ini. Mohon bijak dalam membacanya.
"Ouch!" seru Nathan terkejut.
Sore hari di pusat kota Singapura, seorang laki-laki dengan topi pet dan pakaian serba hitam, sengaja menubruk Nathan.
Tanpa merasa bersalah, laki-laki itu berlalu begitu saja dan meninggalkan Nathan yang segera menyadari bahwa ada sesuatu di dalam saku celana bahan yang dikenakannya.
Nathan, yang memiliki nama lengkap Nathan Evano Dharmendra, mengayunkan langkah dengan santai menuju ke sebuah taman kecil yang sepi dan ia segera mengaktifkan earphone khusus seraya menyambungkan bluetooth pada jam tangan yang dimasukkan oleh seorang laki-laki tadi ke dalam saku celananya.
Setelah siap, Nathan menekan salah satu tombol untuk mendengarkan sebuah pesan suara. "Pembagian warisan yang tidak merata menjadi masalah besar dan ancaman bagi sebagian besar orang yang bahkan tidak ada sangkut pautnya. Besok, di bagian kedatangan, menjelang waktu istirahat, berkas bertuliskan isi warisan itu harus diambil dan diserahkan pada pemilik yang sebenarnya."
Usai pesan suara diperdengarkan, layar pada jam tangan menunjukkan semua detail yang harus diingat dengan cepat oleh Nathan, lalu tulisan menghilang dan jam tangan berubah fungsi menjadi penunjuk waktu biasa.
Pesan itu hanya untuk didengarkan sekali dan sebagai sleeper agent, Nathan tidak merasa terkejut dengan cara penyampaian pesan yang seperti itu. Pun pesan yang terdengar aneh itu mampu dicerna dengan baik oleh Nathan. Ia tahu, ada tugas untuknya besok di bandara.
***
Sementara itu di Pulau Bali.
"Jadi, kamu lulusan sarjana?" Arsenio bertanya setelah meminum hot americano di atas meja.
Davina menengadahkan wajah, lalu berdeham untuk memberi respons.
"Bukan masalah. Itu tidak memalukan. Sebenarnya aku baru saja lulus S2," sambung Arsenio.
"Oh ya?" Davina bertanya seolah ia tertarik dengan topik pembahasan ini.
Arsenio mengangguk dan menambahkan, "Namun, aku belum punya tabungan untuk pernikahan."
Ada nada lesu yang bisa Davina dengar dari pria yang baru saja ia kenal sepuluh menit yang lalu.
"Jadi, Davina, jika kita menikah nanti, bisakah kamu tetap bekerja?" tanya Arsenio.
Itu hanya perasaannya saja atau memang benar pria itu sedikit aneh?
Bukankah kebanyakan pria lebih suka istrinya berada di rumah? Apalagi jika laki-laki itu berasal dari keluarga konglomerat seperti Arsenio. Biasanya mereka lebih suka wanita tinggal di rumah saja.
"Kamu tidak keberatan jika aku tetap bekerja?" Davina bertanya untuk memastikan.
Arsenio mengangguk mantap.
"Walaupun aku anak orang kaya, namun aku tidak memiliki tabungan sedikit pun. Sedikit bayangan saja untukmu, setelah menikah nanti, orang tuaku mungkin tidak akan memberiku uang bulanan. Jadi, sebaiknya kamu tetap bekerja. Itu akan sangat membantu keuangan kita di masa depan." Arsenio berkata.
Balasan tak terduga itu langsung membuat mulut Davina terbuka. Sial! Pria macam apa Arsenio itu?
Pria itu lulus S2, tetapi belum bekerja. Lalu ingin mempersuntingnya menjadi istri hanya untuk menafkahi?
Sangat tidak waras!
Tidak lagi peduli dengan tata krama, Davina yang terlalu kesal segera meraih tas selempang yang diletakkannya di atas meja dan beranjak meninggalkan Arsenio, pria yang dikenalkan Mira untuk kencan buta dengannya.
"Davina? Kamu mau ke mana? Aku belum selesai bicara! Bagaimana dengan minuman ini? Siapa yang akan membayar?" seru Arsenio.
Semua tamu yang ada di dalam cafe praktis memandang ke arahnya. Namun, Davina tidak berhenti. Gadis cantik dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda itu tidak memedulikan seruan Arsenio dan terus melangkah pergi.
Siapa yang ingin bertemu? Laki-laki itu, bukan? Biar saja dia yang bertanggung jawab membayar minumannya. Lagi pula Davina hanya memesan air mineral. Itu tidak mungkin menguras habis rekening orang tua Arsenio.
Senja sudah berlalu, tetapi langit masih belum terlalu gelap.
Kebetulan cafe berada di dalam mall yang berhadapan langsung dengan pantai. Davina yang merasa kecewa segera berlari keluar dari dalam mall menuju ke Pantai Kuta dan berteriak sekencang-kencangnya, "Argh! Kenapa kalian semua senang mengatur acara kencan buta untukku? Kenapa kalian semua ingin mengatur hidupku? Kenapa memangnya kalau aku belum menikah? Apa aku pernah menyulitkan hidup kalian? Apa kalian tidak tahu kalau sikap kalian itu membuatku benci dengan diriku sendiri? Aku benci kalian semua! Aku benci?!"
