/0/6515/coverbig.jpg?v=0848a5c7b57edd793ac0fef42ebfe61e)
Kabur dari rumah orang tua angkat demi menghindari papa tiri yang berniat menggauli dirinya, membuat Yoan bertemu dengan Kenzo. Kala kehidupan terasa aman dan menyenangkan, itu hanya sesaat saja. Cinta dan kepercayaan itu penting di dalam sebuah hubungan. Namun, apa yang terjadi saat kepercayaan pada diri sendiri hilang?
BRAK!
Dobrakan pintu menggema. Barra muncul dari balik pintu dengan ekspresi datarnya. Perlahan, laki-laki setengah baya itu mendekat ke arah Yoan, putri angkatnya.
Yoan yang baru saja terduduk di atas kursi terjengit kaget. Gadis itu baru selesai mengganti kebaya yang ia pakai saat wisudanya.
Sekitar lima belas menit yang lalu, Yoan pulang dari acara wisuda bersama Barra, papa angkatnya. Namun, apa yang terjadi sekarang? Mengapa Barra tiba-tiba masuk ke dalam kamar dengan aura buruk yang menguar?
"Papa?" Yoan memanggil papanya dengan nada heran. Dia juga menetralkan rasa terkejut yang dirasakannya.
"Yoan, ingatkah sejak umur berapa kamu tinggal bersama Papa dan Mama?" Barra bertanya dengan nada sinis.
"Dulu Mama pernah memberi tahu kalau Papa dan Mama menjemputku di panti asuhan saat aku berusia lima tahun," jawab Yoan. Nada bicara gadis itu memelan. Raut wajahnya tampak sedikit ketakutan.
Barra berjalan mendekat ke arah sang putri sembari menunjukkan seringai kecil.
"Sekarang kamu sudah lulus kuliah. Sudah cukup banyak biaya yang Papa keluarkan untuk memenuhi kehidupanmu," ujar Barra.
"I-iya, Pa. Aku tidak akan lupa," lirih Yoan menjawab. Perlahan gadis itu bangkit, lantas berjalan mundur karena papa angkatnya terus berjalan mendekat dengan aura menakutkan.
"Sudah saatnya kamu harus mengganti semua biaya yang Papa keluarkan untukmu," ujar Barra.
"A-apa? Aku tidak mengerti ucapan Papa. Bu-bukankah Papa dan Mama mengangkatku sebagai anak? Kenapa aku harus mengganti semua biaya hidup?" tanya Yoan tidak mengerti.
"Yoan, kamu sudah dewasa. Seharusnya kamu memahami jika di dunia ini tidak ada yang benar-benar gratis." Laki-laki renta itu terkekeh di ujung kalimat.
"Baik, aku mengerti. Setelah ini, aku akan bekerja untuk mendapatkan uang dan memberikan semua gajiku untuk Papa," jawab Yoan.
"Benarkah? Maka kamu akan membutuhkan waktu sangat lama untuk membayarnya, sedangkan Papa membutuhkan uangnya sekarang." Barra berkata sambil mengganti-ganti raut wajahnya.
"Bagaimana caraku membayar Papa sekarang? Aku bahkan belum mulai bekerja," jawab Yoan bingung. Nada suaranya masih melirih sama seperti sebelumnya.
Ada apa dengan Barra sebenarnya? Andai Ayara, mama angkat Yoan masih ada, mungkin Yoan masih bisa mengajaknya diskusi.
"Siapa bilang kamu harus mengganti semua biaya? Kamu tidak perlu bekerja untuk mengganti semua biaya itu, Yoan. Manfaatkanlah tubuh indahmu. Itu sudah lebih dari cukup," ujar Barra. Pandangannya bergerilya, tergerak mengamati Yoan dari puncak kepala hingga ujung kaki.
Yoan kembali berjalan mundur saat melihat papa angkatnya kembali berjalan mendekat. Lagi-lagi dengan raut wajah menakutkan yang membuat tubuh Yoan bergetar hebat.
Melihat perilaku papanya yang tidak biasa, Yoan mulai melempar semua barang yang ada di dekatnya ke arah Barra. Otak kecilnya mulai berpikir mencari celah untuk keluar dari kamarnya sendiri.
"Anak manis, tidak perlu takut! Papa pasti akan memperlakukanmu dengan baik." Barra berusaha membujuk Yoan.
"Aku mohon, jangan mendekat, Pa!" pekik Yoan ketakutan.
Namun, Barra masih berusaha mendekati Yoan.
Tubuh wanita itu ketakutan. Yoan berakhir menubruk pintu balkon. Kamarnya di lantai dua. Haruskah dia terjun dari sini? Namun, jika Yoan tetap menurut pada papa angkatnya, dia tidak yakin akan mendapat perlakuan yang benar-benar baik.
"Mau lari ke mana?" Barra bertanya. Laki-laki itu lantas tertawa terbahak-bahak melihat Yoan yang kebingungan. Kali ini Barra yakin Yoan akan menyerah sebab jalannya sudah buntu.
"Aku mohon, jangan lakukan ini, Pa!" pinta Yoan. Pipinya sudah mulai basah karena air mata yang mengalir.
"Gadis kecilku, kemarilah!" Barra berkata sambil menepuk-nepuk tempat tidur anak angkatnya itu.
Untuk sesaat Yoan berharap ini hanyalah candaan Barra semata. Namun, sepertinya Barra tidak berniat untuk membalikkan ucapannya.
Tangan kiri Yoan mengarah ke belakang punggungnya untuk membuka pintu balkon. Yoan lantas buru-buru keluar dan menutup pintu balkon. Gadis itu mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menahan pintu agar papa angkatnya tidak berhasil menangkapnya. Namun sayang, tenaganya tidak cukup kuat untuk menahan.
Tidak ada waktu lagi! Yoan merasa lebih baik mati daripada harus melayani laki-laki yang bertahun-tahun sudah dianggapnya sebagai orang tua kandung.
BRUK!
"Ouch!" pekik Yoan.
Perlahan Yoan membuka matanya. Gadis itu berpikir akan segera menyusul Ayara atau setidaknya dia harus mengorbankan kakinya. Namun, ternyata tidak ... Yoan masih baik-baik saja.
Ah, Yoan rupanya harus berterima kasih pada Bik Umi yang menjemur kasur tepat di bawah kamarnya.
Tidak ada waktu! Barra sudah mengerahkan para penjaga rumahnya untuk mengejar Yoan. Dia harus segera kabur dari rumah ini.
***
Sementara itu di sebuah ruang rapat yang ada di gedung perkantoran yang tampak mewah.
Terdengar suara riuh tepuk tangan diikuti ucapan selamat atas pengangkatan Kenzo menjadi CEO di Pranadipa Corp.
"Waktu dan tempat dipersilakan," ujar seorang pembawa acara dengan pandangan yang tertuju pada putra tunggal almarhum Ryu Pranadipa dan Rani.
Kenzo lantas maju satu langkah dan membungkuk sedikit untuk memberi hormat.
"Terima kasih untuk kepercayaan yang sudah diberikan. Saya mohon dukungannya," ucap Kenzo singkat.
Suara tepuk tangan kembali menggema di ruang rapat.
Usai bersalaman, Kenzo bersama Raka berjalan menuju ke ruangan Ryu. Ruangan ini akan menjadi ruang kerjanya sekarang.
Kenzo perlahan mendekati meja kerja Ryu sambil mengedarkan pandang ke seluruh ruangan.
Masih jelas di dalam ingatan saat Ryu sibuk menandatangani dokumen penting. Dengan wibawa penuh, Ryu bertanya kesiapan Kenzo memimpin perusahaan.
"Keinginan Papa sudah terpenuhi. Namun, aku masih membutuhkan Papa untuk membimbingku," gumam Kenzo lirih. Hatinya masih sangat sedih dan merindukan kedua orang tuanya.
Raka, sang tangan kanan, yang mendengar perkataan Kenzo hanya bisa menghela napas. Tak hanya Kenzo yang sedih, pun Raka turut merasakan kesedihan Kenzo.
Siapa yang tidak sedih kehilangan sosok pemimpin yang begitu bijaksana dan baik hati seperti Ryu? Di mansion, para pekerja tak hanya kehilangan Ryu, tetapi juga Rani, seorang ibu rumah tangga yang berhati lembut.
"Apa saya perlu menata ulang ruangan ini?" tanya Raka menawarkan.
"Tolong ganti semua lampu dengan yang lebih terang," jawab Kenzo memberi titah.
"Baik, Tuan," sahut Raka.
Kenzo lantas melangkah keluar dari ruangan menuju lobby, diikuti oleh Raka. Dari luar Kenzo memang terlihat sangat tegar, tetapi hatinya masih merasa sangat kehilangan.
"Tunda semua pekerjaan untukku! Aku ingin ke cafe." Kenzo kembali berkata.
"Baik, Tuan," sahut Raka.
Raka segera menghubungi Suparmin untuk menyiapkan kendaraan.
Setibanya di sebuah cafe yang dekat dengan kantor ...
"Pesan seperti biasanya, Tuan?" tanya seorang pemilik cafe.
Kenzo mengangguk sebagai respons.
Ukh!
Tiba-tiba seorang gadis dengan penampilan berantakan masuk ke dalam cafe. Gadis itu tidak sengaja menyenggol Kenzo dan langsung duduk tepat di sebelahnya.
"Eee, maaf ...," ucap Yoan. Perlahan dia bergeser ke kursi yang lain.
"Mau pesan apa, Nona?" tanya seorang pemilik cafe.
"Tolong izinkan saya duduk di sini sebentar saja," jawab Yoan, seorang gadis itu.
"Keluarlah! Tidak ada tempat duduk gratis di sini, Nona," ledek pemilik cafe itu.
"Aku mohon ...."
"Pesanlah sesuatu! Aku akan membayar untukmu." Itu suara Kenzo.
Bertahun-tahun Davina memendam cinta pada Nathan Evano tanpa berani memperlihatkannya karena mengira dia bukan tipe perempuan yang disukai oleh lelaki itu. Sepuluh tahun setelah mereka berpisah, takdir mempertemukan mereka lagi dalam kesalahpahaman yang menimbulkan berbagai pertanyaan tanpa jawaban. Nathan yang Davina temui, tidak seperti Nathan yang ia kenal sepuluh tahun lalu. Ralat! Tidak sepenuhnya berbeda karena karakternya saat bersama gadis itu masih sama. Akan tetapi, diam-diam bekerja sama dengan suatu badan intelligence membuat laki-laki tampan itu tampak berbeda dan penuh misteri. Lalu, siapakah sebenarnya lelaki yang Davina temui? Benarkah dia Nathan Evano, teman masa kecilnya dulu? Atau seseorang yang kebetulan berwajah sama? Kisah romantis berpadu dengan adegan menegangkan akan membuat kalian penasaran dengan cerita ini. Mohon bijak dalam membacanya.
Kehidupan yang berkecukupan tidak selalu membuat seseorang bahagia. Terbukti dengan kehidupan dua pribadi, Keenan dan Lilian. Keenan yang memiliki trauma dengan wanita, dan Lilian yang memiliki sakit hati serta trauma dengan masa lalunya, membuat mereka tidak bisa menerima kehadiran cinta begitu saja. “Mari kita selesaikan masa lalu terlebih dahulu baru menjalani hubungan yang lebih serius,” ujar Keenan. “Memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi, demi cinta dan diriku sendiri, aku akan mengusahakannya,” jawab Lilian. Bagaimana cara Keenan dan Lilian melewati proses kehidupan untuk meraih kebahagiaan bersama?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.