Davina terengah-engah sambil membungkuk dengan kedua tangan memegangi lutut untuk mengatur napas yang terasa sangat sesak. Keadaan itu sungguh membuatnya frustasi.
Beruntung pantai sudah sepi. Pengunjung yang masih ada di sana pun tidak memedulikan dirinya.
Davina seketika duduk di atas pasir sambil melepaskan sepatu heels berwarna hitam yang dikenakannya. Ia lalu menengadah ke langit, membiarkan butiran air mata jatuh ke pipinya yang putih mulus.
Davina Ismajaya, putri dari pasangan suami istri Pramudya Ismajaya dan Indri adalah seorang gadis berparas cantik yang sangat tertutup dan lebih suka bicara seperlunya.
Kebanyakan orang di sekitarnya selalu mengira gadis itu tidak pernah memiliki masalah. Siapa yang menyangka, hilangnya pesawat dengan tujuan ke Singapura beberapa tahun silam telah merenggut nyawa kedua orang tuanya?
Badai hidup yang dilalui semasa ia remaja itu yang membentuk karakter Davina menjadi seperti sekarang ini.
Setelah merasa lebih baik, Davina pulang ke rumahnya yang berada di area Jimbaran dengan berjalan kaki sambil menunduk. Penampilannya terlihat sangat berantakan. Tangan kanannya memegangi sepatu heels dan ikatan rambutnya sudah ia lepas.
Setibanya di rumah, Davina langsung mandi air hangat dan sesudahnya ia segera menyalakan laptop untuk memesan tiket perjalanan menuju ke Singapura.
Semuanya terjadi begitu saja. Davina bahkan sudah melunasi pembayaran dan memesan kamar hotel untuk tiga malam. Besok Davina akan berlibur ke Singapura.
***
Keesokan harinya di bandara Changi, Singapura.
Nathan terlihat semakin tampan dalam kemeja putih bergaris vertikal biru muda lengan panjang yang dilipat sampai siku, berpadu celana panjang jeans warna biru tua.
Laki-laki itu berjalan dengan raut wajah datar seolah tidak sedang memperhatikan apa pun, padahal di balik kacamata hitamnya ia sedang menunggu sosok pria paruh baya yang akan segera melewati pintu masuk dari arah kedatangan pesawat.
"Target berada di arah tepat pukul dua belas, Tuan," Suara seorang kepercayaan terdengar jelas di telinga Nathan.
"Berapa kali aku harus mengatakan agar kamu berhenti memanggilku tuan?" ujar Nathan dalam bahasa Inggris sembari mempercepat langkahnya. Ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ketika pria paruh baya yang dimaksudkan sedang berhenti di sebuah konter untuk membeli nomor telepon yang baru dan melepaskan genggamannya dari koper berukuran kecil untuk mengambil dompet di saku celana.
Tanpa ragu, Nathan menukar koper dan bergerak ke arah pintu keluar.
"Oh, tidak! Pria tua itu memiliki pengawal. Aku ketahuan!" Nathan berkata seraya berbelok ke arah yang lain.
"Alihkan perhatian! Aku siap mengurusnya," sahut Mark, orang kepercayaan Nathan.
Nathan melihat seorang pengawal sudah hampir mendekat ke arahnya, tetapi masih terhalang oleh rombongan tour yang baru datang. Secara kebetulan ia melihat seorang gadis berambut panjang hitam kecokelatan yang baru saja melepas kacamata hitamnya melangkah mendekat ke arahnya.
Tak ada waktu lagi! Nathan menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya sampai semua pengawal bergerak melewati mereka.
Nathan sukses membuat gadis itu terbelalak karena mendapatkan ciuman yang tiba-tiba.
Sesaat setelah Nathan melepaskan panggutannya, mereka berdua saling berpandangan.
"Davina?"
"Nathan?"
Kabur dari rumah orang tua angkat demi menghindari papa tiri yang berniat menggauli dirinya, membuat Yoan bertemu dengan Kenzo. Kala kehidupan terasa aman dan menyenangkan, itu hanya sesaat saja. Cinta dan kepercayaan itu penting di dalam sebuah hubungan. Namun, apa yang terjadi saat kepercayaan pada diri sendiri hilang?
Kehidupan yang berkecukupan tidak selalu membuat seseorang bahagia. Terbukti dengan kehidupan dua pribadi, Keenan dan Lilian. Keenan yang memiliki trauma dengan wanita, dan Lilian yang memiliki sakit hati serta trauma dengan masa lalunya, membuat mereka tidak bisa menerima kehadiran cinta begitu saja. “Mari kita selesaikan masa lalu terlebih dahulu baru menjalani hubungan yang lebih serius,” ujar Keenan. “Memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi, demi cinta dan diriku sendiri, aku akan mengusahakannya,” jawab Lilian. Bagaimana cara Keenan dan Lilian melewati proses kehidupan untuk meraih kebahagiaan bersama?
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono